Sedih rasanya jika melihat anak mengalami alergi. Ia bisa menjadi lebih rewel, manja, bahkan tidak bisa tidur. Kenali seluk- beluk alergi di sini, mulai dari penyebabnya hingga penyebab utamanya.
Alergi pada dasarnya merupakan reaksi tidak normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap benda asing yang disebut alergen. Alergen dapat berupa makanan, zat yang dihirup, obat, maupun bahan yang berkontak dengan kulit. Alergen yang paling sering dijumpai adalah makanan.
Berdasarkan data dari Mayo Clinic, dari 160 jenis makanan yang dapat menimbulkan alergi makanan, ada beberapa jenis tertentu yang lebih sering memicu alergi.
Berikut delapan jenis makanan yang menjadi penyebab dari 90% kasus alergi makanan:
- Susu
- Telur
- Ikan
- Makanan laut, seperti kepiting, udang, atau lobster
- Kacang pohon, seperti almon atau walnut
- Kacang tanah
- Gandum
- Kedelai
Tapi meskipun makanan di atas sering memicu alergi, bukan berarti anak Anda tidak boleh memakannya. Apalagi jika anak belum benar-benar terbukti alergi. Membatasi makanan sebelum ada diagnosis alergi akan membuat asupan nutrisi anak kurang lengkap.
Jadi, penting bagi Anda untuk mengetahui dengan pasti makanan apa saja yang menyebabkan alergi pada anak. Dengan demikian, anak dapat terhindar dari alergi makanan.
Untuk itu lakukan diet pantang makanan yang Anda curigai selama 1- 2 minggu pada anak. Setelah itu, coba berikan kembali pada anak. Jika muncul gejala alergi, berarti kecurigaan Anda terbukti.
Seperti apa gejala alergi? Ada beberapa tanda yang bisa Anda kenali seperti ruam di kulit, bersin, batuk, bengkak pada mata atau lidah, hingga sesak napas dan penurunan kesadaran.
Selain makanan, ingatlah bahwa alergi juga dapat dicetuskan oleh alergen lain. Misalnya: serbuk sari, spora, kutu debu, maupun rambut hewan peliharaan. Jadi, tanda alergi pada anak tak selalu karena makanan yang dikonsumsinya. Bila ragu, segera bawa anak Anda untuk berkonsultasi pada dokter.
[RS/ RH]