Mayoritas pasien meninggal akibat infeksi virus corona di Indonesia dilaporkan memiliki komorbid (penyakit bawaan) berupa diabetes mellitus. Hal ini disampaikan langsung oleh Wiku Adisasmito, selaku juru bicara Satgas COVID-19.
Berdasarkan riset epidemiologis yang dimuat jurnal Molecular Metabolism, diabetes merupakan komorbid COVID paling berbahaya yang meningkatkan risiko infeksi berbagai penyakit menular, termasuk SARS-CoV-2.
Menurut Center for Disease Control and Prevention, Tiongkok, pasien positif coronavirus yang terjangkit penyakit metabolik tersebut berisiko lebih besar mengalami penyakit parah hingga kritis berkisar 14-32 persen.
Bahkan, diabetes meningkatkan angka kematian akibat infeksi virus corona sebesar 2,3 persen. Tidak heran, penyakit diabetes menjelma menjadi komorbid COVID-19 paling berbahaya di Tanah Air.
Lantas, bagaimana diabetes menyebabkan perburukan gejala pada pasien coronavirus? Yuk cari tahu.
Penyebab Diabetes Tingkatkan Risiko Perburukan Infeksi Virus Corona
Menukil International Journal of Obesity, salah satu komponen yang paling bertanggung jawab terhadap perburukan infeksi COVID-19 pada pengidap diabetes yaitu furin.
Penderita diabetes memiliki kadar furin yang lebih tinggi. Hal ini berlaku jika dibandingkan dengan orang yang tidak mengidap gangguan metabolik tersebut.
Disampaikan dr. Sara Elise Wijono, M. Res., furin merupakan enzim yang membantu mengaktivasi berbagai jenis protein di dalam tubuh.
“Nah, kerja furin juga bisa membantu masuknya virus COVID-19 ke dalam sel tubuh,” jelasnya.
Artikel Lainnya: Studi Temukan Penyebab Brain Fog pada Penyintas COVID-19
Ketika SARS-CoV-2 berusaha menginfeksi, furin di dalam tubuh diabetesi (penderita diabetes) mendukung proses masuknya virus ke dalam sel.
Lebih jelasnya, coronavirus menggunakan spike protein atau protein lonjakan untuk dapat masuk ke dalam sel tubuh manusia.
Spike protein dari virus corona lantas mengikat ACE2, yaitu enzim yang menempel di permukaan luar sel tubuh.
Tanpa furin, coronavirus tetap bisa masuk ke dalam tubuh manusia lewat ACE2. Namun, pada pengidap diabetes, proses infeksi ini berjalan lebih mudah berkat peran furin.
Kekebalan Tubuh Juga Berperan Mempengaruhi Keparahan COVID-19
Jika dianalogikan, sederhananya SARS-CoV-2 merupakan tamu yang tidak diharapkan, ACE2 adalah pintu rumah, dan furin merupakan orang yang membukakan pintu agar si virus bisa masuk.
Adapun sistem kekebalan tubuh (imun) merupakan tuan rumah yang enggan menerima kehadiran virus corona. Karena itu, ketika infeksi terjadi, imun berusaha keras mengusir coronavirus dengan melakukan sejumlah perlawanan.
Sayangnya, kemampuan sistem kekebalan tubuh diabetesi dalam melawan infeksi patogen berkurang. Hal ini disebabkan oleh hiperglikemia alias lonjakan kadar gula darah (glukosa) tinggi melebihi ambang batas normal yang dimiliki orang diabetes.
Artikel Lainnya: Kemampuan Infeksi Virus Corona Turun Ketika Berada di Udara
Hiperglikemia merupakan gejala khas diabetes. Lonjakan kadar glukosa pada diabetesi terjadi karena ketidakmampuan tubuh dalam merespons ataupun menghasilkan insulin, yaitu hormon yang bertugas membantu sel tubuh menyerap dan mengubah gula darah menjadi energi.
Peningkatan glukosa dapat merusak respon imun, sehingga menurunkan kemampuanya dalam menghadapi infeksi virus, bakteri, maupun mikroorganisme lainnya.
Oleh sebab itu, infeksi COVID-19 pada diabetesi dapat lebih parah bila dibandingkan dengan individu yang tidak mengidap penyakit metabolik tersebut.
Hal ini kian buruk, karena furin ikut berperan. Diabetes memicu lonjakan kadar furin di seluruh bagian tubuh, seperti paru-paru, ginjal, sistem endokrin, otot dan saluran pencernaan.
Enzim tersebut melanggengkan infeksi virus corona, sehingga menyebabkan kerusakan sel dan jaringan yang parah.
Artikel Lainnya: Waspada, Virus COVID-19 Omicron Bisa Sebabkan Peradangan Jantung
Tanpa infeksi SARS-CoV-2, diabetes yang tidak terkontrol pada dasarnya sudah meningkatkan risiko infeksi gangguan kulit, saraf, mata, tulang, pendengaran, pernapasan, kardiovaskular maupun saluran cerna.
Infeksi coronavirus lantas memperburuk risiko komplikasi diabetes tersebut. Inilah yang meningkatkan risiko kematian akibat COVID-19 pada pasien diabetes di Indonesia.
Itu dia serba-serbi diabetes sebagai komorbid COVID-19 paling berbahaya. Untuk mencegah infeksi virus corona, pengidap diabetes disarankan agar tetap disiplin menerapkan protokol 5 M serta menjalani vaksinasi COVID-19.
Selain itu, cegah perburukan penyakit metabolik, dengan melaksanakan manajemen diabetes secara disiplin. Caranya dengan mengonsumsi asupan sehat, bergizi seimbang serta berindeks glikemik rendah.
Imbangi pula dengan olahraga dan rutin menjalani terapi pengobatan diabetes yang diresepkan dokter.
Jika ingin tanya lebih lanjut seputar diabetes, konsultasi ke dokter via Live Chat.
(OVI/JKT)
Referensi:
Molecular Metabolism. Diakses 2022. Diabetes, infection risk and COVID-19.
International Journal of Obesity. Diakses 2022. Increased mortality of COVID-19 infected diabetes patients: role of furin proteases.
Diabetology & Metabolic Syndrome. Diakses 2022. Outcome and death risk of diabetes patients with Covid-19 receiving pre-hospital and in-hospital metformin therapies.
National Center for Biotechnology Information. Diakses 2022. Type 2 Diabetes and its Impact on the Immune System.
Ditinjau oleh dr. Sara Elise Wijono, M. Res.