Orang tua sering kerepotan saat menghadapi anak picky eater. Kebiasaan suka pilih-pilih makanan semacam ini tentu saja bisa membuat anak jadi kekurangan nutrisi tertentu.
Saat menghadapi masalah tersebut orang tua terkadang panik karena anak terkesan tidak mau makan. Namun sebenarnya orang tua tidak perlu frustrasi menghadapi situasi tersebut. Ada siasat jitu menghadapi situasi tersebut.
Jenis dan tanda anak picky eater
Biasanya, orang tua dihadapkan dengan anak yang picky eater saat usia si Kecil 1-3 tahun. Beberapa kondisi yang tampak saat anak memiliki karakter ini antara lain:
- Sensory-dependent eaters: tidak menyentuh makanan yang teksturnya tidak sesuai dengan yang ia sukai atau yang biasa ia makan. Mereka juga tidak mau makan makanan yang baunya terlalu tajam atau aneh.
- Preferential eaters: anak makin sulit makan saat orang tua menyajikan tambahan baru dalam makanan kesukaannya.
- General perfectionists: hanya mau makan jika tampilan makanan di piringnya sempurna. Misalnya, susunan makanan tidak berantakan, tidak diaduk, atau tidak disentuh dengan tangan.
- Behavioral responders: misalnya anak ingin letak nasi di piringnya ada di tengah, sayur dipisah, hanya ingin makan telur bagian kuningnya saja, dan lain-lain.
Tanda-tanda lain dari si Kecil yang picky eater biasanya juga meliputi:
- Sulit mengunyah dan menelan makanan.
- Hanya bisa mengonsumsi makanan lunak atau cair.
- Menyemburkan atau melepeh makanan yang sudah masuk mulut.
- Saat waktunya makan, anak menutup mulutnya rapat-rapat.
- Jika anak dipaksa mengunyah makanan, ia bisa mengamuk.
- Makanan yang diberikan atau disuapkan ke mulutnya ditepis.
- Makanan dibiarkan masuk ke mulut, tetapi lalu dimuntahkan.
- Hanya mau makan makanan yang ia sukai.
Tips mengatasi anak yang picky eater
Pertama-tama, hindari langsung mengomel atau membentak anak ketika ia tak mau makan makanan yang Anda siapkan. Menurut dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter, memarahi anak picky eater justru hanya membuatnya makin malas makan dan takut untuk mencoba makanan yang baru.
Sebaliknya, dr. Karin menyarankan agar Anda lebih sabar saat menghadapi anak yang sedang berada di fase itu.
Menurut sebuah penelitian, memaksa anak untuk makan makanan yang tak mereka sukai bisa merusak hubungan orang tua dan anak. Walau sulit, tetapi di sinilah tantangan bagi orang tua bagaimana memberikan asupan yang tepat bagi si Kecil.
Langkah-langkah di bawah ini bisa Anda coba untuk mengatasi kondisi tersebut:
-
Makan bersama keluarga di meja makan
Menurut dr. Karin, selain dapat meningkatkan hubungan antara orang tua dan anak, makan bersama di meja makan juga bisa mengurangi kecenderungan anak pilih-pilih makanan.
“Saat anak duduk di meja makan, ia akan melihat pola makan yang baik yang dicontohkan orang tua, misalnya sayur dan buah harus dimakan, makanan harus habis, dan lain-lain. Biasanya, kalau orang tuanya suka pilih-pilih makanan, anaknya juga akan mungkin jadi picky eater. Itu kenapa Anda sebagai orang tua juga nggak boleh pilih-pilih makanan, terutama di depan anak-anak,” ujar dr. Karin.
-
Batasi waktu
“Saat makan, buat batasan waktu. Idealnya, 30 menit cukup. Ini akan membuat anak sadar kalau waktu makan bukanlah waktu main-main, dan waktu itu sangat berharga,” kata dr. Karin.
Jika sudah 30 menit, Anda bisa langsung mengangkat piringnya. Namun, pastikan anak menghabiskan makanannya terlebih dulu, sehingga ia terbiasa untuk menghargai makanan yang ia makan.
Selanjutnya
-
Hindari pengalihan
Kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh orang tua ketika mengajak anaknya makan adalah dengan “memancing” anak dengan gadget atau menonton TV. Menurut dr. Karin, cara ini justru bisa bikin anak jadi tambah malas makan dan perhatiannya malah teralih ke acara TV atau video game.
“Kalau diajak nonton atau disuruh pegang gadget, anak malah fokus ke dua hal tersebut dan jadi tidak fokus makan, ” jelasnya.
-
Perkenalkan makanan baru
Menurut dr. Karin, memperkenalkan makanan baru bisa dimulai sejak anak berumur 6 bulan, ketika ia mulai mengenal makanan pendamping ASI (MPASI). Orang tua tak boleh sampai kehabisan ide dalam memperkenalkan makanan baru secara perlahan.
“Kalau dimulai dari MPASI, misalnya bubur susu, kenalkan anak pada beras yang dijadikan bubur terlebih dahulu selama 3 hari. Kan, kalau susu, dia sudah tahu rasanya sejak usia 0 bulan. Setelah 3 hari, baru Anda bisa memperkenalkan lagi dengan yang daging ayam, sayur, keju, atau jenis makanan lainnya, ” tambah dr. Karin.
-
Bersabar
Anak yang baru pertama kali menyentuh, mencium, atau bahkan memasukkan potongan-potongan kecil makanan ke mulutnya mungkin akan buru-buru mengeluarkannya lagi.
Jika ini terjadi, jangan langsung marah dan membentaknya. Ajari anak untuk mengonsumsi makanan tersebut dengan sabar. Anak mungkin butuh waktu untuk bisa menerima dan mengonsumsi makanan yang baru.
Mengatasi anak picky eater memang gampang-gampang susah, tetapi jangan patah semangat dan terapkan tips di atas. Ingat, membentuk kebiasaan dan pola makan yang baik pada anak perlu waktu yang tidak sebentar. Anda sebagai orang tua mesti sabar. Selama menanamkan kebiasaan tersebut, upayakan sebaik mungkin untuk mencukupi kebutuhan anak sehingga ia terhindar dari kondisi kekurangan gizi.
(RN/ RVS)