Semenjak COVID-19 menjadi pandemi, virus corona telah membuat gejala yang berbeda pada tiap orang. Infeksi coronavirus dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat, bahkan tidak menunjukkan gejala.
Tingkat keparahan gejala pun bisa dipengaruhi oleh berbagai hal. Baru-baru ini, ada sebuah penelitian yang menemukan faktor genetik ikut berperan dalam derajat keparahan pasien virus corona.
Benarkah Faktor Genetik Pengaruhi Keparahan Gejala COVID-19?
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature mengidentifikasi ada gen spesifik yang dapat memengaruhi tingkat keparahan gejala pasien COVID-19.
Para ilmuwan melihat DNA pasien di lebih dari 200 unit perawatan intensif di rumah sakit Inggris.
Penelitian memiliki 2.200 pasien dengan perawatan intensif dengan gejala virus corona parah untuk dijadikan subjek penelitian.
Mereka memindai gen setiap subjek. Genom mereka kemudian dibandingkan dengan DNA orang sehat untuk menunjukkan perbedaan genetik.
Artikel Lainnya: Mengenal Perbedaan Lelah Biasa dan Gejala COVID-19
Dari hasil penelitian, ditemukan sejumlah penemuan yang menunjukkan adanya gen yang berpengaruh terhadap gejala coronavirus.
Penemuan pertama yaitu gen TYK2. Menurut dr. Devia Irine Putri, gen TYK2 diidentifikasi dapat membedakan respons sistem imun tubuh seseorang menghadapi virus COVID-19.
“Kalau gen TYK2 rusak, sistem imun akan merespons berlebihan yang disebut cytokine storm, yang berdampak negatif untuk tubuh seseorang,” ucap dr. Devia.
Perbedaan genetik lainnya juga ditemukan pada gen DPP9 yang berperan dalam peradangan. Ada juga gen OAS yang membantu menghentikan virus membuat salinan dirinya sendiri.
Selain itu, variasi dalam gen IFNAR2 juga diidentifikasi pada pasien perawatan intensif. Gen IFNAR2 berkaitan dengan molekul antivirus kuat bernama interferon. Fungsinya membantu memulai kerja sistem imun usai infeksi diketahui.
Profesor Jean Laurent Casanova, peneliti dari The Rockefeller University di New York, mengatakan interferon cukup diperhitungkan dalam hampir 15 persen dari kasus kritis virus corona yang terdaftar secara internasional.
Menurut Profesor Casanova, terapi gen interferon bisa diberikan untuk pengobatan dalam terapi COVID-19.
Ia mengatakan, jika interferon diberikan dalam 2, 3, atau 4 hari pertama infeksi, interferon akan bekerja. Karena, pada dasarnya interferon menyediakan molekul yang tidak diproduksi oleh pasien itu sendiri.
Berdasarkan uji klinis WHO, terapi gen ini tidak membantu pasien gejala parah. Kemudian, melansir laman resmi National Institutes of Health, AS, para peneliti menemukan lebih dari 10 persen orang yang mengembangkan coronavirus parah memiliki antibodi yang salah arah atau dinamai autoantibodi.
Autoantibodi justru menyerang sistem kekebalan ketimbang virus. Penelitian juga menemukan 3,5 persen pasien yang mengembangkan virus corona parah membawa jenis mutasi genetik tertentu yang memengaruhi kekebalan.
Artikel Lainnya: Perbedaan Sariawan Biasa dengan Gejala COVID-19
Penemuan yang ditemukan di antara hampir 660 pasien COVID-19 dengan gejala parah tersebut ditemukan membawa varian genetik langka dalam 13 gen. Hal ini diketahui penting dalam pertahanan tubuh terhadap virus influenza.
Eksperimen lebih lanjut menunjukkan, sel-sel kekebalan dari 3,5 persen itu tidak menghasilkan interferon tipe I yang dapat dideteksi sebagai respons terhadap SARS-CoV-2.
Oleh karena itu, pasien tersebut mengalami gejala parah saat terinfeksi virus corona. Kemudian, penelitian juga memeriksa hampir 1.000 pasien virus corona dengan pneumonia yang mengancam jiwa.
Para peneliti menemukan lebih dari 10 persen pasien pneumonia memiliki autoantibodi terhadap interferon pada awal infeksi. Sebanyak 95 persen dari pasien tersebut adalah laki-laki.
Dokter Devia mengungkapkan, temuan dari studi genetik ini masih dalam tahap penelitian. Nantinya, penelitian ini dapat membantu memudahkan dokter untuk mengidentifikasi gejala dan penanganan yang sesuai dengan pasien coronavirus.
Bila ingin tanya lebih lanjut seputar gejala COVID-19, gunakan LiveChat dokter untuk konsultasi lebih cepat. Dapatkan Paket Isoman berisi multivitamin lengkap untuk bantu memulihkan kondisi pasien virus corona.
(FR/AYU)