Terkadang kita merasakan duka yang teramat dalam ketika ditinggalkan orang yang kita cintai. Rasa duka seperti ini pun bisa dialami anak-anak. Mereka juga dapat kesulitan untuk mengekspresikan apa yang dirasakan.
Dalam hal ini, bantuan tenaga profesional kadang dibutuhkan. Konseling duka untuk anak dapat menjadi cara yang sehat untuk mengatasi rasa sedihnya.
Simak penuturan psikolog mengenai grief counseling untuk anak dan pilihan metodenya berikut ini.
Mengapa Anak Perlu Mengikuti Konseling Duka?
Beberapa anak dapat pulih dari rasa sedih tanpa mengalami masalah emosional jangka panjang. Akan tetapi, beberapa anak lainnya bisa rentan terhadap gangguan emosi yang cukup signifikan ketika rasa dukanya tidak diatasi.
Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, mengatakan anak-anak perlu melakukan konseling duka agar mereka bisa menerima kondisi yang sedang terjadi padanya.
“Selain itu, ketika banyak aspek sosial yang terganggu dalam hidupnya, misalnya menjadi pemurung, selalu menangis, menarik diri dari lingkungannya, sebaiknya segera ke psikolog,” jelasnya.
Artikel Lainnya: Trauma pada Anak Bisa Ganggu Karakternya Saat Dewasa
Melansir Verywell Family, anak-anak yang mengalami masalah emosi jangka panjang setelah kehilangan orang yang dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam hidup.
Mereka berisiko harus lebih berjuang untuk konsentrasi di sekolah, serta mengalami masalah perilaku dan kesulitan membentuk hubungan yang sehat.
Lalu, anak-anak yang berjuang sendirian mengelola kesedihan mereka relatif lebih berisiko mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan dalam penyesuaian.
Terkadang, kesusahan yang berkelanjutan muncul dari keadaan yang sangat sulit. Misalnya, anak yang selamat dari kecelakaan namun orang yang dicintainya meninggal, mungkin mengalami rasa bersalah, ketakutan, dan kebingungan yang parah.
Ia juga mungkin akan mengalami rasa bersalah berlebihan tentang kematian orang terkasihnya. Anak mungkin akan marah kepada orang yang menyebabkan kematian tersebut.
Ikhsan menyarankan, perhatikan berapa lama anak mengalami rasa duka. “Jika sudah berlangsung lama dan rasa duka masih mengganggu kehidupan sehari-harinya, maka perlu segera ke psikolog,” ujarnya.
Manfaat konseling dukacita dapat membantu anak menangani perasaan atau emosinya dengan lebih sehat.
Artikel Lainnya: Tanda-Tanda Si Kecil Perlu Berobat ke Psikolog Anak
Tipe-Tipe Grief Counseling untuk Anak
Umumnya, anak-anak usia prasekolah ke atas dapat merasakan manfaat konseling duka ini. Mereka biasanya lebih mudah terlibat dalam kegiatan dan permainan yang membantu memproses perasaan.
Sementara, anak-anak yang berusia lebih dewasa bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk berdiskusi tentang emosi dan pengalaman.
Berikut beberapa jenis konseling dukacita yang bisa diterapkan pada anak:
1. Kelompok Duka (Grief Group)
Anak akan mendapatkan manfaat dari pertemuan dengan anak-anak lain dalam kelompok usia yang sama dan juga mengalami kehilangan. Mereka dapat mengerjakan proyek seni, terlibat dalam terapi musik, atau mempelajari keterampilan untuk mengatasi masalah tertentu dengan tenaga profesional terlatih.
Untuk kelompok usia remaja, mungkin dapat membicarakan rasa kehilangan dengan teman sebaya ataupun psikolog.
2. Terapi Individu
Anak yang sedang berduka juga bisa mengikuti sesi konseling per individu. Konselor mungkin perlu berkonsultasi dahulu dengan wali anak untuk mengetahui keadaan anak. Kemudian, anak bisa diberikan waktu untuk berbicara dengan konselor secara pribadi.
Selain itu, anak-anak kecil dapat dilibatkan dalam kegiatan seperti menggambar, sementara anak yang lebih dewasa difokuskan pada diskusi.
Menurut Psikolog Ikhsan, pada sesi konseling individu, anak akan fokus pada rasa duka yang dialami dan dirasakan, serta bagaimana emosinya. “Terkadang, ada anak yang berduka tetapi tidak tahu apa yang dirasakannya,” ungkapnya.
Ikhsan menjelaskan, tujuan terapi individual ini adalah membangun coping strategy (cara mengatasi masalah) yang berkaitan dengan rasa dukanya.
3. Terapi Keluarga
Terapi keluarga melibatkan orangtua atau kerabat untuk menghadiri sesi bersama. Pada sesi ini, orang-orang terdekat anak yang berduka akan berbicara tentang rasa kehilangan.
Wali atau orangtua anak akan diberikan psiko-edukasi tentang cara terbaik untuk mendukung anak yang sedang bersedih.
Artikel Lainnya: Menjaga Kesehatan Mental Anak saat Tahu Ibunya Terjerat Kriminal
Bagaimana Menjelaskannya kepada Anak?
Mungkin anak akan bingung mengapa ia perlu menemui konselor beberapa kali. Oleh karena itu, menjelaskannya dengan cara yang mudah dipahami dapat mengurangi rasa takut anak untuk bertemu orang baru.
Coba lakukan dengan cara membandingkan luka emosional dengan luka fisik. Katakan dalam bentuk analogi seperti:
“Saat kamu terluka di bagian lutut, kami akan membersihkan dan merawatnya di rumah. Tetapi, jika luka terlalu berat, perlu ke dokter untuk merawatnya. Sama halnya dengan luka emosional. Terkadang kita bisa mengatasi luka emosional di rumah. Tapi, jika sudah membebani pikiran, kita harus menemui profesional yang dapat membantu.”
Jelaskan pula kepada anak bahwa konselor akan membantunya belajar menghadapi emosi yang sulit, seperti kemarahan dan kesedihan mendalam. Katakan bahwa perasaan tersebut normal setelah mengalami kehilangan.
Jika rasa duka dan kehilangan mulai terlihat mengganggu perilaku dan pola pikir anak, sebaiknya segera kunjungi psikolog untuk menentukan terapi yang tepat.
Konsultasi langsung dengan psikolog lebih mudah lewat LiveChat di aplikasi KlikDokter.
(FR/AYU)
Referensi:
- Wawancara Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog.
- Verywell Family. Diakses 2022. Grief Counseling for Children.
- National Health Service UK. Diakses 2022. Children and bereavement.
Ditinjau oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog.