Covid-19

Anak-Anak Diduga Jadi Penyebar Varian Baru Virus Corona

Ayu Maharani, 27 Apr 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Adanya lonjakan kasus COVID-19 pada anak menjadi dugaan bahwa mereka merupakan spreader varian baru virus corona.

Anak-Anak Diduga Jadi Penyebar Varian Baru Virus Corona

Gelombang baru kasus COVID-19 di berbagai negara sedang menjadi sorotan. Tak cuma lansia atau orang dengan penyakit penyerta, anak-anak kini juga banyak yang terinfeksi virus corona.

Bahkan, tingginya kenaikan kasus positif anak dianggap menjadi pemicu penyebaran virus corona jenis baru.

Varian baru virus corona asal Inggris dan India memang disinyalir lebih menular. Lalu, ada lagi temuan yang mengatakan varian asal AS bisa menyebabkan seseorang lebih lama terinfeksi.

Sayangnya, di tengah kondisi seperti itu, kini aktivitas anak justru dilonggarkan. Berbagai negara sempat membuka sekolah tatap muka.

Akhirnya, potensi anak menularkan coronavirus kepada orang yang lebih tua pun semakin besar.

Artikel Lainnya: Hati-Hati, Mutasi Virus Corona Terbaru Lebih Berbahaya untuk Anak!

1 dari 2

Berbagai Kasus Penyebaran Varian Baru Virus Corona pada Anak-Anak

Dilansir dari berbagai sumber, ada beberapa contoh aktivitas sekolah tatap muka yang justru menjadi bumerang.

  • Belanda

Di Kota Lansingerland, Belanda, 123 orang terinfeksi COVID-19. Lembaga Kesehatan GGD Rotterdam-Rijnmond dan Erasmus MC asal negara tersebut melaporkan, anak-anak berperan besar menyebarkan varian Inggris kepada keluarganya di rumah.

  • Israel

Varian B117 asal Inggris mulai banyak menyebar di Januari silam. Masuknya varian tersebut ternyata meningkatkan kasus positif di kalangan anak-anak berusia 10 tahun ke bawah.

Sejumlah rumah sakit di negara itu bahkan harus membuka ruang ICU baru khusus anak-anak.

  • Amerika Serikat

Hal serupa terjadi juga di Michigan, AS. Semenjak sekolah tatap muka diberlakukan kembali di sana, kasus COVID-19 pada anak meningkat 230 persen.

Anak-anak yang terinfeksi kebanyakan memiliki gejala ringan. Namun, mereka tetap bisa membuat orang lain punya gejala lebih parah.

Beberapa anak yang terinfeksi COVID-19 juga mengalami MIS-C, yaitu multisystem inflammatory syndrome in children. Tak cuma paru-paru, organ-organ penting di tubuh mereka juga mengalami peradangan.

Kondisi MIS-C inilah yang berpotensi membuat seorang anak dirawat secara intensif di PICU (ICU anak).

Jika tak segera diatasi secara tepat dan cepat, maka risiko kematian akibat penyakit tersebut semakin tinggi.

Artikel Lainnya: Inggris Temukan Dua Varian Virus Corona Baru!

  • Prancis

Penasihat ilmiah Prancis pun sempat menyepelekan masuknya varian virus corona baru di negaranya.

Ia menganggap, Prancis tak perlu sampai menutup sekolah lagi hanya karena hal tersebut.

Hasilnya, sebanyak 20 ribu anak positif terinfeksi covid. Klaster sekolah di mana-mana dan risiko anak menularkan coronavirus kepada keluarganya semakin besar.

Presiden Emmanuel Macron akhirnya memberlakukan lockdown dan penutupan sekolah mulai 3 April lalu selama tiga minggu.

2 dari 2

Apa yang Menyebabkan Besarnya Lonjakan Kasus pada Anak?

Lonjakan kasus virus corona tentunya bukan tanpa sebab. Pertama, adanya pembukaan sekolah tatap muka.

Kedua, kurangnya kepedulian orang dewasa dan anak-anak dengan protokol kesehatan, khususnya dalam pemakaian masker.

Sering kali kita melihat yang menggunakan masker hanya orangtua saja, anak-anaknya tidak pakai. Orang dewasa juga kerap menyepelekan dan menganggap bahwa anak tak akan tertular.

Kalau pun tertular, gejalanya pun ringan. Kita lupa, ada bahaya di balik hal tersebut. Ringan untuk mereka belum tentu ringan untuk orang lain di sekitarnya.

Artikel Lainnya: Gejala yang Dapat Timbul Akibat Virus Corona Baru B117

Belum adanya vaksin untuk anak-anak juga disinyalir menjadi pemicu kenaikan kasus positif pada mereka.

Peneliti juga masih mencari tahu apa alasan di balik tingginya penyebaran virus corona jenis baru asal Inggris di kalangan muda. Apakah proses infeksinya berbeda atau tidak, mereka masih mempelajarinya.

Di sisi lain, dr. Arina Heidyana juga menyampaikan bahwa anak-anak belum pasti menjadi penyebar varian baru virus corona kepada orang dewasa.

“Potensi anak-anak menularkan COVID-19 memang ada. Tapi, sebenarnya siapa saja bisa menjadi penyebar varian tersebut, tak mesti mereka. Memang, kasusnya sedang meningkat, tapi itu karena pembukaan sekolah tatap muka dan protokol kesehatan yang kurang ketat,” terangnya.

Artikel Lainnya: Fakta Vaksin Sinopharm Booster untuk Atasi Varian Virus Corona Baru

Dokter Arina menambahkan, “Andaikata vaksin coronavirus untuk anak-anak sudah ada dan disuntikkan, anak tetap berpotensi tertular kalau prokes tidak dijaga dengan baik.”

“Perburukan gejalanya pun bisa dicegah. Tapi sekali lagi, risiko penularannya tetap ada karena vaksin ini sampai sekarang belum ada yang terbukti bisa menangkal penularan virus,” tegasnya.

Jadi, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia, semuanya harus tetap melakukan pencegahan penularan COVID-19. Jika tidak, maka penyebaran virus corona jenis baru akan terus terjadi.

Untuk pertanyaan lainnya seputar infeksi virus corona, Anda bisa konsultasi ke dokter lewat fitur LiveChat di Klikdokter.

(FR/AYU)

virus corona
Anak
mutasi virus corona