Hasil positif dari tes COVID-19 sebenarnya sudah cukup bikin stres penderitanya. Tak peduli strain atau varian virus corona apa yang masuk ke tubuh, infeksi tersebut memang dapat membahayakan kesehatan.
Pasti Anda sudah sering mendengar tentang kemampuan virus corona dalam bermutasi.
Sebagian besar kasus infeksi hanya melibatkan satu strain. Namun, mungkinkah COVID-19 diakibatkan oleh dua varian virus sekaligus?
Nyatanya, hal tersebut diklaim bisa terjadi berdasarkan sebuah penelitian. Benarkah demikian dan apa efeknya bagi pasien? Simak ulasannya berikut ini!
Mengenal Kasus Infeksi Ganda Virus Corona
Brasil telah melaporkan adanya kasus infeksi ganda virus corona. Peneliti dari negara dengan lebih dari 9 juta kasus positif tersebut mengabarkan temuannya dalam salah satu jurnal medis.
Temuan tersebut diunggah di jurnal medRxiv. Namun, studi itu belum mendapat ulasan dari para ahli sejawat (belum peer-review).
Pasien yang mengalami infeksi ganda virus corona ada dua orang. Keduanya berusia 30-an dan terinfeksi pada November 2020 silam.
Adapun dua varian virus corona yang menginfeksi mereka yaitu P.2. dan B.1.1.28. Varian P.2 sebenarnya masih merupakan turunan dari varian B.1.1.28.
Artikel Lainnya: MedFact: Antibiotik Ampuh Obati Infeksi Virus Corona?
Kabar baiknya, meski terinfeksi dua varian sekaligus, mereka hanya mengalami gejala ringan.
Pasien 1 mengalami gejala batuk kering, sedangkan pasien 2 terkena sakit tenggorokan dan sakit kepala. Karena gejalanya tidak kompleks, kedua pasien tidak dirawat inap (isolasi mandiri).
Fernando Spilki, ketua tim peneliti dan ahli virologi dari Feevale University, Brasil, memberi pernyataan soal temuannya.
Dilansir dari Reuters, Spilki mengatakan infeksi ganda tersebut dapat menciptakan kombinasi dan jenis baru lainnya yang lebih cepat dibanding sebelumnya.
Menurutnya, hal itu akan menjadi jalur evolusi lain untuk virus. Tak menutup kemungkinan risiko penularan akan lebih besar dan penyakitnya lebih resisten.
Artikel Lainnya: Waspada, Virus Corona Bisa Picu Infeksi Jamur Hitam
Kena Infeksi Ganda Virus Corona, Mengapa Gejalanya Ringan?
Ketika dua strain virus corona masuk ke tubuh, ada kemungkinan sistem imunitas akan bingung menghadapinya.
Maka dari itu, efek terburuk yang mungkin dialami pasien adalah gejala sedang hingga berat, berat hingga kritis, sampai kematian.
Namun, hal sebaliknya justru dialami dua pasien asal Brasil. Tak sampai dirawat intensif di rumah sakit, keduanya hanya mengalami gejala ringan dan bisa isolasi mandiri di rumah.
Apa yang menyebabkan infeksi ganda virus corona tak sampai mengancam nyawa?
Dokter Arina Heidyana mengungkapkan, “Pasien yang di Brasil itu memang terinfeksi virus corona dengan dua strain berbeda. Perbedaan strain disebabkan oleh virus yang bermutasi. Sebenarnya, temuan mutasi ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, khususnya tentang kemampuan infeksi, bahayanya, dan lain-lain.”
“Kenapa kedua pasien tersebut bisa mengalami gejala ringan meski ada dua strain berbeda di tubuhnya? Kemungkinan besar memang karena daya tahan tubuhnya bagus,” jelasnya.
Kita pun belum bisa mengatakan bahwa dua strain virus corona lebih lemah dan sebagainya. Karena, temuan tersebut juga belum mendapatkan status review.
Artikel Lainnya: Ketahui Fakta Reinfeksi Virus Corona!
Perlukah Khawatir tentang Infeksi Ganda Virus Corona?
Senada dengan Spilki, dr. Arina berpendapat infeksi virus corona dengan beberapa strain sekaligus cukup mengkhawatirkan.
“Pasalnya, virus terus bermutasi untuk meningkatkan kekuatannya juga. Mutasi itu berarti si virus berusaha keras beradaptasi dengan lingkungan yang sudah ada. Alhasil, virus tidak akan mudah mati,” terangnya.
Ia menambahkan, “Takutnya, kalau mutasi sudah meningkat dan tak bisa dikendalikan, malah tambah susah dikontrol penyebarannya.”
Meski ada kekhawatiran soal mutasi dan infeksi ganda virus corona, kita tidak boleh panik. Lakukan aksi nyata untuk menangkal masalah tersebut.
Pelihara imunitas tubuh dengan pola hidup sehat dan bersih. Diharapkan, strain baru dari virus apa pun tidak membuat Anda sakit parah.
Selain itu, hindari menolak vaksinasi. Tindakan ini bisa jadi upaya kuat menekan penyebaran virus.
Melansir Healthline, Ilhem Messaoudi Powers, Ph.D, direktur di University of California, Irvine’s Center for Virus Research, Amerika Serikat, juga menyampaikan bahwa vaksin tetap dapat membantu mencegah infeksi dan penyakit.
“Lihat saja vaksin flu. Meski banyak strain baru, vaksin tersebut masih memberikan perlindungan parsial. Vaksin akan memungkinkan imunitas tubuh untuk mengubah respons agar lebih cocok dengan virus yang ditemui,” ucapnya.
Bila ada pertanyaan seputar COVID-19, konsultasikan kepada dokter lewat fitur LiveChat. Cari tahu fakta virus corona lainnya dari dokter hanya di Klikdokter!
(FR/AYU)