Lima organisasi profesi dokter di Indonesia merilis revisi protokol tata laksana COVID-19, Rabu (14/7). Revisi tersebut menyatakan Oseltamivir dan Azithromycin tidak lagi disertakan sebagai terapi rutin pasien COVID-19.
Padahal, sebelumnya kedua obat tersebut direkomendasikan untuk pasien virus corona gejala sedang-ringan yang menjalani isolasi mandiri.
Mengapa Oseltamivir dan Azithromycin tidak lagi direkomendasikan sebagai obat terapi COVID-19? Berikut penjelasannya.
Artikel lainnya: Daftar Obat untuk Penderita COVID-19 yang Diizinkan BPOM
Alasan Oseltamivir dan Azithromycin Tidak Lagi jadi Obat COVID-19
Berdasarkan revisi protokol tata laksana virus corona, Oseltamivir serta Azithromycin hanya dianjurkan pada pasien infeksi COVID-19 dengan kondisi tertentu. Rekomendasi tersebut telah melalui persetujuan 5 organisasi profesi dokter di Indonesia.
Lembaga tersebut adalah Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), serta Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN).
Revisi protokol tatalaksana COVID-19 menyatakan Oseltamivir cuma direkomendasikan bagi pasien coronavirus yang diduga juga terinfeksi oleh virus influenza.
Adapun Azithromycin hanya direkomendasikan pada pasien COVID bila ada kecurigaan ko-infeksi (infeksi simultan) dengan mikroorganisme atipikal.
Perubahan status Oseltamivir dan Azithromycin dari obat terapi rutin pasien COVID-19 menjadi obat komplementer pada pasien positif virus corona dengan kondisi tertentu didasarkan pada sejumlah penelitian. Mari kita simak satu per satu.
Oseltamivir
Mengutip Health Navigator, Oseltamivir selama ini digunakan untuk mengobati dan mencegah gejala yang disebabkan virus influenza A dan B.
Obat ini juga dapat mengurangi komplikasi penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut, seperti pneumonia (peradangan akibat infeksi paru-paru).
Oseltamivir bekerja dengan menghambat perkembangbiakan virus influenza di dalam tubuh. Obat ini dapat membantu mengurangi gejala akibat flu seperti demam, menggigil, hidung tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, pegal-pegal dan kelelahan.
Konsumsi obat tersebut juga bermanfaat mempersingkat waktu pemulihan menjadi 12-24 jam.
Meski efektif dalam mengatasi penyebaran virus influenza A dan B, sebuah penelitian yang dirilis NCBI mengungkapkan Oseltamivir tidak cocok digunakan untuk terapi penanganan COVID-19.
Penelitian menemukan obat ini tidak efektif mengatasi infeksi akibat virus SARS-CoV-2.
Karena itu, revisi protokol tatalaksana COVID-19 menyatakan Oseltamivir hanya digunakan sebagai obat tambahan untuk diberikan pada pasien COVID-19 yang diduga juga terinfeksi virus influenza.
Artikel lainnya: Medfact: Interaksi Obat pada Pasien COVID-19 Picu Kematian?
Azithromycin
Berdasarkan NHS, Azithromycin merupakan antibiotik yang selama ini digunakan untuk mengobati infeksi pernapasan, infeksi kulit, infeksi hidung dan tenggorokan, penyakit lyme (infeksi bakteri akibat kutu), serta beberapa penyakit menular seksual.
Kendati diklaim memiliki potensi sebagai antivirus dan anti-peradangan, sebuah penelitian yang dirilis The Lancet mengungkapkan Azithromycin tidak efektif mengobati COVID-19 tanpa indikasi tambahan.
Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa Azithromycin tidak boleh digunakan untuk mengobati pasien COVID-19 lansia tanpa indikasi tambahan.
Menurut dr. Devia Irine Putri, pemberian antibiotik seperti Azithromycin dipertimbangkan dokter jika memang pasien COVID-19 terinfeksi bakteri sekunder.
“Pertimbangan tersebut diberikan oleh dokter yang merawat, tidak bisa dikonsumsi bebas oleh orang umum,” tegasnya.
Oleh sebab itu, revisi protokol tata laksana COVID-19 menyatakan Azithromycin hanya direkomendasikan pada pasien COVID bila ada kecurigaan ko-infeksi (infeksi simultan) dengan mikroorganisme atipikal.
Konsumsi Azithromycin pada pasien COVID-19 yang tidak memiliki indikasi penyakit tambahan, menurut dr. Devia, justru berbahaya.
“Pemberian terapi yang berlebihan, terutama penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan indikasi medis, meningkatkan resistensi antibiotik di kemudian hari,” katanya menanggapi efek samping Azithromycin.
Itulah alasan Oseltamivir dan Azithromycin tidak lagi digunakan sebagai obat terapi rutin pasien COVID-19. Patuhi saran konsumsi obat langsung dari dokter agar efek samping Oseltamivir dan Azithromycin tidak terjadi.
Jika Anda masih ingin tanya lebih lanjut seputar pengobatan virus corona, konsultasikan ke dokter kami melalui layanan Live Chat.
[HNS/JKT]