Deodoran memiliki peranan penting untuk membantu mencegah timbulnya bau badan pada orang dewasa. Namun tidak jarang beberapa anak, khususnya yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi dan menghasilkan keringat berlebih dapat mengalami keluhan bau badan.
Peran deodoran terhadap bau badan
Perlu diketahui bahwa pada dasarnya keringat tidak menimbulkan bau, namun karena bercampur dengan bakteri yang dapat tumbuh di lingkungan yang lembap dan hangat, keringat dapat menimbulkan bau badan.
Untuk mengatasi hal tersebut, banyak orang menggunakan deodoran atau antiprespiran.
Meskipun penggunaan deodoran tidak dapat mencegah keluarnya keringat, deodoran dapat membantu mencegah munculnya bau badan dengan melawan bakteri yang dapat menimbulkan bau, khususnya pada daerah ketiak.
Kandungan sodium stearate, stearyl alcohol dan sodium chloride dapat membantu membuat lingkungan sekitar ketiak menjadi terlalu asam atau terlalu asin, sehingga dapat mencegah fermentasi bakteri yang menimbulkan bau badan.
Selain itu, kandungan triklosan dan EDTA juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri di ketiak.
Deodoran bagi anak
Penggunaan deodoran pada orang dewasa sangat lazim untuk digunakan, dan bahkan sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus digunakan setiap hari. Namun, penggunaan deodoran pada anak masih menjadi polemik di dalam masyarakat karena memicu pro dan kontra di dalamnya.
Pada dasarnya, seluruh orang tidak dapat terbebas dari masalah bau badan, termasuk anak-anak. Hal ini sangat berkaitan dengan proses pubertas yang dialami oleh anak.
Seorang anak perempuan pada umumnya akan mengalami pubertas pada usia 8 tahun, sedangkan pada anak laki-laki dimulai pada usia 9 tahun. Salah satu tanda pubertas yang dapat ditemukan adalah tumbuhnya rambut di bagian tubuh, termasuk di ketiak.
Hal inilah yang kemudian memicu terbentuknya lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan bakteri, dan jika bercampur dengan keringat dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
Pada umumnya, orang tua memperkirakan bahwa anak dapat mulai menggunakan deodoran pada usia remaja.
Namun, pada beberapa anak dengan faktor risiko tertentu seperti aktivitas fisik yang tinggi dan keringat berlebih, dapat menimbulkan keluhan bau badan di usia yang cukup muda, serta membutuhkan penggunaan deodoran lebih cepat, yaitu di usia 8-10 tahun.
Pada beberapa orang, penggunaan deodoran di usia tersebut dirasakan terlalu dini. Namun pada dasarnya, tidak terdapat patokan atau batasan umur tertentu untuk penggunaan deodoran.
Cara memilih deodoran yang aman bagi anak
Pada umumnya, untuk mengatasi bau badan yang disebabkan oleh keringat di tubuh dapat menggunakan deodoran atau antiprespirant. Tidak sedikit orang yang menganggap keduanya merupakan hal yang sama, namun sebenarnya deodoran dan antiprespirant memiliki cara kerja yang berbeda.
Antiperspiran bekerja dengan menyumbat kelenjar keringat, sehingga dapat menurunkan produksi keringat, sedangkan deodoran bekerja dengan mengatasi bau yang ditimbulkan oleh keringat yang bercampur dengan bakteri.
Deodoran lebih disarankan penggunaannya pada anak dibandingkan dengan antiperspiran. Sebaiknya, hindari produk yang mengandung alumunium, paraben dan zat lain yang tidak aman bagi anak. Selain itu, lebih disarankan menggunakan deodoran berbahan dasar alami.
Namun bagi anak yang memiliki riwayat alergi, tetap harus diperhatikan adanya kemungkinan reaksi alergi yang dapat ditimbulkan.
Sebelum menggunakannya langsung di daerah ketiak, untuk dapat memantau adanya reaksi alergi Anda dapat mencobanya terlebih dahulu di permukaan kulit dengan jumlah sedikit dan melihat adanya reaksi alergi seperti kemerahan, bentol atau gatal.
Jika keluhan tersebut tidak ditemukan, penggunaan deodoran tersebut dapat diteruskan dan digunakan langsung di ketiak.
Tidak ada salahnya jika anak mengalami bau badan, terlebih jika disebabkan oleh hal yang jelas seperti aktivitas fisik yang tinggi dan keringat berlebih, serta konsumsi makanan yang mengandung rempah.
Untuk dapat mengatasi bau badan, berikan anak deodoran yang mengandung bahan alami dan jangan lupa perhatikan reaksi alergi yang mungkin ditimbulkan, terutama pada anak dengan riwayat kulit sensitif.
[NP/ RVS]