Covid-19

COVID-19 Ternyata Bisa Turunkan Volume Gray Matter di Otak

Tri Yuniwati Lestari, 21 Mei 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Studi baru menemukan infeksi virus corona turunkan volume grey matter di otak. Apa pendapat dokter soal efek COVID-19 pada otak ini?

COVID-19 Ternyata Bisa Turunkan Volume Gray Matter di Otak

Sebuah penelitian terbaru menemukan efek samping virus corona terhadap otak manusia. Dipaparkan dalam studi tersebut, pasien COVID-19 dengan terapi oksigen mengalami penurunan volume gray matter atau materi abu-abu di lobus frontal otak.

Efek COVID-19 Bisa Turunkan Gray Matter di Otak

Ilmuwan dari Georgia State University, Atlanta, menganalisis hasil CT scan pasien yang menjalani evaluasi gejala neurologis di satu rumah sakit wilayah Brescia, Italia.

Penelitian awal ini dilakukan untuk melihat jumlah materi abu-abu di lapisan luar atau korteks otak pasien.

Artikel lainnya: 8 Kebiasaan Baik untuk Meningkatkan Kualitas Otak

Dari total 120 pasien yang diteliti, 58 orang menderita infeksi virus corona, sedangkan 62 orang lainnya tidak. Tim lalu mencocokkan kedua kelompok berdasarkan usia, jenis kelamin, dan penyakit lainnya.

Hasilnya, para peneliti tidak menemukan perbedaan signifikan dalam volume materi abu-abu di antara kedua kelompok. Namun, mereka menemukan perbedaan di antara pasien COVID-19 yang mendapatkan terapi oksigen.

Pasien COVID-19 yang membutuhkan terapi oksigen mengalami penurunan materi abu-abu di lobus frontal otak, dibandingkan yang tidak mendapat perawatan tersebut.

Volume materi abu-abu juga ditemukan lebih rendah di daerah frontal pada pasien COVID-19 yang mengalami demam.

Materi abu-abu yang lebih rendah di wilayah otak ini dikaitkan dengan tingkat kecacatan yang lebih tinggi di antara pasien COVID-19, bahkan hingga enam bulan pasca-keluar dari rumah sakit.

Dijelaskan oleh dr. Devia penyebab penurunan gray matter pada pasien COVID-19 ini bisa saja disebabkan oleh infeksi yang dialami pasien.

Infeksi secara tidak langsung dapat merusak daerah otak yang teridentifikasi karena demam atau kekurangan oksigen.

“Dari laporan yang ada, penurunan volume gray matter diduga karena infeksi yang secara tidak langsung merusak bagian otak tertentu maupun karena kondisi kurangnya suplai oksigen,” katanya.

Artikel lainnya: Waspada, Virus Corona Bisa Membuat Kerusakan Otak!

Apa Itu Gray Matter di Otak?

Mengapa penurunan grey matter menjadi sorotan peneliti? Sebenarnya, apa peran penting bagian otak ini?

Dilansir dari livescience, sistem saraf pusat terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu materi abu-abu (gray matter) dan materi putih (white matter).

Kalau materi putih berperan dalam membawa impuls dari dan ke materi abu-abu, gray matter berfungsi untuk memproses informasi.

Ditambahkan dr. Devia Irine Putri, gray matter adalah bagian dalam susunan saraf yang terdiri dari banyak sel saraf dan akson yang tidak bermielin. Akson yang tidak bermielin artinya tidak ditutupi oleh protein lemak berwarna keputihan yang disebut mielin.

Selain akson, di materi abu-abu juga ditemukan adanya sel glial (astroglia dan oligodendrosit) dan kapiler. Sel glial memberikan nutrisi dan energi ke neuron, yaitu unit kerja sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai penghantar informasi berupa rangsangan atau impuls.

Sel glial juga bekerja untuk membantu mengangkut glukosa ke otak, dan membersihkan otak dari bahan kimia berlebih. Karena sel akson pada gray matter tidak dikelilingi oleh mielin putih, mereka mengambil warna keabu-abuan alami dari sel neuron dan sel glial.

Pada manusia hidup, gray matter akan terlihat berwarna kecokelatan atau kemerahan karena sistem saraf punya banyak sekali pembuluh darah kecil yang disebut kapiler.

Artikel lainnya: Wajib Tahu, Ini Organ Tubuh yang Terdampak Virus Corona

Apa Dampak Saat Gray Matter di Otak Turun?

Mengenal Fungsi dan Bagian-Bagian Otak Besar

Menurut dr. Devia penurunan materi abu-abu telah terbukti terlibat dalam gangguan mood, seperti skizofrenia.

“(Penurunan grey matter) bisa berhubungan ke penyakit alzheimer atau daya ingat, bisa juga mengarah ke gangguan mood, depresi, dan skizofrenia,” ucapnya.

Namun, penelitian yang dilakukan masih sangat terbatas, jumlah relawan yang diteliti juga masih sangat minim. Oleh karena itu, belum dapat disimpulkan bahwa semua pasien COVID-19 yang demam atau mendapat terapi oksigen akan mengalami penurunan gray matter di otak.

Dijelaskan oleh dr. Devia, masih dibutuhkan penelitian yang lebih banyak untuk menarik kesimpulan efek COVID pada otak tersebut.

Perbaharui terus informasi Anda mengenai virus corona yang terjadi di Indonesia dengan membaca artikel lain di aplikasi KlikDokter. Anda juga bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui layanan Live Chat 24 Jam.

[HNS/JKT]

virus corona