Viral beredar foto empat orang yang mengalami kelumpuhan wajah atau Bell’s Palsy setelah disuntikkan vaksin Pfizer saat uji coba tahap 3. Akibatnya, tidak sedikit orang yang panik dan tidak percaya dengan vaksin virus corona tersebut.
Kasus ini pun tengah ditangani oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. Lantas, benarkah efek samping vaksin Pfizer menyebabkan kelumpuhan wajah?
Klaim Vaksin Pfizer Sebabkan Bell’s Palsy, Apakah Benar?
Bell's Palsy merupakan kondisi melemahnya otot-otot pada satu sisi wajah. Kondisi ini juga menyebabkan tampilan wajah yang tidak simetris. Bahkan, Bell’s Palsy juga menyebabkan berkurangnya kemampuan wajah untuk berekspresi.
Dilansir dari USA Today, pada 10 Desember lalu, Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA mengadakan pertemuan untuk membahas otorisasi penggunaan darurat vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19.
Dalam pertemuan tersebut, tercatat bahwa ada empat kasus Bell’s Palsy di antara kelompok yang divaksinasi. Di lain sisi, tidak ada kelompok plasebo yang mengalami efek samping serupa.
Artikel lainnya: Efek Samping Vaksin COVID-19 Pfizer, Sakit Kepala hingga Mabuk
Gejala terjadi pada waktu yang berbeda pasca-vaksinasi. Pada satu peserta, Bell’s Palsy terjadi tiga hari pasca-vaksinasi, tetapi sembuh dalam tiga hari.
Namun, untuk tiga orang lainnya, gejala muncul pada heri ke 9, 37, dan 48 setelah vaksinasi. Kondisi tersebut berlangsung masing-masing selama sekitar 10, 15, dan 21 hari.
Belum jelas apa yang menyebabkan Bell’s Palsy setelah vaksinasi Pfizer. Meski demikian, kelumpuhan bersifat sementara dan bisa hilang dengan sendirinya.
Menanggapi hal ini, dr. Devia Irine Putri mengatakan, hingga saat ini belum ada studi pasti yang menyimpulkan efek samping vaksin Pfizer bisa menyebabkan Bell’s Palsy. FDA sendiri belum bisa menjelaskan alasannya karena bisa disebabkan oleh banyak faktor.
“Pasien yang disuntikkan vaksin Pfizer kemudian kena Bell’s Palsy bisa juga karena memang ada riwayat sebelumnya. Namun yang jelas, Bell’s Palsy ini tidak disebabkan oleh virus corona. Jadi jangan khawatir,” ujar dr. Devia.
Artikel lainnya: Penasaran, Ini Teknologi yang Dipakai untuk Vaksin Pfizer
Penerima Vaksin Pfizer Alami Kelumpuhan Wajah Setelah Dosis Kedua?
Tidak ada alasan yang pasti tentang hal ini. Hanya saja, adanya riwayat Bell’s Palsy pada penerima vaksin Pfizer dicurigai menjadi alasan mengapa para penerima memiliki efek samping Bell’s Palsy.
“Bells palsy sendiri terjadi karena kelumpuhan otot pada sisi wajah. Sampai sekarang penyebab terjadinya juga belum diketahui pasti. Hanya saja, kondisi ini diduga terjadi karena adanya infeksi (bisa virus herpes, influenza),” jelas dr. Devia.
Adapun beberapa gejala yang menunjukan seseorang mengalami Bell’s Palsy, seperti:
- otot wajah atas dan bawah jadi melemah hingga menyebabkan kelumpuhan,
- penderita jadi lebih sensitif terhadap suara, dan muncul nyeri pada bagian telinga belakang,
- susah berbicara karena melemahnya otot wajah,
- berkurangnya daya pengecapan, dan
- suatu waktu, wajah bisa menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan.
Artikel Lainnya: Medfact: Vaksin COVID-19 Bisa Membuat Wanita Mandul?
Bell’s Palsy bisa dialami oleh siapa pun. Penyakit ini lebih rentan dialami oleh orang-orang dewasa dengan rentang usia 15 sampai 60 tahun.
Selain itu, penyakit ini juga rentan menyerang orang yang mungkin mengalami infeksi virus autoimun, diabetes, tumor, dan sebagainya.
Diagnosis seseorang alami Bell’s Palsy akan dilakukan oleh dokter dengan pemeriksaan gerakan pada wajah penderita. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dan bisa dilanjutkan dengan CT Scan, pengambilan darah, serta MRI.
Jika Anda didiagnosis Bell’s Palsy, cara paling utama untuk mengatasinya adalah dengan menjalani terapi.
Terapi bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah munculnya komplikasi dari Bell’s Palsy. Biasanya penderita akan diminta untuk melakukan fisioterapi secara rutin dan minum obat-obatan dari dokter.
Sampai saat ini belum ada klaim pasti yang menyebut bahwa vaksin Pfizer bisa menyebabkan Bell’s Palsy. Jadi jangan termakan oleh berita-berita yang meresahkan dan tidak diketahui kebenarannya. Lebih baik tunggu penjelasan resmi dari otoritas berwenang.
Dapatkan update berita seputar virus corona, vaksin, dan penanganannya dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
[HNS/JKT]