Angka remaja yang melakukan seks pranikah semakin meningkat. Bahkan rentang usia remaja yang melakukan hal ini pun makin dini saja.
Menurut Dr. Julianto Witjaksono, SpOG-K, MGO, PhD, selaku dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan mengatakan bahwa tingkat hubungan seksual pranikah di kalangan remaja sudah sangat meresahkan. Mereka yang melakukan seks pranikah lebih banyak dalam rentang usia yang belum mencapai 15 tahun.
Bahaya Seks Pranikah
1. Pengetahuan Reproduksi Rendah
Mengutip situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan kehamilan di usia dini masih sangat rendah.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, hanya 35,3 persen remaja wanita dan 31,2 persen remaja pria usia 15–19 tahun mengetahui bahwa wanita dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual.
Artikel Lainnya: Risiko Kekurangan Tidur pada Perilaku Remaja
2. Tidak Mengambil Langkah Pencegahan
Seperti dijelaskan sebelumnya, pengetahuan remaja mengenai reproduksi cenderung rendah. Berdasarkan fakta tersebut, remaja mungkin tidak terlalu paham langkah-langkah pencegahan kehamilan, misalnya dengan kontrasepsi.
Kalaupun paham, mereka akan lebih sulit menjalankannya karena faktor sosial. Dengan demikian, sangat mungkin jika seks pranikah berujung kepada kehamilan.
3. Risiko Tertular Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tidak seperti pasangan menikah yang melakukan hubungan monogami, remaja yang sudah aktif secara seksual sangat mungkin berganti-ganti pasangan. Hal ini bukan berarti berhubungan dengan banyak pasangan dalam sekali waktu, namun memiliki banyak pasangan seksual karena putus lalu punya pacar baru.
Banyaknya pasangan seksual berhubungan dengan risiko tertular infeksi menular seksual. Selain itu, belum tentu remaja melakukan seks secara aman seperti dengan menggunakan kondom setiap kali berhubungan. Kedua hal ini dapat meningkatkan risiko tertular IMS.
4. Mengakhiri Kehamilan secara Tidak Aman
Bagaimana jika kehamilan pranikah telanjur terjadi? Remaja mungkin memilih untuk melakukan aborsi, sering kali secara tidak aman. Menurut WHO, di antara aborsi yang dilakukan oleh remaja berusia 15-19 tahun setiap tahunnya, hampir 70 persen dilakukan secara tidak aman.
Hal ini turut menciptakan masalah kesehatan bagi remaja wanita yang menjalaninya, bahkan bisa berujung pada kematian.
Artikel Lainnya: 5 Imunisasi Wajib Sebelum Menikah
5. Komplikasi Kehamilan
Kehamilan pada wanita berusia kurang dari 21 tahun sangat rentan mengalami komplikasi. Komplikasi bisa saja terjadi selama masa kehamilan maupun saat menjalani persalinan. Karena pada usia tersebut, rahim dan organ reproduksi lainnya belum siap untuk menjadi tempat janin bertumbuh.
Pada tingkat yang lebih parah, komplikasi ini dapat memicu kematian pada calon ibu muda tersebut. Di Indonesia, 48 persen kejadian kematian ibu (saat hamil dan melahirkan) disebabkan karena hamil di usia yang terlalu muda.
6. Bayi Berisiko Lahir Prematur
Tak hanya berakibat buruk pada ibu, kehamilan di usia remaja juga membahayakan bayi, yakni berisiko tinggi untuk lahir prematur dan lahir dengan berat badan yang rendah.
SDKI 2012 pun menunjukkan bahwa angka kematian neonatal, post-neonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20–39 tahun.
WHO juga mencatat bahwa 50 persen bayi yang lahir dari ibu remaja meninggal pada beberapa minggu pertama kelahirannya.
7. Orang Tua Usia Remaja
Tentunya, masih ada masalah jangka panjang lainnya yang mungkin akan terjadi saat seseorang harus menjadi ibu atau ayah di usia terlalu muda.
Misalnya saja kemungkinan putus sekolah, sulit mendapat pekerjaan yang baik, kehilangan waktu bersenang-senang sebagai remaja, tanggung jawab mengurus anak, dan lain-lain.
Artikel Lainnya: Manfaat Tes Kesehatan dan Bimbingan Pranikah
Pentingnya Mencegah Remaja Berhubungan Seks Pranikah
Apakah Anda seorang orang tua dari remaja? Jika ya, saatnya Anda turut berperan aktif. Salah satu langkah terpenting yang dapat Anda lakukan adalah membekali remaja dengan pengetahuan reproduksi yang baik.
Jelaskan selengkap-lengkapnya mengenai cara kerja sistem reproduksi, pencegahan kehamilan, serta berbagai risiko melakukan hubungan seks pranikah. Berikan kesempatan bagi anak Anda untuk bertanya sepuasnya.
Perlu disadari, topik ini sering kali menimbulkan kecanggungan sehingga banyak orang tua menghindari membicarakannya. Belum lagi, anggapan bahwa pengetahuan reproduksi merupakan hal tabu.
Banyak juga anggapan bahwa mengajarkan pengetahuan reproduksi malah akan mendorong remaja untuk berhubungan intim.
Namun ingat, data membuktikan banyak remaja tetap melakukan hubungan seks pranikah walaupun dengan pengetahuan reproduksi yang minim. Ketidaktahuan inilah yang dikhawatirkan akan membuat remaja berperilaku sembrono.
Tentunya saat memberi informasi perlu dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dan senyaman mungkin, agar anak lebih mendengarkan apa yang Anda sampaikan.
Jadi, peran orang tua dalam memperkenalkan bahaya seks pranikah ini sangat penting agar para remaja tidak minim pengetahuan. Dengan demikian, Anda akan turut mencegah meningkatnya angka kejadian seks pranikah pada remaja.
[FY]