Di Indonesia, anak kurus sering kali dipandang sebagai bocah yang kurang gizi. Sebaliknya, bayi atau anak yang gemuk kerap dianggap anak sehat.
Stigma tersebut begitu dipercaya hingga membuat para ibu tertekan dan berusaha meningkatkan berat badan anak. Namun, apakah anggapan ini tepat?
Di satu sisi, berat badan anak memang merupakan salah satu hal yang diukur untuk menilai status gizi. Namun, kurus dan gemuk bukanlah satu-satunya alat ukur.
Ada faktor lain yang digunakan untuk mengukur kecukupan gizi seorang anak, yaitu tinggi badan dan usianya. Seorang anak dikatakan cukup gizi bila berat badan dan tinggi badannya bertambah sesuai dengan usia.
Grafik pertumbuhan anak
Kecukupan gizi seorang anak ditentukan berdasarkan grafik pertumbuhan. Ada tiga grafik yang umumnya digunakan, yaitu berat badan terhadap usia (BB/U), panjang/tinggi badan terhadap usia (PB/U atau TB/U), dan berat badan terhadap panjang/tinggi badan (BB/TB). Ketiganya diadaptasi dari grafik pertumbuhan WHO untuk anak usia 0-59 bulan.
Untuk menentukan status gizi, dokter biasanya menggunakan grafik berat badan terhadap panjang/tinggi badan (BB/PB atau BB/TB).Setelah data berat badan dan tinggi badan dimasukkan ke dalam grafik, akan terlihat apakah seorang anak mengalami status gizi baik, gizi kurang, gizi buruk, atau malah gizi berlebih.
Status gizi tersebut adalah:
- Gizi baik, bila hasil grafik adalah -2 SD (standar deviasi) hingga +2 SD
- Gizi kurang, bila ³ -3 SD hingga < -2 SD
- Gizi buruk, bila < -3 SD
- Gizi lebih, bila > +2 SD
Bila anak tampak tidak segemuk teman sebayanya, jangan buru-buru menyimpulkan ia kurang gizi. Anda harus lihat dulu apakah pertumbuhan anak sesuai dengan grafik pertumbuhan WHO di atas.
Apabila sudah sesuai, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ada anak yang tampak kurus, tapi saat berat dan tinggi badan dimasukkan dalam kurva, rupanya masih sesuai dengan grafik pertumbuhan normal.
Penuhi kebutuhan gizi anak
Agar anak mencapai potensi maksimal dalam pertumbuhannya, Anda harus memastikan kebutuhan gizi hariannya terpenuhi, yaitu:
-
Protein
Ada dua jenis protein, yaitu protein hewani yang berasal dari hewan dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Keduanya vital untuk pertumbuhan anak karena protein dikenal sebagai zat pembangun. Berikan anak ikan, daging, telur, dan kacang-kacangan dalam menu hariannya.
-
Lemak sehat
Anak memerlukan lemak sebagai sumber energi dan untuk perkembangan sel sarafnya. Asam lemak yang diperlukan anak antara lain omega 3, omega 6, dan DHA.
Untuk menambah jumlah lemak sehat dalam makanan anak, tambahan butter, margarin, atau minyak zaitun. Anda juga dapat memberikan ikan laut yang kaya akan asam lemak tersebut.
-
Kalsium
Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Jadi pastikan anak mendapatkan cukup kalsium setiap haridengan memberinya susu, yoghurt, atau keju.
-
Vitamin dan mineral
Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, vitamin dan mineral tetap harus ada dalam makanan anak sehari-hari. Vitamin dan mineral berperan penting dalam metabolisme tubuh. Perkaya asupan vitamin dan mineral anak dengan memberikannya berbagai jenis buah dan sayuran setiap hari.
Jadi, anak kurus atau kurang gemuk belum tentu kurang gizi. Selama masih tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan, artinya anak masih dalam kondisi gizi cukup. Jangan lupa juga untuk selalu memperhatikan asupan gizi harian anak agar tumbuh kembangnya selalu optimal.
Pantau juga perkembangan buah hati lewat Health Tools Cek Tumbuh Kembang Anak Online.
[HNS/ RVS]