Pemberian antibiotik untuk anak oleh dokter memang diperlukan ketika si kecil mengalami infeksi bakteri. Kendati begitu, beberapa orang tua khawatir obat tersebut bisa memberikan efek samping.
Terdapat anggapan efek samping dari antibiotik bisa memengaruhi perilaku anak. Benarkah begitu?
Perubahan Perilaku yang Diduga akibat Efek Samping Antibiotik
Dilansir Hello Motherhood, kemungkinan perubahan yang dimaksud antara lain:
-
Jadi Hiperaktif
Penggunaan antibiotik tertentu dapat menyebabkan hiperaktif pada balita. Anda mungkin pernah memerhatikan balita jadi lebih aktif, serta lebih sulit dinasihati dan dikendalikan di rumah atau di depan umum.
-
Makin Rewel
Balita mungkin jadi pemarah, tidak bahagia, dan tidak jadi bayi yang menyenangkan saat mengonsumsi antibiotik tertentu. Ia mungkin tidak ingin bermain dan ingin digendong lebih lama dari biasanya.
-
Perubahan Pola Tidur
Tentu saja, pola tidur balita berubah ketika sedang tidak enak badan. Namun, antibiotik diduga dapat menyebabkan si kecil insomnia atau tidur lebih lama.
Lantas, benarkah ketiga efek samping antibiotik pada anak ini benar-benar bisa terjadi atau ini semua hanya mitos?
Artikel Lainnya: Bolehkah Anak Diberi Antibiotik?
Benarkah Antibiotik Pengaruhi Perilaku Anak?
Menanggapi pertanyaan di atas, begini penjelasan dr. Reza Fahlevi, Sp.A. Efek samping antibiotik pada anak, khususnya yang sampai pengaruhi perilakunya, sebenarnya masih kontroversi.
“Sebagian memang ada penelitian yang membuktikan seperti itu. Tapi, ada juga penelitian-penelitian lain yang melaporkan tidak ada hubungan antara antibiotik dan perilaku anak,” jelasnya.
Kemungkinan besar, andaikata sampai ada pengaruhnya terhadap perilaku anak, tidak semua antibiotik memberikan efek samping seperti itu.
Lalu, efek samping gangguan perilaku terkait penggunaan antibiotik pada anak sangat jarang ditemui.
Dengan kata lain, hanya beberapa jenis antibiotik dan orang tua tidak perlu khawatir berlebihan, apalagi bila konsumsinya di bawah pengawasan dokter.
Artikel Lainnya: Pertolongan Pertama untuk Anak Alergi Antibiotik
Jenis Antibiotik yang Dapat Pengaruhi Perilaku Anak
Dalam istilah medis, istilah dari efek samping ini adalah neuropsikiatri. Artinya, obat tersebut memengaruhi sistem saraf pusat anak, sehingga perilakunya juga ikut berubah.
Kasus ini terbilang jarang. Biasanya, ketika konsumsinya dihentikan, efek samping juga menghilang.
Dilansir Psychiatric Times, adapun sejumlah antibiotik yang diduga bisa memberikan efek samping berupa perubahan perilaku pada anak, yaitu:
-
Penisilin
Bagi beberapa anak, penisilin dapat memberikan efek samping berupa susah bangun karena terlalu mengantuk dan bisa juga berhalusinasi.
Risikonya akan lebih tinggi bila obat tersebut diberikan kepada bayi dengan berat lahir rendah.
-
Makrolida
Makrolida (termasuk klaritromisin, azitromisin, dan eritromisin) digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan dan penyakit tukak lambung yang disebabkan oleh bakteri.
Dari semua makrolida, obat klaritromisin yang paling berpotensi memberikan efek samping. Contohnya, kebingungan dan halusinasi.
-
Fluoroquinolones
Efek samping yang paling umum terkait neuropsikiatri dari fluoroquinolones adalah insomnia, gugup, dan gelisah.
-
Sulfonamida
Antibiotik ini telah disetujui untuk mengobati berbagai infeksi kulit, saluran kemih, dan beberapa infeksi saluran pernapasan.
Bukan pada anak-anak, pasien geriatri yang justru berisiko lebih tinggi mengalami efek neuropsikiatri, khususnya halusinasi, gugup, depresi, dan apatis.
Dokter Reza menekankan, efek samping dari jenis antibiotik di atas masih kontroversial. Butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah benar-benar ada hubungan antara antibiotik dengan perubahan perilaku anak saat pengobatan berlangsung.
Artikel Lainnya: Anak Diare, Perlukah Diberikan Antibiotik?
Minimalkan Efek Samping Antibiotik dengan Cara Ini
Komunikasi terbuka antara orang tua dan dokter sangat diperlukan. Jika memang pernah ada riwayat ketidakcocokan obat, Anda harus mengatakannya kepada dokter demi mencegah efek samping yang merugikan.
Selain itu, hal-hal lain di bawah ini juga bisa dilakukan:
- Hindari membeli antibiotik secara mandiri tanpa anjuran dan resep dokter. Selain untuk meminimalkan efek samping, hal ini juga dapat mencegah resistensi antibiotik.
- Konsumsi sesuai dosis dan petunjuk.
- Komunikasikan dulu kepada dokter bila Anda hendak memberi obat lain (sekali pun itu obat bebas dan obat alami) demi mencegah interaksi negatif.
- Simpan obat dengan benar.
- Segera periksakan ke dokter bila mulai terjadi efek samping antibiotik pada anak, sehingga bisa mendapat penanganan yang lebih tepat.
Itu dia penjelasan seputar efek samping antibiotik pada perilaku anak. Bila ada pertanyaan seputar konsumsi obat, langsung konsultasikan kepada dokter kami lewat fitur LiveChat dari Klikdokter.
(FR/AYU)