Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak rentan terkena gangguan kesehatan kulit. Sebut saja biduran (bentol-bentol gatal), biang keringat (retensi keringat yang muncul seperti bintik-bintik kecil), dermatitis atopik (ruam merah, gatal, dan kering), impetigo (bentol merah yang berpotensi menjadi koreng), dan bercak putih.
Beberapa penyakit itu memang menjadi langganan gangguan kulit pada anak. Selain gangguan tersebut, nyatanya anak juga sering bisulan.
Artikel lainnya: Bisul Tak Kunjung Sembuh, Apa yang Perlu Dilakukan?
Ya, anak-anak kerap dibuat tak nyaman oleh bisul. Bagaimana tidak? Bisul bisa muncul di mana saja dan membuat ruang gerak si Kecil menjadi terbatas. Anak pun sering meringis kesakitan ketika bisul tergesek saat berpakaian, mengeringkan tubuh setelah mandi, atau saat melakukan aktivitas lainnya.
Menurut dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter, bisul merupakan sekumpulan nanah yang berada di dalam suatu rongga kulit akibat infeksi kulit. Pada awalnya, kulit menjadi merah di area infeksi lalu berkembang menjadi benjolan lunak. Setelah 4-7 hari, benjolan mulai memutih seperti nanah yang terkumpul di bawah kulit.
Bisul umumnya muncul di area wajah, leher, ketiak, bahu, dan bokong. Jika bisul timbul di kelopak mata, ini dinamakan tembel atau bintitan. Penyebab terjadinya bisul adalah karena bakteri Staphylococcus aureus yang masuk ke dalam tubuh melalui goresan luka di kulit. Bisul biasanya hanya muncul satu, tidak berkelompok, di atas permukaan kulit. Jika bisul muncul secara berkelompok, maka ini merupakan jenis infeksi yang lebih serius, yang dinamakan karbunkel.
Mengapa Anak Sering Bisulan?
Belum berkembang sempurnanya kulit anak bisa membuatnya mudah terinfeksi beragam bakteri, tak terkecuali bakteri Staphylococcus aureus, si pemicu munculnya bisul. Selain itu, dr. Dyah mengatakan bahwa ada tiga faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena bisul, yakni:
- Faktor alergi. Bisul bisa timbul jika anak mengalami alergi terhadap faktor pemicunya (alergen), misalnya makanan.
- Faktor lingkungan. Semakin kotor lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya, maka semakin besar kemungkinan ia terserang virus, bakteri, jamur, atau kuman berbahaya lainnya.
- Faktor kebersihan tubuh anak. Jika anak tidak membersihkan diri setelah bermain di luar rumah atau anak tidak mengganti baju saat ia berkeringat, maka risiko bisulan lebih tinggi. Hindari juga pemberian bedak setelah mandi. Hal ini bisa memudahkan bakteri berkembang biak di kulit, terutama jika anak mengeluarkan keringat yang lalu bercampur dengan bedak.
Artikel lainnya: Penasaran, Benarkah Ada Makanan yang Picu Bisul?
Selain karena kulit anak belum berkembang secara sempurna, adanya infeksi bakteri, dan tiga faktor yang disebutkan di atas, anak juga bisa rentan menderita bisulan akibat kekurangan gizi dan memiliki masalah pada sistem imunitas tubuhnya. Sedangkan pada orang dewasa, orang penderita penyakit diabetes dan mereka yang sering terpapar zat kimia berbahaya juga berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit kulit tersebut.
Kapan Anak Harus dibawa ke Dokter?
Jika belum terlalu parah, bisul bisa diatasi sendiri di rumah. “Anda dapat merawatnya di rumah dengan cara mengompres area bisul dengan handuk hangat selama 20 menit. Sebelum mengompres, pastikan Anda telah mencuci tangan hingga bersih,” ungkap dr. Dyah.
“Apabila bisul sudah pecah, tutuplah area tersebut dengan kasa steril untuk menyerap nanahnya,” lanjutnya.
Jika anak mengalami bisulan disertai demam tinggi, muncul bisul di area lainnya, kulit di sekitar bisul memerah, rasa sakit makin parah, dan bisul tak kunjung pecah, segera periksakan ke dokter.
Namun jika anak sering bisulan, jangan menganggap ia penyakitan, ya. Karena memang Anda beberapa faktor penyebab anak sering bisulan. Jika si Kecil sedang bisulan, pastikan handuk atau pakaiannya tidak tercampur dengan pakaian anggota keluarga lain. Selain itu, biasakanlah hidup sehat dan bersih untuk meminimalkan terjadinya bisul dan gangguan kesehatan lainnya.
[RN/ RVS]
Artikel lainnya: Waspada, Ini Penyebab Bisul pada Penderita Diabetes