Sejak virus corona merebak di Indonesia, banyak anak sekolah diwajibkan untuk belajar di rumah. Seminggu atau dua minggu mungkin tak mengapa. Namun, kondisi tersebut sudah berlangsung lebih dari dua bulan! Sebagian orang tua pun khawatir ini berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi si Kecil.
Setidaknya, kekhawatiran ini dirasakan orang tua Bima (bukan nama sebenarnya). Bima yang saat ini duduk di kelas 3 SD mengaku sudah kangen bertemu dengan teman di sekolah.
Orang tua Bima pun khawatir pada tumbuh kembang anaknya karena belajar dari rumah membatasi interaksi sosial Bima. Apakah pembatasan interaksi sosial ini nantinya bikin anak sulit bersosialisasi?
Anak Terlalu Lama di Rumah, Apa Akibatnya?
Kondisi terlalu lama di rumah tidak bisa digeneralisasi untuk semua usia. Ada beberapa rentang usia yang bisa mengambil keuntungan dari tetap di rumah saja.
Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi, untuk anak usia 2-6 tahun justru bagus untuk tetap di rumah bersama orang tua mereka, apalagi kalau orang tua mereka WFH (work from home).
"Sebenarnya, dampaknya berbeda-beda tergantung usia. Misalnya anak usia 2-6 tahun, kalau lebih sering di rumah itu bagus. Pada usia itu, anak sedang mengembangkan interaksi sosial dengan orang tua. Anak pun bisa lebih dekat kepada orang tua," ujar Ikhsan saat dihubungi KlikDokter.
"Mereka di rumah berinteraksi dengan orang tua supaya mendapatkan kasih sayang dan untuk mendapatkan kepercayaan (trust). Pada momen ini, orang tua menjadi role model. Itu bagus banget sebenarnya isolasi di rumah," kata Ikhsan.
Namun, psikolog itu menambahkan, berbeda halnya ini bagi anak usia remaja. Sebab, interaksi mereka lebih beragam.
"Anak dengan usia lebih besar, misalnya remaja, sudah punya lebih banyak interaksinya, bukan hanya orang tua tapi juga teman sebaya," ungkap Ikhsan.
Artikel Lainnya: Ini 6 Kemampuan Sosial yang Harus Diajarkan Orang Tua ke Anak Sejak Dini
Apakah #DiRumahSaja Buat Anak Susah Bersosialisasi?
Bagi anak yang sudah memasuki usia sekolah, terutama yang remaja, aktivitas di rumah saja ternyata berdampak besar bagi tumbuh kembang mereka.
Ikhsan memaparkan isolasi berkepanjangan bisa memengaruhi penemuan identitas diri. Sebab, remaja mayoritas menemukan identitas mereka dari lingkungan pertemanan.
"Kalau buat remaja, isolasi berkepanjangan dampaknya bisa memengaruhi penemuan identitas diri mereka. Sebab selama ini remaja kalau mau menemukan identitas diri mereka lewat teman-teman, melakukan banyak hal baru," kata Ikhsan.
Kalau di rumah saja, menurut Ikhsan, itu malah bisa menghambat perkembangan sosial mereka. Hal tersebut memang masih bisa “diakali” dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
"Misalnya dengan melakukan interaksi intens melalui media sosial atau temu muka melalui video call. Tapi tetap saja pasti ada perbedaan," tutur Ikhsan.
Kalau berkumpul secara fisik dengan teman, pasti akan terjadi sentuhan atau ada respons cepat. Hal-hal tersebut tidak dijumpai dalam komunikasi online.
Menurut Ikhsan, hal tersebut bisa memengaruhi kepekaan anak terhadap orang lain atau membuat mereka susah bergaul.
Artikel Lainnya: Manfaat Bermain untuk Tumbuh Kembang Anak
Tanda-tanda Anak Kesulitan Bersosialisasi
Ada beberapa tanda ketika sudah masuk fase anak kesulitan bersosialisasi setelah berbulan-bulan di rumah saja. Menurut Ikhsan, tanda itu adalah:
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Anak akan akan menyesuaikan diri dengan orang dan lingkungan baru lebih lambat. Jadi, saat melihat teman atau orang baru, maunya diajak.
- Kemampuan komunikasi akan bisa jadi tidak luwes. Anak akan cenderung menutup diri.
- Cenderung berpusat pada diri sendiri. Maunya main dengannya saja. Kalau main sama orang, mereka tidak mau.
Artikel Lainnya: 5 Cara Ajari Anak dengan Autisme agar Mudah Bergaul
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
Tentu tidak ingin hal-hal di atas terjadi pada anak dan remaja Anda, bukan? Untuk itu, menurut Ikhsan, yang perlu dilakukan orang tua adalah:
-
Melakukan Interaksi yang Intens
Interaksi yang intens antara orang tua dan anak harus ditingkatkan. Jangan biarkan anak main gadget terus-menerus. Itu artinya, orang tua juga harus mengurangi kebiasaan main HP.
“Lebih baik, lakukan banyak kegiatan yang melibatkan interaksi antara orang tua dan anak," tegas Ikhsan.
-
Cari Tahu Keadaan Perasaan Anak
"Lalu, banyak tanya juga pada anak tentang perasaannya hari ini. Misalnya, apakah hari ini senang, melakukan apa saja tadi di kamar. Interaksi semacam ini perlu sering dilakukan," dia menyarankan.
Dua bulan belajar di rumah bisa jadi membawa efek negatif pada kemampuan sosialisasi si Kecil. Itu sebabnya, orang tua wajib mengambil peran, terutama bagi yang punya anak remaja. Dukungan Anda dapat membantu si Kecil meminimalkan risiko masalah sosialisasi.
Dapatkan informasi tips parenting dan pola asuh lainnya di aplikasi KlikDokter. Anda juga bisa bertanya langsung di fitur LiveChat 24 jam.
(HNS/AYU)