Bicara soal pertumbuhan anak, banyak orang tua hanya fokus pada tinggi dan berat badan dan abai terhadap kesehatan organ lainnya. Salah satu yang sering terlupakan adalah kesehatan mata anak dan fungsi penglihatannya. Padahal, menjaga kesehatan mata anak tak sulit, lo!
Masalah penglihatan identik dengan usia tua. Faktanya, anak juga bisa mengalami gangguan atau kelainan penglihatan. Bahkan, satu dari empat anak diketahui mengalami gangguan fungsi penglihatan.
Gejala gangguan penglihatan pada anak
Rabun jauh (mata minus atau miopia), rabun dekat (mata plus atau hipermetropia), serta silinder (astigmatisme) adalah beberapa di antara berbagai penyakit mata yang dapat dialami anak. Ketiganya sering kali muncul tanpa gejala yang khas.
Meski begitu, orang tua dapat mencurigai anak mengalami masalah penglihatan bila ia menunjukkan tanda-tanda di bawah ini.
- Mata tampak juling, yaitu kedua bola mata tidak berada pada satu kedudukan yang sama.
- Anak sulit melihat benda yang jauh. Saat anak sering memicingkan mata ketika melihat benda yang jauh atau sulit melihat ke papan tulis di sekolah, bisa jadi ia mengalami rabun jauh.
- Sulit melihat dekat. Bila anak sulit membaca jarak dekat dan harus menjauhkan bukunya, Anda perlu waspada karena ia mungkin mengalami rabun dekat.
- Penglihatan kabur, biasanya anak mengeluh penglihatannya kabur atau buram.
Jika anak memperlihatkan satu atau beberapa tanda-tanda di atas, segera bawa ia ke dokter mata untuk memeriksakan fungsi penglihatannya.
Hal-hal yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mata anak
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Sebelum si Kecil mengalami gangguan penglihatan, sejak dini orang tua harus menjaga kesehatan matanya. Beberapa hal yang bisa dilakukan di antaranya adalah:
1. Memastikan asupan nutrisi yang baik
Langkah awal untuk mata yang sehat adalah nutrisi seimbang. Sediakan makanan yang kaya akan vitamin A, C, E, dan asam lemak omega-3 yang diketahui baik untuk kesehatan mata. Contoh makanannya adalah aneka jenis ikan laut, telur, buah dan sayuran, serta kacang-kacangan.
2. Hindari paparan gawai
Berlama-lama melihat layar televisi atau gawai adalah kebiasaan yang dapat membuat mata kering dan lelah. Bila hal tersebut berlangsung terus-menerus, maka perlahan anak akan mengalami gangguan penglihatan.
Selain itu, sinar biru yang dipancarkan dari layar gawai juga dapat mengganggu lapisan retina mata. Oleh karena itu, batasi penggunaan gawai terutama pada balita.
Anak usia 0-18 bulan disarankan tidak melihat layar gawai maupun televisi sama sekali. Sedangkan pada usia 18 bulan hingga 5 tahun, batas waktu yang aman adalah tak lebih dari 1 jam setiap harinya.
3. Biarkah anak bermain di luar
Membolehkan anak bermain di luar rumah juga dapat menjaga kesehatan mata anak. Penelitian membuktikan, pada anak-anak yang sering bermain di luar rumah selama satu seminggu, risiko mengalami rabun jauh menurun hingga sekitar 2 persen.
Ajak si Kecil atau biarkan ia bermain di luar rumah pada pagi atau sore. Jika siang hari, jangan lupa pakaikan ia pelindung dari sinar ultraviolet (UV) seperti topi, atau bila perlu kacamata untuk melindungi matanya dari paparan sinar UV.
4. Rutin periksa kesehatan mata
Tiap tahun, usahakan untuk membawa anak memeriksakan kondisi mata dan menilai fungsi penglihatannya ke dokter, apalagi selama masa balita dan memasuki usia sekolah.
Apabila mata anak rutin diperiksa, maka dokter bisa memantau apakah ada kelainan atau tidak. Jika ada, maka kelainan tersebut bisa ditangani dengan cepat dan tepat.
Gangguan penglihatan pada anak makin sering ditemukan. Anda sebagai orang tua harus berupaya sebaik mungkin untuk menjaga kesehatan anak. Amati perilaku si Kecil, lalu hindari hal-hal yang berisiko terhadap kesehatan matanya dengan empat cara di atas. Dengan demikian, sepasang mata si Kecil beserta fungsi penglihatannya akan tetap sehat dan tajam hingga ia dewasa kelak.
[NP/RN]