Covid-19

Alasan Lansia Tidak Jadi Prioritas Utama Vaksin COVID-19

Nesia Qurrota Ayuni, 23 Des 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pemerintah Indonesia telah menetapkan daftar prioritas vaksin COVID-19. Dan, lansia tidak masuk kelompok prioritas. Apa alasannya?

Alasan Lansia Tidak Jadi Prioritas Utama Vaksin COVID-19

Pemerintah Indonesia telah menetapkan daftar prioritas penerima vaksin virus corona. Kelompok itu antara lain tenaga kesehatan, Polri, TNI, tokoh masyarakat atau agama, tenaga pendidik, peserta BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan masyarakat berusia 19-59 tahun.

Dari daftar tersebut, kelompok usia lanjut atau lansia tidak masuk dalam daftar prioritas vaksin COVID-19. Definisi lansia menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah seseorang yang berumur  60 tahun atau lebih.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik tahun 2019, jumlah lansia di Indonesia sekitar 25 juta penduduk. Jumlah tersebut tergolong banyak jika memang tidak diprioritaskan mendapat vaksin corona. Apa kira-kira alasan medisnya?

1 dari 2

Mengapa Lansia Bukan Prioritas Penerima Vaksin COVID-19?

Menurut dr. Valda Garcia, alasan mengapa lansia tidak menjadi prioritas vaksin COVID-19 di Indonesia, kemungkinan mengacu kepada reaksi yang ditimbulkan.

“Kemungkinan karena risiko efek samping pada lansia bisa lebih berat. Terlebih jika memiliki penyakit penyerta lainnya,” jelas dr. Valda.

Di samping itu, para ahli sepakat bahwa kelompok usia sasaran vaksinasi haruslah kelompok yang mengikuti uji klinis. Perlu diingat pula bahwa ketersediaan vaksin corona saat ini cukup terbatas sehingga perlu kategorisasi prioritas.

Kelompok lansia dianggap tidak memiliki mobilitas yang tinggi, dibandingkan mereka yang berada dalam usia produktif.

Artikel lainnya: Daftar Vaksin Penting untuk Lansia

Jika menilik uji vaksin Sinovac yang dilakukan di Bandung, sekitar 1.600 relawan yang terlibat berada pada rentang usia 18-59 tahun. Artinya, kelompok lansia memang tidak masuk dalam kelompok peserta uji klinis vaksin.

Tanpa masuk dalam uji klinis, tidak diketahui secara pasti reaksi atau efek samping vaksin terhadap lansia. Lalu, apakah berarti lansia tidak rawan tertular virus corona?

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan siapa pun dapat terinfeksi virus corona, baik usia muda maupun tua. Bahkan, mereka yang berusia lanjut lebih berisiko tinggi terhadap kematian.

Sebagai antisipasi, pemerintah mengimbau agar masyarakat yang berpergian atau memiliki mobilitas tinggi untuk menjaga jarak dari lansia yang ada di rumah.

Artikel lainnya: Cara Tepat Menjaga Kesehatan Mental Ibu Lansia

2 dari 2

Efektivitas Vaksin COVID-19 pada Lansia

Diketahui pada lansia, sistem imun mereka perlahan mulai menurun. Hal tersebut, dikhawatirkan sejumlah pihak membuat vaksin corona menjadi kurang efektif.

“Iya, bisa jadi. Tapi, tetap butuh penelitian lebih lanjut karena efektivitas vaksin bisa berbeda,” tutur dr. Valda.

Memang, dari sejumlah vaksin corona yang dikembangkan, masing-masing perusahaan mengklaim punya efektivitas yang berbeda.

Misalnya, vaksin yang dikembangkan Pfizer-BioNTech memiliki tingkat kemanjuran sampai 95 persen. Diketahui, uji klinis vaksin ini melibatkan beberapa lansia. Bahkan, nenek 90 tahun di Inggris menjadi penerima vaksin Pfizer-BioNTech yang pertama di dunia.

Sementara itu, belum ada pengumuman resmi baik dari pemerintah Indonesia maupun produsen perihal tingkat kemanjuran Sinovac.

Oleh karena tidak menjadi prioritas, dr. Valda menyarankan agar para lansia melakukan upaya pencegahan.

“Tetap upaya pencegahan yang paling utama. Mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak,” saran dr. Valda.

“Jaga daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang, istirahat cukup, aktivitas cukup, dan bila perlu konsumsi vitamin,” imbuhnya.

Dengan menerapkan langkah tersebut, meski belum menerima vaksin, para lansia setidaknya bisa menghindari potensi infeksi virus corona.

Masih ingin tahu seputar prioritas vaksin COVID-19? Jangan ketinggalan infonya dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.

[HNS/JKT]

virus corona