Ada sebagian orang yang memang tak doyan susu, punya kondisi tertentu seperti alergi susu atau intoleransi laktosa, atau ada juga yang memutuskan untuk menerapkan diet dairy-free alias bebas susu. Apakah kamu penasaran dengan kondisi apa yang terjadi saat kamu berhenti minum susu atau konsumsi produk susu lainnya?
Karena kaya akan nutrisi, susu menjadi asupan yang sangat bermanfaat baik untuk anak-anak maupun dewasa. Inilah yang akan terjadi pada tubuh saat kamu tak lagi konsumsi produk susu.
Tulang dan gigi tak lagi kuat
Susu adalah salah satu sumber kalsium dan vitamin D yang terbaik, yang mana keduanya merupakan bahan utama pembentuk tulang dan gigi. Susu juga mengandung vitamin K, C, dan magnesium yang turut berperan dalam membentuk tulang dan gigi yang sehat. Jika kamu tak lagi konsumsi susu, kamu harus mencari nutrisi yang hilang dari susu.
“Bagi anak-anak, kalsium sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhannya. Sedangkan pada orang tua, kurang kalsium bisa membuat kamu terkena osteroporosis,” ucap dr. Sara Elise Wijono, M.Res, dari KlikDokter.
Karenanya, penting untuk memastikan kalsium dari sumber makanan lainnya (karena kalsium tidak diproduksi sendiri dari tubuh) seperti: tahu, edamame, sayuran hijau (kale, bok choy, atau brokoli), makanan laut kalengan, serealia yang sudah difortifikasi kalsium, dan lain-lain.
Tekanan darah tidak stabil
Susu juga diperkaya akan kalium, yang dapat membantu tubuh melawan efek naiknya tekanan darah akibat sodium. Dari KlikDokter, dr. Sepriani Timurtini Limbong sepakat bahwa kandungan kalium dalam susu baik untuk menjaga kesehatan pembuluh darah.
“Hal tersebut dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah saat usia bertambah dan secara umum dapat menjaga kesehatan jantung,” kata dr. Sepriani.
Isabel Maples, MEd, RD, juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics mengatakan kepada Reader’s Digest, bahwa orang-orang yang memperbanyak asupan sayur dan buah tekanan darahnya bisa turun. Namun, tambahnya, ketika dikombinasikan dengan produk susu, hasilnya bisa makin nyata.
Selanjutnya
Intoleransi lakstosa bisa makin parah
Jika kamu punya masalah intoleransi laktosa, kamu kehilangan enzim yang normalnya memecah gula susu. Itulah sebabnya perut bisa bermasalah saat mengonsumsi produk susu. Namun, jika tetap mengonsumsinya, kamu malah bisa mengurangi gejala dengan meningkatkan bakteri baik di usus.
“Jika kamu punya intoleransi laktosa, bahkan parah, tapi tetap konsumsi produk susu, tubuh akan meningkatkan bakteri yang membalikkan dan memecah laktosa,” kata Isabel. Singkatnya, kamu tetap dapat mengonsumsi produk susu dua kali sehari, hanya saja konsumsinya harus dikurangi dan dibatasi. Kamu juga disarankan untuk mengonsumsinya dengan makanan lain sehingga tidak cepat dicerna.
Keluhan perut kembung berkurang
Jika perut kembung setelah makan sepori es krim, sepotong piza, atau segelas susu, diet dairy-free bisa jadi solusi. Umumnya, jika perut kembung tergolong parah, bisa jadi ini merupakan akibat dari intoleransi laktosa. Seperti disebut pada poin sebelumnya, ada pro dan kontra menerapkan diet dairy-free untuk mengatasi intoleransi laktosa. Namun, jika kamu berhenti total mengonsumsi produk susu, kamu akan merasa lebih baik dan keluhan perut kembung pun bisa berkurang.
Menurunkan risiko kanker
Beberapa produk susu bisa sebabkan peradangan, sehingga risiko kanker akan menurun jika kamu menerapkan diet dairy-free. Menurut sebuah studi tahun 2001 yang dipublikasikan di “The American Journal of Clinical Nutrition”, asupan kalsium yang tinggi—yang sebagian besar dari produk susu—meningkatkan risiko kanker prostat. Ini karena berkurangnya jumlah hormon yang dianggap dapat mencegah kanker.
Plus, tergantung dari jenis produk susu yang beli (produksi lokal vs produksi massal), bisa mengandung pestisida, ditambahkan hormon pertumbuhan, atau bahan-bahan potensial karsinogenik lainnya. Ini semua telah dikaitkan dengan naiknya risiko kanker payudara.
Sebaiknya jangan berhenti mengonsumsi produk susu
Kecuali kamu punya alergi susu, sebaiknya jangan berhenti mengonsumsi produk susu. Beberapa literatur merekomendasikan agar setiap orang minum susu sampai setidaknya usia 35 tahun. Alasannya adalah karena usia tersebut merupakan puncak pertumbuhan tulang.
Jika kamu punya kondisi medis seperti diabetes, kolesterol tinggi, atau adanya riwayat penyakit jantung, dr. Sepriani menyarankan untuk menghindari produk susu yang tinggi kandungan lemak dan gulanya.
“Lemak dalam susu dapat memperburuk kondisi penyumbatan pembuluh darah jika kamu sudah punya riwayat panyakit jantung sebelumnya. Sementara itu, gula yang terlalu tinggi juga dapat meningkatkan berbagai risiko komplikasi pada penderita diabetes,” jelas dr. Sepriani. Karenanya, ia menyarankan untuk memilih susu rendah lemak dan rendah gula, tapi tetap tinggi kalsium dan vitamin D.
Berhenti minum susu atau konsumsi produk susu lainnya memang ada di tanganmu. Namun, jika memang tak ada kondisi medis apa pun, demi pemenuhan nutrisi penting jangan sampai melewatkan manfaat yang ditawarkan produk susu. Konsumsilah susu secara rutin sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nutrisi kamu.
Kamu bisa konsultasi seputar konsumsi susu atau kondisi medis lainnya lewat fitur tanya dokter online di KlikDokter. Yuk, mulai sekarang #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi seputar kesehatan terkini.
(RN/ RVS)