Individu dengan autisme seringkali menunjukkan pola perilaku yang terlihat tidak biasa bagi orang lain, misalnya berkomunikasi dengan cara yang unik, tertawa tanpa alasan yang jelas, dan kontrol emosi yang kurang.
Ciri lain dari individu dengan autisme adalah melakukan gerakan, tertawa, atau tersenyum sendiri secara berulang-ulang tanpa alasan yang jelas. Perilaku ini biasanya disebut sebagai stimming atau self-stimulatory behavior.
Stimming adalah bagian yang sangat umum dari spektrum autisme, dan meskipun bisa tampak aneh atau tidak wajar bagi orang-orang yang tidak memahami autisme, perilaku ini memiliki fungsi penting bagi individu yang mengalaminya.
Namun, karena perilaku ini berbeda dari norma sosial umum, banyak orang tua atau pengasuh yang merasa khawatir ketika melihat anak mereka tertawa sendiri atau melakukan stimming secara berulang.
Pada artikel ini, Psikolog Iswan Saputro akan membahas apa itu stimming, apakah stimming termasuk gangguan mental, dan apakah perilaku ini perlu dikhawatirkan pada individu autisme.
Artikel lainnya: Kenapa Anak dengan Autisme Biasanya Pintar? Ini Faktanya
Apa Itu Stimming?
Stimming, atau perilaku stimulasi diri, mengacu pada serangkaian gerakan, suara, atau tindakan yang dilakukan secara berulang dengan tujuan memberikan rangsangan sensorik atau membantu individu mengelola emosi seperti stres, kecemasan, ketakutan, atau kebosanan.
Meskipun istilah ini sering diasosiasikan dengan autisme, perilaku stimming sebenarnya umum terjadi pada semua individu, terutama saat mereka berada dalam situasi yang memicu ketegangan, atau ketika mencoba berkonsentrasi.
Stimming dianggap sebagai mekanisme untuk mengatur diri secara sensorik atau emosional.
Contoh umum stimming meliputi gerakan mengayunkan tangan, mengayunkan tubuh, bertepuk tangan, berputar, atau mengeluarkan suara tertentu berulang kali.
Beberapa individu dengan autisme mungkin juga tertawa tanpa alasan yang jelas, yang juga bisa dianggap sebagai bentuk stimming.
Pada individu autistik, perilaku stimming sering kali lebih terlihat secara intens dibandingkan dengan orang pada umumnya, dan dapat berfungsi sebagai cara penting untuk mengatasi lingkungan yang mungkin dirasakan sebagai sangat menstimulasi atau membingungkan.
Meskipun stimming sering kali dianggap bermanfaat bagi individu yang melakukannya, perilaku ini dapat menjadi tantangan dalam lingkungan sosial atau pekerjaan tertentu.
Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks di balik perilaku stimming agar dapat mendukung individu secara efektif dalam mengelola lingkungan mereka.
Artikel lainnya: Pengaruh Makanan dan Minuman Tinggi Gula pada Anak Autis
Apa Saja Jenis Stimming
Berikut adalah beberapa jenis stimming yang perlu diketahui:
- Visual: Melibatkan tindakan berulang terkait penglihatan, seperti menatap cahaya atau membuat pandangan kabur.
- Pendengaran: Mencakup mendengarkan atau mengulang suara yang sama berkali-kali.
- Taktil: Berfokus pada stimulasi indera peraba melalui sentuhan.
- Penciuman atau perasa: Melibatkan rangsangan dari bau atau rasa yang kuat yang memberikan stimulasi sensorik.
- Propriosepsi: Berhubungan dengan rangsangan yang memengaruhi keseimbangan dan kesadaran tubuh, serta kontrol terhadap anggota tubuh.
Mengapa stimming terjadi?
Bagi individu autistik, stimming membantu mengelola rangsangan sensorik berlebihan atau kurang. Misalnya, ketika lingkungan terlalu bising, stimming berfungsi sebagai "pelindung" untuk mengurangi ketidaknyamanan.
Sebaliknya, stimming juga bisa digunakan untuk menstimulasi diri saat merasa bosan. Selain itu, stimming sering kali menjadi cara untuk mengekspresikan emosi yang sulit disampaikan, seperti kegembiraan, kecemasan, atau frustrasi.
Misalnya, tertawa sendiri bisa muncul karena stimulasi emosional meskipun tampak tidak memiliki alasan yang jelas bagi orang lain.
Apakah Stimming Termasuk Gangguan Mental?
Stimming pada individu autistik bukanlah gangguan mental, melainkan perilaku alami dalam spektrum autisme. Ini berfungsi sebagai mekanisme koping untuk mengelola lingkungan yang mungkin terasa membingungkan.
Stimming hanya menjadi perhatian jika berbahaya, seperti memukul diri, melukai bagian tubuh tertentu, atau menggigit kulit. Dalam kasus tersebut, perlu ada penanganan, meski tetap diakui sebagai upaya individu untuk menyesuaikan diri.
Jika stimming berlebihan mengganggu fungsi sosial atau fokus, intervensi atau terapi mungkin dibutuhkan untuk membantu mereka menemukan cara lain dalam mengatasi stres dan mengelola emosi.
Artikel lainnya: 10 Jenis Terapi untuk Anak dengan Autisme
Perlukah Stimming pada Individu Autis Itu Dikhawatirkan?
Banyak orang tua mungkin khawatir ketika anak autistik mereka menunjukkan stimming intens, seperti tertawa sendiri atau gerakan berulang.
Namun, tidak semua stimming perlu dikhawatirkan, karena ini sering menjadi cara meredakan kecemasan atau mengatasi rangsangan sensorik berlebih.
Stimming perlu dikhawatirkan jika:
- Membahayakan fisik, seperti melukai diri.
- Mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti belajar atau berinteraksi sosial.
- Terlalu berlebihan hingga menghambat fungsi sosial.
Jika stimming menyebabkan masalah tersebut, intervensi yang tepat mungkin diperlukan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan meliputi:
- Terapi perilaku: Terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi perilaku terapan (ABA) dapat membantu individu mengurangi frekuensi stimming atau menggantinya dengan perilaku yang lebih adaptif.
- Pendekatan sensorik: Terapi okupasi yang berfokus pada integrasi sensorik dapat membantu individu dengan autisme dalam memahami dan mengelola rangsangan sensorik secara lebih efektif.
- Lingkungan yang mendukung: Menciptakan lingkungan yang ramah sensorik, seperti mengurangi kebisingan atau memperbaiki pencahayaan, dapat membantu mengurangi kebutuhan individu untuk melakukan stimming.
Stimming adalah perilaku umum pada individu autistik yang berfungsi sebagai cara untuk mengekspresikan diri dan mengatasi rangsangan sensorik.
Meskipun terlihat tidak wajar bagi orang lain, stimming biasanya tidak perlu dikhawatirkan kecuali membahayakan fisik atau mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pahami lebih dalam tentang stimming dan kesehatan mental lainnya di KlikDokter! Download aplikasi media kesehatan KlikDokter untuk baca beragam artikel menarik tentang autisme dan kesehatan. Jangan lupa untuk selalu #JagaSehatmu ya.
- Kapp, S. K., et al. (2019). "Interacting With Autistic People: Views of Autistic Adults and Parents About What Works." Autism, 23(7), 1715-1724.
- Leekam, S. R., et al. (2011). "Restricted and Repetitive Behaviors in Autism Spectrum Disorders: A Review of Research in the Last Decade." Psychological Bulletin, 137(4), 562–593.
- Lovaas, O. I. (1987). "Behavioral Treatment and Normal Educational and Intellectual Functioning in Young Autistic Children." Journal of Consulting and Clinical Psychology, 55(1), 3-9.
- American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.Baron-Cohen, S. (2008). "Autism and Asperger Syndrome." Oxford University Press.