Ketika musim pancaroba tiba, para orang tua biasanya langsung waswas dan memberikan aturan yang lebih ketat untuk anak mereka. Pasalnya, pada periode ini, anak akan rentan mengalami batuk dan gangguan kesehatan lainnya. Meskipun terlihat sepele, batuk pada anak harus diwaspadai, apalagi jika terjadi lebih dari seminggu.
Batuk pada Anak
Batuk bukanlah penyakit, melainkan gejala infeksi pernapasan. Batuk sendiri berperan sebagai mekanisme pertahanan saluran napas, untuk menjaga dari masuknya benda asing dan mengeluarkan lendir. Artinya, jika anak batuk, ini biasanya tanda tubuh mereka sedang berusaha melepaskan diri dari iritan, mulai dari lendir hingga benda asing lain.
Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu batuk akut dan batuk kronis. Batasan batuk akut dan batuk kronis pada anak ditentukan berdasarkan durasi waktu batuk. Batuk yang terjadi kurang dari tiga minggu disebut batuk akut, sedangkan batuk yang dialami lebih dari tiga minggu dinamakan batuk kronis.
Penyebab batuk akut sebagian besar adalah infeksi virus pada penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sementara itu, batuk kronis pada anak sering disebabkan infeksi bakteri, seperti pada penyakit tuberkulosis, bronkitis, pertusis, asma, alergi, refluks gastroesofagus, dan paparan asap rokok berulang.
Antibiotik Tak Selamanya Dibutuhkan
Jika batuk berlangsung lebih dari satu minggu, tentunya membuat khawatir orang tua. Karena itu, tak sedikit orang tua yang langsung memberikan antibiotik sebagai pengobatan. Padahal penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru akan berdampak buruk. Misalnya, jika penyebab batuk tersebut adalah infeksi virus, tentu tidak dapat ditangani dengan antibiotik yang sebenarnya berfungsi untuk menghalau infeksi bakteri.
Perlu diketahui bahwa penyebab utama batuk pada anak adalah infeksi virus yang dapat sembuh dengan sendirinya (self-limited disease). Infeksi virus ini hanya memerlukan perawatan suportif dan tidak membutuhkan antibiotik.
Selama waktu istirahat anak tidak terganggu, maka tidak diperlukan obat untuk meredakan gejala batuknya. Berikut beberapa cara yang dapat orang tua lakukan saat anak batuk:
- Jaga asupan cairan pada anak. Makanan dan minuman hangat dapat membantu melegakan tenggorokan anak yang kering dan mengencerkan lendir, Anda dapat memberikan asupan seperti teh hangat, perasan lemon hangat atau sup.
- Nyalakan humidifier atau pelembap udara di kamar anak. Jika memiliki humidifier di rumah, Anda dapat menggunakannya untuk memudahkan anak bernapas saat tidur.
- Berikan balsam hangat di area dada dan punggung anak untuk melegakan pernapasan.
Apabila batuk terjadi lebih dari tiga minggu disertai gejala penyerta lain, seperti demam, sulit bernapas, anak terlihat pucat, suara napas tambahan saat batuk, segeralah bawa anak ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.
Kiat Menjaga dan Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Meskipun batuk merupakan mekanisme alami tubuh, batuk mengandung percik dahak yang dapat menyimpan virus atau bakteri.
Saat seseorang batuk, aliran udara berkecepatan tinggi keluar dari saluran pernapasan. Percik dahak pun dapat tersebar jauh hingga mencapai jarak beberapa meter, sehingga bila terhirup oleh orang lain, virus atau bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi pada orang-orang sekitar.
Karena itu, untuk mencegah penularan penyakit sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh anak, penting untuk mengajak anak menerapkan pola hidup sehat, seperti:
- Cuci tangan pakai sabun
Cara yang paling mudah untuk menghindari penularan penyakit dan menjaga daya tahan tubuh adalah dengan teratur mencuci tangan. Ajaklah anak untuk mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun antiseptik dan di bawah air mengalir.
Langkahnya mudah: basahi tangan dengan air mengalir, lalu gosoklah kedua telapak tangan, punggung tangan, dan sela-sela jari hingga seluruhnya terkena sabun secara merata. Setelah itu, bilas sampai bersih di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk atau tisu bersih.
- Konsumsi makanan bergizi
Pastikan menu makanan anak setiap harinya memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, sayur, dan buah. Sumber karbohidrat bisa diperoleh dari nasi, gandum, kentang. Untuk protein, orang tua dapat menyajikan tempe, tahu, bayam, brokoli (protein nabati) dan ikan, daging, dan telur (protein hewani). Sementara lemak didapatkan dari keju, mentega, dan susu.
- Tidur cukup
Tidur yang cukup penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak terutama jika mereka sedang terpapar virus. Disiplinkan waktu tidur anak supaya mereka memiliki jam tidur yang sama setiap harinya. Waktu tidur malam untuk anak berusia 3–5 tahun adalah 10–13 jam. Untuk anak berusia 6–13 tahun membutuhkan tidur malam sebanyak 9–11 jam.
- Rutin berolahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi sel-sel pembunuh alami yang melawan virus dan bakteri. Ajaklah anak untuk berolahraga bersama ketimbang hanya menyuruhnya untuk bermain keluar. Ini tentu akan membuat mereka lebih semangat untuk bergerak. Aktivitas fisik seru yang dapat orang tua lakukan bersama anak, antara lain bersepeda, bola basket, skating, bulu tangkis, dan lain-lain.
- Vaksinasi
Vaksinasi tidak hanya dapat melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya, tapi juga ikut mencegah penyebarannya. Karena itu, jangan sampai orang tua melewatkan vaksinasi untuk anak. Ingatlah bahwa mencegah lebih baik (dan murah) daripada mengobati.
Gangguan batuk dapat dicegah sejak awal dengan menerapkan pola hidup sehat yang telah dijelaskan. Jika anak sudah telanjur batuk, jangan gegabah menggunakan antibiotik sebelum berdiskusi dengan dokter. Selain itu, agar anak tidak batuk berulang-ulang, orang tua juga perlu memahami cara meningkatkan dan menjaga daya tahan tubuh pada anak.
Masih punya pertanyaan seputar topik ini? Kamu dapat berkonsultasi dengan dokter secara online melalui layanan Tanya Dokter.
[RS/ RH]