Anda mungkin tahu pentingnya cuci tangan, tapi tak tahu bahwa siapa sosok pelopor konsep ini. Ia adalah Ignaz Semmelweis, seorang dokter yang disebut-sebut sebagai penemu awal konsep cuci tangan yang benar.
Di tengah masa pandemi global penyakit COVID-19 akibat virus SARS-CoV-2 seperti sekarang ini, praktik cuci tangan ini terus digunakan sebagai langkah perlindungan diri dari tertularnya virus corona ataupun penyakit lainnya.
Menurut dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter, membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh yang dapat memunculkan risiko tertularnya penyakit.
"Cuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi yang bermanfaat bagi kesehatan. Tanpa Anda sadari, kuman bersarang pada benda-benda yang Anda sentuh setiap hari, seperti keyboard laptop atau komputer, smartphone, remote TV, pegangan pintu atau tangga, dan masih banyak lagi," ujar dr. Theresia.
Artikel lainnya: 6 Langkah Cuci Tangan yang Benar Menurut WHO
Dari Mana Ide Cuci Tangan Ignaz Semmelweis?
Ignaz Semmelweis mencetuskan pertama kali gerakan cuci tangan pada 20 Maret 1847. Dokter yang lahir di Buda (sekarang Budapest), Hungaria, ini menekankan pentingnya kebersihan tangan ketika dia bertugas di sebuah klinik persalinan di Vienna General Hospital.
Pada masa itu, dokter keturunan Jerman itu meminta agar semua dokter membersihkan tangan mereka dengan chlorinated lime karena rentan menimbulkan penyakit. Ini dilakukan ketika ia ditunjuk sebagai kepala dokter residen di rumah sakit tersebut.
Sebelum ia diangkat, banyak kasus ibu baru meregang nyawa akibat infeksi postpartum (disebut juga sebagai demam nifas atau childbed fever) di rumah sakit.
Artikel lainnya: Segera Cuci Tangan Setelah Menyentuh 9 Benda Ini!
Gerakan Cuci Tangan Kurangi Angka Kematian Ibu Melahirkan
Ignaz juga dikenal sebagai "penyelamat ibu". Gerakan cuci tangannya didasari pada angka kematian yang tinggi pada ibu melahirkan, yang mana ia menemukan hubungan antara kuman yang ditularkan dan tingkat kematian yang tinggi pada ibu-ibu yang baru melahirkan.
Ignaz menemukan bahwa infeksi tersebut menjadi penyebab kematian di bangsal bersalin di seluruh negara Eropa. Ini terkait dengan sumber infeksi yang ditularkan melalui tangan dokter setelah melakukan operasi atau autopsi.
Ia mengamati bahwa tingkat kematian ibu pasca persalinan akibat demam nifas di klinik utama rumah sakit, di mana mahasiswa kedokteran dilatih, berjumlah 2-3 kali lebih tinggi dibanding klinik kedua, tempat bidan dilatih.
Sebagai catatan, kedua klinik menggunakan prosedur yang sama, sehingga penyebabnya saat itu cukup membingungkan.
Penemuan itu terjadi setelah kematian seorang kolega yang tak sengaja terluka karena pisau bedah, pada saat memeriksa seorang wanita yang meninggal dunia akibat demam nifas.
Proses autopsi temannya tersebut memperlihatkan tipe infeksi yang sama. Ini membuat Ignaz menarik kesimpulan, lalu memerintahkan mahasiswa kedokteran dan dokter untuk membersihkan tangan dengan larutan chlorinated lime sebelum melakukan pemeriksaan pada Maret 1847.
Artikel lainnya: Cuci Tangan, Cara Efektif Cegah Penularan Virus Corona
Pengamatan Ignaz sempat bertentangan dengan pendapat medis dan ilmiah saat itu dan ditolak mentah-mentah. Namun, pada akhirnya ia membuktikan dirinya benar.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sebagai hasil dari aturan tersebut, tingkat kematian di klinik pertama turun dari 18,27 persen menjadi hanya 1,27 persen, dan di bulan. Pada bulan Maret dan Agustus 1848, tak ada lagi kasus kematian ibu di divisinya.
Praktik higienitas Ignaz akhirnya divalidasi bertahun-tahun kemudian, ketika Louis Pasteur mempelajari tentang teori kuman. Saat itu, Ignaz dianggap sebagai pelopor prosedur antiseptik.
Di tengah masa pandemi global virus corona seperti sekarang ini, masyarakat dianjurkan untuk membersihkan tangan sesering mungkin.
Meski hand sanitizer sudah tergolong langka di pasaran, tapi jangan panik, karena menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), langkah membersihkan tangan paling efektif adalah dengan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara menyeluruh selama 20 detik.
Artikel lainnya: Basmi Kuman, Lebih Efektif Hand Sanitizer atau Cuci Tangan?
Cara Mencuci Tangan yang Benar Menurut Anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO)
Mencuci tangan tidak hanya menjaga kesehatan diri sendiri, tapi juga keluarga dan orang-orang di sekitar. Lakukan cuci tangan terutama pada momen-momen berikut:
- Sebelum, selama, dan setelah mengolah makanan.
- Sebelum makan.
- Sebelum dan sesudah menjaga orang sakit.
- Sebelum dan sesudah merawat luka.
- Setelah menggunakan toilet.
- Setelah mengganti popok atau membersihkan anak yang selesai dari toilet.
- Setelah membuang ingus, batuk, atau pilek.
- Setelah menyentuh binatang, makanan binatang, atau kotoran binatang.
- Setelah memegang sampah.
Selain mengetahui momen cuci tangan yang tepat, yang tidak kalah penting adalah caranya. Langkah cuci tangan yang dianjurkan WHO adalah:
- Basahi kedua tangan dengan air, kemudian ambil sabun secukupnya.
- Gosokkan kedua telapak tangan bersama-sama.
- Gosok tiap punggung tangan menggunakan telapak tangan sebelahnya, jangan lupa gosok bagian sela-sela jari.
- Tangkupkan kembali kedua tangan dan gosok pinggir jari-jari.
- Bersihkan jari dan buku-buku jari dengan menyatukan kedua tangan.
- Bersihkan sela jempol dan telunjuk dengan cara jempol digenggam oleh tangan sebelahnya.
- Bersihkan ujung-ujung jari dengan menggosokkannya ke telapak tangan sebelahnya.
- Bersihkan sabun di bawah air mengalir, keringkan dengan sempurna, bila perlu matikan keran dengan menggunakan tisu sekali pakai agar tidak perlu disentuh tangan.
Itulah kisah Ignaz Semmelweis, penemu konsep cuci tangan yang benar, yang wajahnya sempat mewarnai laman pencarian Google. Penemuannya telah mengubah dunia, khususnya dalam hal kebersihan diri dan pencegahan penyebaran penyakit menular, tak terkecuali dari virus corona yang tengah menjadi pandemi global. Khawatir terinfeksi penyakit tersebut? Cek kondisi Anda di sini.
(RN/AYU)