Kemoterapi masih menjadi salah satu terapi andalan untuk penyembuhan kanker. Akan tetapi, bagaimana kalau pasien keganasan terkena COVID-19, apakah kemo bisa dilanjutkan?
Hal ini cukup menjadi kekhawatiran. Terpapar COVID-19 tentu akan menyulitkan perawatan penderita kanker. Pengobatan mana yang mesti didahulukan, kemoterapi untuk kanker atau perawatan penyembuhan COVID-19?
Pasien Kanker Terkena COVID-19, Haruskah Berhenti Kemoterapi?
Sebenarnya, panduan bagi penderita kanker yang ingin menjalani terapi di tengah wabah COVID-19 sudah dibuat. Hanya saja, memang belum banyak yang memahami bagaimana kalau penderitanya terkena COVID-19. Apakah kemoterapi bisa dilanjutkan?
Menurut dr. Alvin Nursalim, Sp.PD, semua keputusan terapi sebenarnya bergantung pada kondisi pasien.
"Namun, secara umum sebelum kemoterapi akan dipastikan bahwa kondisi pasien sehat dan stabil untuk mulai kemo. Jadi, ketika pasien sudah masuk ke rumah sakit untuk kemo, sudah diputuskan pasien bebas COVID-19," jelas dr. Alvin.
Sebelum pasien kanker boleh melakukan kemoterapi, dokter akan melakukan serangkaian tes sesuai protokol. Jika ia terkena covid, maka dokter tidak mengizinkan untuk kemo.
Dokter Alvin menegaskan, bila pasien kanker terkena COVID-19, harus diselesaikan dulu penanganan COVID-19 sampai selesai. Kemudian, baru lanjut dengan pengobatan kankernya.
Artikel lainnya: Ketahui Fakta Reinfeksi Virus Corona!
Apa yang Harus Dilakukan Pasien Kanker yang Kena COVID-19?
Lalu, bagaimana penderita kanker yang terkena infeksi virus corona harus menjalani perawatan penyakit-penyakit tersebut? Mungkin hal ini menjadi sebuah dilema tersendiri.
Pasalnya, melakukan kemoterapi saat kena covid itu berisiko. Sementara, tidak mendapatkan perawatan kanker juga berpotensi berbahaya bagi kesehatan dan masalah keganasannya.
Oleh karena itu, semua penderita kanker yang kena COVID-19 dan sedang menjalani terapi harus berkonsultasi dengan dokter yang merawat. Sebab, penanganan perlu disesuaikan dengan kondisi pribadi dan gejala yang dialami.
"Kalau pasien [kanker] stabil dan tidak ada keluhan selama terkena COVID-19, isolasi mandiri seperti layaknya pasien pada umumnya. Kalau ada gejala, periksakan ke dokter. Bisa jadi perlu isolasi sementara di rumah sakit," ujar dr. Alvin.
Artikel lainnya: Bisakah Pasien Kanker Terima Vaksin COVID-19?
Keputusan isolasi di rumah sakit membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter akan memerhatikan kondisi pasien kanker dan tindakan apa yang bisa disarankan.
"Jadi, lebih baik kalau pasien populasi khusus seperti ini [kena COVID-19], periksakan dulu ke dokter untuk mendapat kepastian, apakah stabil atau tidak," lanjut dr. Alvin.
Dalam beberapa situasi darurat, menunda pengobatan bisa mengancam nyawa atau mengakibatkan kerusakan jangka panjang. Namun, dalam situasi lain, menunda pengobatan mungkin tidak membuat perbedaan besar pada kondisi pasien.
Utamanya adalah memastikan kondisi mana yang perlu mendapat perhatian. Dokter dan tim medis akan sangat berhati-hati untuk mengurangi risiko apa pun agar kondisi pasien tetap aman.
Selain itu, dokter mungkin juga akan mengurangi intensitas pasien kanker untuk pergi ke rumah sakit dan menurunkan jumlah waktu yang dihabiskan di sana. Segala sesuatunya akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Bila Anda sedang menjalani kemoterapi dan terkena COVID-19, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter. Hal ini penting untuk cepat menentukan penanganan medis apa yang harus dilakukan atau diutamakan.
Konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam bisa lebih cepat lewat Live Chat. Untuk info rumah sakit rujukan dan tes PCR terdekat, kunjungi laman Pusat Informasi COVID-19 KlikDokter.
(FR/JKT)