Ketika anak sakit, terkadang obat-obatan dibutuhkan agar si Kecil bisa segera sembuh atau membuatnya merasa lebih nyaman.
Namun, orang tua perlu waspada karena ada beberapa jenis obat yang berbahaya untuk anak sehingga tidak boleh dikonsumsi.
Mari simak penjelasan di bawah ini mengenai obat-obat yang tidak boleh diberikan kepada anak.
1. Obat Batuk Pilek yang Dijual Bebas pada Anak Berusia Kurang dari 6 Tahun
Obat batuk pilek yang dijual bebas di pasaran diciptakan untuk mengurangi gejala batuk dan pilek, tetapi tidak mengobati penyebab penyakit tersebut.
Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa obat-obatan ini tidak lebih baik dibandingkan plasebo (obat kosong yang digunakan dalam penelitian), sehingga sebetulnya pemberiannya tidak terlalu bermanfaat.
Bahayanya, obat batuk pilek yang dijual bebas ini umumnya mengandung lebih dari satu zat dan mudah terjadi overdosis pada anak berusia kurang dari 6 tahun, terutama kurang dari 2 tahun.
Tak hanya itu, obat tersebut dapat menimbulkan efek samping yang serius, apalagi jika dikombinasikan dengan obat lain. Karenanya, pemberian obat batuk pilek yang dijual bebas tidaklah disarankan sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Artikel Lainnya: Anak Batuk Pilek, Tak Perlu Buru-Buru ke Dokter
2. Aspirin
Sebetulnya aspirin boleh diberikan kepada anak sejak usia 3 tahun. Aspirin bisa digunakan untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri.
Namun, penggunaan aspirin pada penyakit yang disebabkan oleh virus, misalnya saja cacar air dan flu, dapat menyebabkan efek yang sangat berbahaya, yaitu sindrom Reye.
Pada sindrom Reye, terjadi pembengkakan pada hati dan otak yang kemudian dapat memburuk menjadi koma dan kematian.
Karena orang tua sulit menilai penyebab demam pada anak, apakah disebabkan oleh virus atau tidak, lebih baik hindari pemberian aspirin sebagai obat penurun demam tersebut.
Selalu baca label obat sebelum diberikan kepada anak dan cari kandungan dari merek obat tersebut. Apabila tertulis “aspirin”, “salicylate”, atau “acetylsalicylate”, jangan berikan.
3. Ibuprofen pada Kondisi Khusus
Ibuprofen adalah alternatif obat penurun demam dan pereda nyeri yang boleh diberikan kepada anak-anak selain paracetamol. Namun perlu diperhatikan, ibuprofen tidak boleh diberikan kepada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Selain itu, jika anak punya kondisi khusus seperti asma, penyakit lambung, penyakit ginjal, dan mengalami muntah serta diare, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum memberikan ibuprofen kepadanya.
Jangan gunakan ibuprofen bersamaan dengan paracetamol (baik sediaan tunggal maupun kombinasi dengan zat obat lain), kecuali telah ada saran dari dokter.
4. Obat Mual dan Muntah
Jangan berikan obat mual dan muntah yang dibeli sendiri, kecuali sudah ada saran dari dokter.
Pemberian obat mual dan muntah yang tidak tepat bisa berbahaya untuk anak, karena dapat memicu efek samping pada jantung dan koordinasi tubuh.
Jika anak mengalami muntah dan dehidrasi, periksakan ke dokter untuk mendapatkan obat dan dosis yang tepat. Begitu pula jika orang tua membutuhkan obat sebelum perjalanan jauh apabila anak sering mengalami mabuk perjalanan.
Artikel Lainnya: Jangan Panik, Ini Cara Tepat Menangani Anak yang Muntah
5. Obat Sisa dari Penyakit yang Dahulu
Biasanya, dokter akan meresepkan obat puyer atau obat sirup dengan dosis tertentu kepada anak-anak. Setelah penyakitnya sembuh, sisa obat ini harus dibuang dan jangan digunakan lagi pada saat sakit kembali, kecuali obat penurun panas. Mengapa?
Dosis obat untuk anak ditentukan dari berat badan, apabila waktu sakitnya sudah berbeda, kemungkinan besar berat badannya pun sudah berbeda sehingga dosisnya berubah.
Di samping itu, obat puyer dan sirup yang diresepkan umumnya memiliki indikasi khusus yang belum tentu sama pada setiap sakit.
Obat sirup yang sudah dibuka juga memiliki umur (tidak lagi mengikuti tanggal kedaluwarsa yang tertera). Umumnya sirup yang berbentuk dry syrup harus dibuang dalam 7 hari dan sirup biasa umumnya 1-3 bulan setelah dibuka.
6. Obat yang Diresepkan untuk Orang Lain
Ini juga termasuk kategori obat yang tidak boleh diberikan kepada anak, karena bisa berbahaya untuknya.
Ingat, jangan pernah memberikan anak obat yang diresepkan untuk anak lain walaupun gejalanya mirip atau sama.
Meskipun dua orang memiliki gejala yang sama, penyakit yang mendasari serta kebutuhan obat dan dosisnya belum tentu sama.
7. Obat yang Diperuntukkan untuk Orang Dewasa
Anak bukanlah orang dewasa berukuran mini. Oleh karena itu, obat yang diperuntukkan untuk orang dewasa belum tentu aman diberikan kepada anak walaupun dengan dosis yang lebih kecil.
Banyak obat yang baru bisa diberikan mulai usia 12 tahun atau 18 tahun. Apabila dikonsumsi oleh anak-anak, efek samping yang ditimbulkan dapat merugikan.
Selalu perhatikan kemasan obat sebelum memberikan obat kepada anak, walaupun obat tersebut dalam bentuk sirup.
Artikel Lainnya: 11 Cara Mengatasi Anak yang Susah Minum Obat Saat Sakit
8. Kombinasi Obat dengan Zat yang Sama atau Segolongan
Berhati-hatilah dalam memberi kombinasi obat, misalnya sirup obat panas merek A dan sirup obat batuk merek B. Bisa jadi, kandungan di dalam sirup merek A juga ada di dalam sirup merek B, atau tidak persis sama tetapi segolongan.
Pemberian obat yang sama dapat menyebabkan overdosis, serta memperbesar risiko terjadinya efek samping.
Kombinasi beberapa jenis obat sirup juga sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Pasalnya, selain mengandung zat aktif obat, obat sirup juga mengandung zat pelarut. Kombinasi beberapa jenis obat sirup bisa menambah jumlah zat pelarut yang dikonsumsi anak.
9. Obat Kedaluwarsa
Selalu perhatikan tanggal kedaluwarsa obat yang kemasannya belum dibuka, sebelum memberikannya kepada anak.
Hindari mengonsumsi obat yang sudah kedaluwarsa karena bisa berbahaya untuk anak.
Sebab, zat aktif dalam obat bisa jadi sudah tidak stabil, efektivitas obat sudah berubah, produk yang sudah rusak bisa jadi beracun, serta meningkatnya risiko kontaminasi.
10. Obat Tetes Bayi untuk Anak Besar
Obat tetes bayi memiliki kadar yang lebih pekat. Dosis yang dibutuhkan pun berbeda dengan obat sirup untuk anak yang lebih besar.
Memberikan obat tetes bayi untuk anak yang lebih besar, meningkatkan risiko salah dosis.
Bacalah label kemasan obat terlebih dahulu untuk melihat dosis dan usia anak sebelum memberikannya.
Artikel Lainnya: Ragam Pilihan Obat Batuk Sesuai Jenisnya
11. Obat Tablet
Obat tablet yang diminum utuh dengan air dan yang berbentuk tablet kunyah atau gummies, memberikan risiko tersedak pada bayi dan anak kecil.
Selalu perhatikan ketika memberikan tablet kunyah pada anak berusia 2-3 tahun. Mulai usia 4 tahun, anak biasanya sudah dapat mengunyah dengan lebih baik dan risiko tersedak lebih rendah, tetapi sebaiknya tetap diawasi.
Jika orang tua ingin memberikan obat tablet yang dihancurkan, pastikan dulu kepada apoteker bahwa obat tersebut boleh dihancurkan.
12. Obat yang Dibeli dari Tempat yang Tidak Resmi atau Tidak Memiliki Izin Edar
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia menyarankan agar masyarakat membeli dan memperoleh obat melalui sarana resmi, misalnya apotek, toko obat yang memiliki izin, puskesmas, atau rumah sakit.
Orang tua juga bisa membeli obat secara daring, namun pastikan apotek tersebut telah memiliki izin Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi (PSEF).
Hal ini penting untuk mencegah orang tua mendapatkan obat palsu atau obat yang belum memiliki izin edar di Indonesia.
Itulah beberapa jenis obat yang dapat berbahaya untuk anak. Apabila butuh konsultasi seputar kesehatan si Kecil, bisa lebih mudah via fitur Tanya Dokter. Untuk #JagaSehatmu dan keluarga, baca artikel kesehatan terbaru dengan download aplikasi KlikDokter.
[RS]