KlikDokter.com - Meskipun agresi kekerasan yang muncul pada remaja disebabkan oleh berbagai macam faktor yang kompleks, namun sebuah penelitian di Boston, Amerika Serikat, menunjukkan hubungan peningkatan agresi remaja kepada siapapun termasuk keluarga mereka sendiri akibat mengkonsumsi minuman bersoda dilihat dari dosisnya dengan kenaikan diatas 15%.
Minum-minuman bersoda menjadi salah satu hal yang semakin meningkat saat ini. Hal ini dikarenakan oleh lingkungan sekitar kita yang semakin berkembang dan bergerak cepat, sehingga seringkali kita ikut terbawa tanpa menyadari adanya konsekuensi dikemudian hari. Salah satunya adalah dengan maraknya tempat yang memberikan akses kemudahan akan makanan dan minuman siap saji yang bahkan dijadikan tempat ‘nongkrong’ para remaja saat ini. Sehingga tidak sedikit dari mereka menganggap hal tersebut sebagai bagian dari lifestyle mereka.
Perubahan pola makan mereka akan makanan dan minuman siap-sajilah yang menjadi acuan para ilmuwan akan efek agresi kekerasan pada seseorang, karena nutrisi dan gizi mereka tidak tercukupi. Hal ini juga didukung dalam penelitian sebelumnya di Inggris dengan memberikan vitamin dan mineral kepada para narapidana, ternyata mampu mengurangi angka kekerasan dalam penjara hingga 40%.
Selaku pimpinan dalam penelitian ini, Dr. Sara Solnick dari University of Vermont, Amerika Serikat, lebih menekankan akan kenaikan sikap agresi kekerasan remaja yang seiring dengan meningkatnya dosis remaja dalam meminum minuman bersoda, kemudian dipublikasikan dalam the journal Injury Prevention hari Selasa kemarin (24/10).
Dari 1.878 remaja di 22 sekolah negeri Boston, ditemukan kenaikan tingkat kekerasan remaja yang hanya meminum 1-4 kaleng seminggu dengan mereka yang meminum hingga lebih dari 4 kaleng seminggu mengalami kenaikan dalam kekerasan saat berpacaran dari 15% menjadi 27%, kekerasan terhadap orang lain dari 35% menjadi 58%, kekerasan terhadap saudara/keluarga dari 25% menjadi 43% dan peningkatan dalam mempengaruhi sifat kasar dengan membawa senjata tajam ke sekolah dari 23% menjadi 42%.
Diharapkan hal ini menjadi gambaran jelas bagi para orang tua untuk selalu memenuhi jumlah nutrisi anak-anak dan mencegah membiasakan mereka meminum minuman bersoda demi menjaga keharmonisan dengan sesama.