Berita Kesehatan

Bangsa yang Besar : Bangsa yang Menyayangi Anak - anak

Klikdokter, 10 Nov 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sulit dipercaya, diusianya yang hampir enampuluh tahun, Dr. Seto Mulyadi, Psi, Msi atau yang akrab disapa Kak Seto ini nyaris tidak menampakkan gejala menua. Klikdokter berasumsi, fenomena awet muda pada beliau diperkirakan karena ‘tertular’ energi keceri

Bangsa yang Besar : Bangsa yang Menyayangi Anak - anak

Sulit dipercaya, diusianya yang hampir enampuluh tahun, Dr. Seto Mulyadi, Psi, Msi atau yang akrab disapa Kak Seto ini nyaris tidak menampakkan gejala menua. Klikdokter berasumsi, fenomena awet muda pada beliau diperkirakan karena ‘tertular’ energi keceriaan anak-anak.

Bercita-cita semula menjadi seorang dokter, perjalanan hidup seorang Kak Seto diwarnai dengan suka dan duka yang mendalam. Kisah diawali ketika dirinya mengalami trauma mendalam akan kehilangan adik kesayangannya ketika masih balita akibat serangan malaria.

Berdua dengan saudara kembar beliau, tak henti-hentinya berdoa untuk dianugerahi kembali seorang adik. Begitu rindunya kepada figur seorang sang saudara kecil, kasih sayang yang ada dicurahkan kepada anak-anak dibawah usianya. Setiap kali beliau melihat anak kecil, beliau selalu teringat akan saudara kecilnya. Setiapkali beliau melihat figur anak, beliau selalu menganggap mereka selayaknya adik kesayangannya.

Hingga akhirnya selepas remaja, pun kerinduannya kepada almarhum adiknya, terwujudkan dengan kasih sayang tanpa pamrih kepada adik-adik baru yang dikenalnya. Serta merta karakter penyayang seorang Kak Seto pun terbangun di tengah masyarakat hingga saat ini.

Ikrar Mengabdi Kepada Dunia Anak-anak
Tuhan menentukan lain. Ketika saudara kembar dan dirinya merencanakan mendaftarkan diri kepada jenjang pendidikan akademis fakultas kedokteran, pria kelahiran 58 tahun silam ini harus menelan kenyataan yang sulit diterimanya. Beberapa fakultas kedokteran yang didaftarkannya belum bisa menerimanya sebagai mahasiswa. Sementara seiring dengan waktu, dirinya tengah melihat saudara kandung lainnya telah memulai jenjang pendidikan akademis masing-masing.

Kemudian secara spontan beliau memutuskan untuk pergi ke Jakarta meninggalkan kampung halamannya untuk mengasah ilmu yang dimilikinya. Trauma yang mendalam justru memici dirinya menjadi pribadi yang tahan banting tak mengenal putus asa.
Hingga pada akhirnya pada tanggal 4 April 1970, dirinya bertemu dengan Pak Kasur. Seorang pemilik lembaga pendidikan tahap awal yang memiliki wawasan luar biasa. Pertemuan inilah yang menciptakan sempurna sebuah karakter Kak Seto.

“Ketika itu saya diperkenalkan oleh siswa/i TK Pak Kasur dengan nama Kak Seto” ujarnya. Hingga saat ini, sapaan Kak Seto menjadi sebuah icon pendidik yang khas melekat pada dirinya. Pada masa inilah, dirinya mulai berikrar resmi dalam-dalam di hatinya, pengabdiannya kepada dunia pendidikan anak-anak akan ditekuni konsisten.

Seiring dengan berjalannya waktu, sambil menghabiskan hari-hari mengasah keterampilan ilmu mendidik anak-anak, beliau tidak pernah berhenti mencoba mendaftarkan diri kembali kepada fakultas yang dicita-citakannya. Pun, kembali dirinya harus menelan kekecewaan. Namun Tuhan merencanakan lebih besar. Disinilah sebuah pepatah klasik mengemuka, “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.”

Ketika dirinya kembali dirundung kegalauannya, Pak Kasur memberikan bantuan saran yang sangat mencerahkan. Atas nasehat Pak Kasur, dirinya disarankan untuk mencoba fakultas lainnya yang memiliki korelasi kuat dengan dunia anak-anak pula, yakni psikologi. Tak pikir dua kali, dirinya langsung mendaftarkan diri dan langsung berhasil memulai pendidikan akademisnya dengan serius.

Selepas pamit dari pembinaan sang pembimbingnya, Pak Kasur. Seto muda memutuskan untuk memulai sebuah pembinaan lembaga pendidikan taman kanak-kanak yang didirikannya. Tidak sedikit pengorbanan yang dibutuhkan. Namun jerih payah beliau terbayar puas. Terlihat betapa saat ini banyak sekali lembaga pendidikan binaannya sendiri yang sudah berdiri mengayomi kebutuhan bermain dan pendidikan anak-anak Indonesia.

Salah satu metode binaannya yang sukses adalah home-schooling. Dalam kurun waktu singkat, sedikitnya sudah 450 siswa dan siswi yang mengikuti metode pembelajaran dan bermain home-schooling, belum lagi masih ada sekitar 200 anak yang sudah mendaftarkan mengikuti metode ‘belajar di rumah’ ini.

Ketika ditanya motto seumurhidupnya, beliau mengumpamakan sebuah konsep hidup bagai analogi sebuah lilin yang menyala. “Rela berkorban habis, hanya demi menerangkan lingkungan sekitarnya.” Ujarnya menjelaskan singkat dengan tutur kata yang sangat santun.[](DA)

Dr. Seto Mulyadi, Psi, Msi

Seto Mulyadi
Tempat, Tanggal Lahir:
Klaten, Jawa Tengah,
28 - 8 – 1951
Agama :
Islam
Istri :
Devina
Anak:
Eka Putri Duta Sari
Bimo Dwi Putra Utama
Shelomita Kartika Putri Maharani
Nindya Puti Catur Permatasari


RIWAYAT PENDIDIKAN
Sekolah Menengah Umum:
1969
St. Louis, Surabaya.

Fakultas Psikologi :
1981
Universitas Indonesia

Program Pasca Sarjana :
1989
Universitas Indonesia
(Magister Bidang Psikologi)

Program Pasca Sarjana:
1993
Universitas Indonesia
(doktor bidang psikologi)

RIWAYAT PEKERJAAN
Ketua Pelaksana
Pembangunan Istana Anak-Anak
Taman Mini Indonesia
(1983)

Pendiri dan Ketua
Yayasan Mutiara Indonesia
1982 - sekarang

Pendiri dan Ketua
Yayasan Nakula Sadewa
1984 - sekarang

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta
(1994 – 1997)

Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak
(1988 – sekarang)


KEGIATAN LAIN
Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia
(1983 – 1985)

Director at-large International Council of Psychologists
(1985)

Anggota International Society for Twins Studies
(1985)

Anggota Creative Education Foundation
(1993 – sekarang)

Anggota World Council for Gifted & Talented Children
(1994)

 

Msi.
PSI
Dr. Seto Mulyadi