Pertumbuhan setiap anak memiliki kecepatan yang bervariasi. Saat berusia lima tahun, mungkin anak tampak lebih pendek dari teman sebayanya. Biasanya, meski anak tampak lebih pendek, dalam beberapa tahun ia bisa menjadi yang lebih tinggi.
Perawakan pendek merupakan salah satu penyebab orang tua memeriksakan anaknya ke dokter. Untuk menentukan apakah tinggi badan anak masih termasuk wajar atau tidak, dokter akan melakukan pemeriksaan tinggi badan.
Sebenarnya, pengukuran ini merupakan hal yang rutin dilakukan setiap kali anak datang untuk kontrol, imunisasi, ataupun berobat. Bersama dengan berat badan dan lingkar kepala, tinggi badan anak dipantau secara berkala.
Dokter biasanya akan menggunakan grafik tinggi badan untuk melihat pertumbuhan. Dalam grafik tersebut, tinggi badan yang berada di antara persentil ketiga dan persentil ke-97 masih termasuk normal.
Sepanjang pertumbuhannya, mungkin anak akan berpindah-pindah persentil. Ini disebabkan kecepatan pertumbuhan yang tidak selalu konstan dari waktu ke waktu.
Faktor yang paling menentukan tinggi badan anak adalah genetik. Artinya, tinggi badan Mama dan Papa juga perlu diukur untuk memperkirakan tinggi badan anak nantinya. Berikut adalah beberapa penyebab anak pendek yang perlu diketahui:
1. Familial Short Stature
Kondisi ini merupakan bentuk pertumbuhan yang masih normal.
Anak dengan familial short stature memiliki kecepatan pertumbuhan yang normal, usia tulang (bone age) yang sesuai umur, serta perkiraan tinggi badan yang sesuai dengan orang tuanya.
Dengan kata lain, secara genetik memang potensi tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan teman-temannya.
Aritkel Lainnya: Inilah Tinggi Badan Anak Indonesia Sesuai Usianya
2. Constitutional Delay of Growth and Development
Kondisi ini bisa menjadi salah satu penyebab pertumbuhan tinggi anak lambat.
Berbeda dengan familial short stature, anak dengan kondisi ini menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang tidak normal.
Selain itu, usia tulang anak tidak sesuai dengan umurnya serta tinggi badan yang lebih pendek dari perkiraan tinggi berdasarkan orang tuanya.
3. Penyakit Kronis dan Kekurangan Nutrisi
Pada beberapa kasus, tinggi badan anak yang tidak bertambah bisa merupakan gejala kekurangan nutrisi.
Selain kurangnya asupan, nutrisi yang tidak mencukupi untuk pertumbuhan bisa terjadi akibat adanya gangguan penyerapan, seperti penyakit celiac atau penyakit Crohn.
Penyakit kronis seperti kelainan jantung bawaan, masalah pada ginjal, dan gangguan paru-paru juga bisa menjadi penyebab anak pendek. Karena itu, penting untuk mengatasi infeksi yang ada agar tumbuh kembang anak tidak terganggu.
4. Kelainan Hormon dan Metabolisme
Walaupun jarang, kelainan hormon dan metabolisme dapat menjadi penyebab anak tidak tumbuh tinggi. Salah satu kelenjar di dalam tubuh, yakni pituitari, memproduksi hormon pertumbuhan atau growth hormone.
Kurangnya hormon pertumbuhan dalam tubuh akan menimbulkan gangguan penambahan tinggi badan.
Hormon lain yang juga berperan dalam pertumbuhan adalah tiroid. Kondisi hipotiroidisme atau rendahnya kadar tiroid dalam tubuh menyebabkan gangguan pada hormon pertumbuhan, sehingga memengaruhi tinggi badan anak.
Artikel Lainnya: Cara Meninggikan Badan di Masa Pertumbuhan
5. Adanya Masalah Saat Kehamilan
Masalah kehamilan, seperti intrauterine growth restriction (IUGR) atau yang dikenal sebagai pertumbuhan janin terhambat, bisa menjadi penyebab pertumbuhan tinggi anak terlambat.
Kondisi IUGR sendiri bisa terjadi akibat kebiasaan buruk ibu sewaktu hamil. Misalnya, merokok hingga tidak rutin memeriksakan diri saat antenatal care.
Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan dapat terhambat dan bisa berlanjut hingga ia lahir.
6. Kelainan Genetik
Tidak dimungkiri, salah satu penyebab anak pendek adalah adanya kelainan pada genetik.
Beberapa kelainan genetik seperti sindrom Prader-Willi, sindrom Turner, dan sindrom Noonan memiliki gejala berupa tubuh yang pendek.
7. Penyakit Tulang
Terhambatnya pertumbuhan tinggi badan anak bisa disebabkan oleh masalah tulang, salah satunya achondroplasia.
Achondroplasia adalah gangguan pertumbuhan tulang yang menyebabkan seseorang memiliki tubuh yang tidak proporsional dan kerdil.
Apabila Mama dan Papa merasa khawatir mengenai pertumbuhan anak, maka langkah pertama yang paling tepat untuk dilakukan adalah melakukan pemeriksaan ke dokter.
Dengan pemeriksaan fisik yang menyeluruh, dokter akan mengetahui adanya gangguan pertumbuhan atau kondisi lain.
Pemantauan tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala secara berkala akan menunjukkan apakah pertumbuhan anak masih berada dalam batas wajar atau tidak.
Selain pengukuran pertumbuhan, hal lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan perkembangan anak (seperti kemampuan motorik kasar), kemampuan sosial, ataupun perkembangan seksual untuk usia remaja.
Artikel Lainnya: Peran Susu untuk Menambah Tinggi Badan, Efektifkah?
Pada sebagian besar kasus, penyebab badan anak pendek berkaitan dengan potensi genetiknya. Untuk hal ini, yang dapat Mama dan Papa lakukan adalah memberikan nutrisi yang mencukupi agar anak bertumbuh sesuai potensinya.
Jangan lupa untuk memberikan anak asupan kalsium tinggi, vitamin dan mineral, magnesium, serta whey protein agar pertumbuhan tulangnya lebih optimal.
Tak kalah penting, berikan dukungan psikologis kepada anak untuk mengembangkan bakat dan prestasinya di sekolah tanpa merasa kecil hati dengan tinggi badannya. Tanpa adanya dukungan dari keluarga, anak dapat merasa kurang percaya diri.
Jika Mama dan Papa masih punya pertanyaan mengenai topik ini, konsultasikan secara online kepada dokter spesialis anak via layanan Tanya Dokter.
Untuk #JagaSehatmu dan keluarga, baca artikel kesehatan lainnya dengan download aplikasi KlikDokter.
[RS]