Sejumlah dokter di New York dan Houston, Amerika Serikat (AS), mendapat lampu hijau untuk menguji coba pemberian plasma darah dari pasien yang sembuh dari virus corona ke pasien yang masih berstatus positif.
Amerika Serikat adalah satu negara dengan tingkat infeksi COVID-19 yang sudah melampaui Tiongkok. Berdasarkan data dari Universitas Johns Hopkins per Jumat (3/4), angka infeksi mencapai 245.573, 6.057 kematian, dan 9.228 berhasil pulih.
Dengan angka tersebut, AS adalah negara dengan tingkat kasus positif penyakit akibat virus corona strain baru, SARS-CoV-2, tertinggi di dunia.
AS Umumkan Pengumpulan Plasma Darah dari Pasien yang Sembuh
Dilansir dari berbagai sumber, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah memberi lampu hijau dimulainya uji coba pemberian plasma darah pasien yang sembuh ke pasien yang masih sakit.
Sebagai informasi, plasma darah adalah cairan yang berwarna hampir bening kekuningan yang tersisa setelah sel darah dan sel darah putih dipisahkan.
Plasma darah memang diketahui memiliki antibodi yang bisa mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Dalam beberapa dekade terakhir, plasma darah telah digunakan untuk mengobati beberapa penyakit menular, seperti Ebola dan juga influenza.
Artikel Lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya
Kepala petugas operasi Rumah Sakit Mount Sinai, New York, Dr. David L. Reich, mengatakan bahwa metode ini akan dicoba untuk merawat pasien rawat inap yang sedang sakit pernapasan.
Rumah sakit yang ada di New York pun juga diminta untuk segera berpartisipasi untuk mengumpulkan, menguji, dan mendistribusikan plasma darah ini.
Para sukarelawan yang nantinya akan mendonorkan plasma darah akan melakukan skrining secara ketat sesuatu dengan kriteria yang ditentukan. Para pendonor yang ikut serta harus berasal dari pasien yang sudah sembuh dari coronavirus.
Peneliti percaya bahwa antibodi yang dimiliki pasien yang telah sembuh kuat terhadap infeksi virus tersebut.
Apa Itu Plasma Darah?
Sebanyak 55 persen dari volume darah adalah plasma. Komponennya berbentuk cairan berwarna kuning, terdiri atas 90 persen air dan 10 persen larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon, serta karbon dioksida.
Plasma berfungsi membawa protein, hormon, dan nutrisi ke sel-sel berbeda di dalam tubuh. Ini termasuk hormon pertumbuhan yang membantu otot dan tulang tumbuh, serta faktor pembekuan yang membantu menghentikan pendarahan ketika terjadi luka.
Selain itu, plasma membantu tubuh menjaga tekanan darah, tingkat volume darah normal, serta menghilangkan racun dalam tubuh. Cara kerjanya dilakukan dengan melarutkan substansi yang tidak dibutuhkan sel dan membawanya pergi.
Terapi plasma darah sudah dilakukan sejak dulu, misalnya untuk mempercepat penyembuhan pada gigi, kasus ortopedi, dan tindakan bedah plastik, serta tindakan estetika lainnya untuk wajah.
Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!
Bagaimana Cara Plasma Darah Obati Pasien COVID-19?
Merujuk pada studi dalam jurnal “JAMA” yang terbit pada 27 Maret lalu, Chief Quality Officer dan Chief of Infectious Diseases di Universitas Maryland, Faheem Younus, mengatakan bahwa ada pasien yang sembuh setelah disuntikkan plasma darah dari pasien yang sembuh.
Studi di Tiongkok tersebut berisikan riwayat lima pasien rentang usia 36-65 tahun, 2 pasien wanita menerima ventilasi mekanik pada saat pengobatan dan semua telah menerima antivirus dan methylprednisolone.
Setelah transfusi plasma, suhu tubuh menjadi normal dalam 3 hari pada 4 dari 5 pasien. Adapun sindrom distres pernapasan akut (ARDS) sembuh pada 4 pasien pada 12 hari setelah transfusi, dan 3 pasien lepas dari ventilasi mekanik dalam 2 minggu perawatan.
Dari 5 pasien, 3 telah dipulangkan dari rumah sakit dengan lama perawatan berkisar 53 hari, 51 hari, dan 55 hari. Sementara itu, 2 pasien dalam kondisi stabil pada hari ke-37 setelah transfusi.
Terapi dengan menyuntikkan plasma darah ini sudah digadang-gadang dari beberapa waktu yang lalu. Antibodi dari plasma darah atau serum dari pasien yang sudah sembuh dari SARS-CoV-2 bisa menambah imunitas dari pasien yang baru terinfeksi.
Antibodi tersebut dikatakan mengandung serum darah yang bisa menetralisir virus penyebab COVID-19.
Meski demikian, dibutuhkan penelitian lanjutan untuk membuktikan kebenarannya secara pasti.
Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona
Efektifkah Terapi Tersebut?
Kepada KlikDokter, dr. Dhika Arifa mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada penelitian pasti yang mengatakan bahwa plasma darah bisa menyembuhkan virus corona.
Meski plasma darah memang terbukti bisa menyembuhkan beberapa penyakit, tapi sampai saat ini belum ada pernyataan resmi yang mengatakan bahwa plasma darah bisa menyembuhkan virus corona.
“Sampai saat ini, obat paling efektif untuk menangani virus corona adalah memberikan vitamin dan obat yang sesuai dengan gejala yang dialami. Sehabis itu, menjaga pola hidup sehat juga bisa membantu menyembuhkan virus corona karena sistem imun yang semakin tinggi. Jadi kalau dikatakan plasma darah bisa menyembuhkan, sepertinya belum tentu,” ujar dr. Dhika.
“Dengan menjaga pola hidup sehat seperti rutin mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menjaga pola makan, istirahat yang cukup dan minum vitamin, maka penularan virus corona bisa dihentikan, ” tambahnya.
Meski efektivitasnya belum terbukti pasti, tapi ini upaya terapi plasma darah ini bisa menjadi langkah awal yang baik dalam upaya menyembuhkan pasien.
Mari tetap optimis dan ikuti imbauan pemerintah dan otoritas kesehatan dalam menekan angka penularan COVID-19.
Untuk mendukung upaya tersebut, KlikDokter bekerja sama dengan Kemenkes dan BNPB dengan meluncurkan layanan telemedicine cek virus corona secara online di sini.
Bila ada pertanyaan lain seputar tes plasma darah atau hal lainnya seputar COVID-19, Anda juga bisa mengandalkan fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter. Meski di rumah, tetap sehat dan semangat, ya!
(RN/AYU)