Covid-19

Bahaya Dexamethasone bagi Pasien COVID-19 Gejala Ringan dan Sedang

Aditya Prasanda, 15 Jul 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Dexamethasone untuk COVID-19 banyak dipakai untuk mengobati pasien gejala berat. Nah, bisakah obat ini dipakai pasien gejala ringan-sedang?

Bahaya Dexamethasone bagi Pasien COVID-19 Gejala Ringan dan Sedang

Penelitian medis telah membuktikan dexamethasone dapat digunakan untuk mengobati pasien COVID-19 gejala berat. Sementara itu, pasien positif corona dengan gejala ringan dan sedang maupun tanpa gejala tidak membutuhkan perawatan menggunakan obat ini.

Sayangnya, hasil penelitian tersebut tidak lantas menyurutkan misinformasi soal penggunaan dexamethasone untuk pasien COVID-19 gejala ringan dan sedang. Salah satunya yang belum lama ini kembali menghebohkan media sosial. 

Tentu saja, Anda tidak perlu panik dengan isu yang berkembang. Mari simak penjelasan medis selengkapnya soal penggunaan dexamethasone untuk obat COVID-19.

Adakah Bahaya Dexamethasone bagi Pasien Covid-19 Gejala Ringan-Sedang?

Dokter Theresia Rina Yunita mengatakan dexamethasone merupakan kortikosteroid yang berfungsi mengobati peradangan. 

Artikel lainnya: Daftar Obat untuk Penderita COVID-19 yang Diizinkan BPOM

Mengutip WebMD, sebagai kortikosteroid, obat ini berfungsi mengurangi respons sistem kekebalan terhadap berbagai penyakit untuk mengurangi gejala, seperti pembengkakan dan reaksi alergi.

Selain itu, berdasarkan keterangan di laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dexamethason merupakan imunosupresan atau golongan obat yang digunakan untuk menurunkan sistem kekebalan tubuh.

Umumnya, dexamethasone digunakan untuk mengobati penyakit radang sendi, kelainan darah atau hormon, reaksi alergi, penyakit kulit, gangguan mata, masalah pernapasan, gangguan usus, kanker, hingga gangguan sistem kekebalan tubuh.

Namun, pada September 2020, WHO merekomendasikan penggunaan dexamethasone untuk pengobatan COVID-19 pada pasien gejala berat dan kritis.

Rekomendasi WHO tersebut didasarkan pada sejumlah penelitian medis. Salah satu penelitian yang dirilis NEJM.org mengungkapkan, dexamethasone terbukti mengurangi kematian sepertiga pasien COVID-19 yang menggunakan ventilator.

Selain itu, dexamethasone untuk obat COVID-19 juga terbukti mengurangi seperlima pasien yang hanya membutuhkan oksigen.

Para pasien tersebut diberikan dexamethasone. Hasil penelitian juga menemukan bahwa penggunaan dexamethasone untuk COVID mengurangi kematian selama 28 hari pada pasien bergejala berat yang menerima bantuan pernapasan.

Namun penelitian tersebut mengonfirmasi dexamethasone tidak memiliki manfaat dan justru berpeluang memiliki efek buruk jika dikonsumsi pasien yang tidak membutuhkan oksigen atau bergejala ringan-sedang. 

Artikel lainnya: Medfact: Benarkah Ivermectin Jadi Obat COVID-19?

Bagi pasien COVID-19 bergejala ringan-sedang, menurut Dr. Martin J. Landray, penggunaan dexamethasone justru mengurangi kemampuan imun melindungi tubuh dari bahaya penyakit.

Anggota penelitian sekaligus profesor bidang kedokteran dan epidemiologi di Oxford University itu mengungkapkan, hal tersebut tidak lepas dari fungsi dexamethasone dalam  mengurangi respons sistem kekebalan tubuh.

Perlu Anda tahu, dexamethasone dapat mengurangi peradangan hebat akibat badai sitokin pada pasien COVID-19 gejala berat dan kritis, sehingga mencegah kerusakan organ paru-paru.

Namun, pada pasien COVID-19 gejala ringan-sedang yang tidak mengalami peradangan akibat badai sitokin, dexamethasone dapat berdampak sebaliknya.

Mengutip The Conversation, menurunnya respons imun akibat konsumsi dexamethasone pada pasien COVID-19 gejala ringan-sedang dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri atau jamur, hiperglikemia, otot melemah hingga perdarahan gastrointestinal.

Bahkan, jika dikonsumsi dalam jangka panjang, dexamethasone dapat mengakibatkan osteoporosis, katarak, dan glaukoma.

Artikel lainnya: Obat Molnupiravir, Benarkah Dapat Sembuhkan COVID-19?

“Untuk gejala ringan-sedang menurut guidelines sebenarnya tidak diperlukan terapi dexamethasone. Obat ini juga bukan terapi untuk kasus sakit ringan-sedang atau tanpa gejala,” kata dr. Theresia mengamini penelitian tersebut.

Penelitian lain yang dirilis Biomedcentral mengungkap, kortikosteroid seperti dexamethasone bermanfaat mengurangi angka kematian jangka pendek serta kebutuhan pasien COVID-19 terhadap ventilasi mekanis.

Namun demikian, penelitian lanjutan dibutuhkan untuk memperoleh bukti yang lebih kuat.

Adapun menurut WHO, penggunaan dexamethasone untuk obat COVID-19 pada pasien bergejala berat dan kritis menurunkan kematian sebanyak 6,7 - 8,7 persen.

WHO juga tidak merekomendasikan pasien COVID-19 gejala ringan-sedang menggunakan kortikosteroid, seperti dexamethasone. Kecuali, pasien terlebih dahulu menggunakan obat tersebut untuk kondisi medis lain. Hal ini karena dexamethasone masuk dalam golongan obat keras.

“Sehingga (penggunaan dexamethasone) harus di bawah pengawasan dokter, serta tidak dapat dikonsumsi atau dibeli secara bebas,” tegas dr. Theresia.

Itulah dampak penggunaan dexamethasone untuk COVID-19 pada pasien bergejala ringan-sedang hingga berat. Hindari sembarangan mengonsumsi obat tanpa arahan dan petunjuk dokter.

Jika Anda ingin bertanya lebih lanjut seputar COVID-19, berkonsultasilah langsung kepada dokter via Live Chat.

[HNS/JKT]

virus corona
obat