Melonjaknya jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia membuat masyarakat ingin melakukan cek virus corona. Sayang, karena masih minimnya sumber daya, pengecekan tersebut belum bisa dilakukan secara massal dan cepat.
Muncul Alat Cek Virus Corona yang Dijual Online
Hal itu dibuktikan pula oleh peristiwa yang terjadi pada Senin (16/03) di Surabaya. Sejak hari pertama RS UNAIR ditunjuk sebagai lembaga resmi untuk cek virus corona, peminatnya langsung membludak.
Bahkan, dari yang awalnya mampu memeriksa 600 orang per hari, kini akhirnya dibatasi hanya 140 orang per hari. Perbedaan yang sangat jauh, bukan?
Kejadian serupa juga terjadi di Ibu Kota, tepatnya di RSUP Persahabatan. Dilansir dari laman Tempo, banyak warga yang sudah menunggu sejak pagi, tetapi hingga siang bolong, belum juga mendapatkan pemeriksaan.
Karena kondisi-kondisi di atas, sebagian masyarakat jadi ingin melakukan pengecekan sendiri dan tergiur dengan alat tes virus corona yang dijual secara online. Soal akurat atau tidaknya alat cek tersebut, berikut penjelasannya dari beberapa dokter.
Artikel Lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya
Benarkah Alat Tes Virus Corona Bisa Digunakan Sendiri?
Sebagai informasi tambahan, alat untuk melakukan cek COVID-19 secara mandiri yang dijual online memiliki bentuk menyerupai test pack kehamilan.
Bedanya, alat ini tidak menggunakan sampel urine, melainkan sampel darah. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan hasil tes hanya berkisar sekitar 8-15 menit.
Ketika KlikDokter mewawancarai dr. Ro Shinta Christina Solin, Sp.PK, beliau mengatakan, sampai saat ini memang banyak hoax mengenai pemeriksaan SARS-CoV-2.
Menurutnya, pemeriksaan yang paling valid untuk mendiagnosis infeksi coronavirus hanya dapat dilakukan oleh laboratorium tertentu.
Selebihnya, termasuk alat cek yang dijual online, tidak bisa mengeluarkan hasil akurat. Hasil yang didapat bisa berupa negatif palsu atau positif palsu.
“Itu bahaya sekali. Bayangkan, jika ternyata hasilnya negatif palsu (hasil yang keluar negatif, padahal sebenarnya si orang tersebut positif corona), itu bisa meningkatkan penyebaran!” jelas dr. Shinta.
Sedangkan apabila hasilnya positif palsu, bisa saja sebenarnya si orang yang mencoba alat itu tidak benar-benar terinfeksi virus SARS-CoV-2, melainkan terinfeksi virus yang lain.
Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!
Pengobatan yang dilakukan pun akan salah, sehingga suatu waktu, penyakit yang diderita akan semakin parah.
Jadi, itulah mengapa, dr. Shinta sangat mengimbau masyarakat untuk tidak membeli alat cek virus corona yang dijual online.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D., seorang Principal Investigator dari Stem-cell and Cancer Research Institute.
Ada dua jenis alat tes untuk virus corona, yaitu ada yang berbasis antibodi dan berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR).
Rumah sakit melakukan cek virus corona umumnya menggunakan tes PCR, sedangkan alat yang dijual online tersebut berbasis antibodi.
Nah, tes berbasis antibodi memang punya kelebihan deteksi yang lebih cepat. Namun, hasilnya kurang valid.
Kalaupun menunjukkan hasil positif, tidak ada jaminan pasti bahwa si orang yang mencoba alat memiliki infeksi aktif. Dengan begitu, lebih baik alat cek virus corona tidak usah dibeli sendiri.
Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona
Bagaimana Proses Tes Virus Corona di RS Rujukan?
Agar Anda lebih memahami bagaimana prosedur asli dan tidak tergiur dengan alat cek online, berikut proses tes virus corona yang dilakukan oleh pihak RS rujukan.
- Untuk melakukan cek virus corona, pasien harus memenuhi kriteria dulu. Misalnya, mengalami batuk, pilek, nyeri otot, sesak napas atau terjadi gejala pneumonia ringan atau berat.Pasien juga bisa dilakukan tes apabila memiliki riwayat perjalanan ke negara terjangkit (14 hari sebelum timbul gejala) atau memiliki kontak dengan orang yang terjangkit coronavirus.
- Jika belum menunjukkan gejala, tetapi Anda berkontak dengan orang positif COVID-19 atau memiliki riwayat perjalanan, cek atau tes tetap bisa dilakukan.
- Akan dilakukan karantina mandiri (status orang dalam pengawasan). Pasien disarankan untuk stay kurang lebih dua minggu di rumah berbekal obat-obatan yang telah diresepkan dokter.
- Jika gejala tidak membaik atau bahkan semakin parah, pasien akan dirujuk ke RS rujukan menggunakan ambulans dan didampingi tenaga kesehatan.
- Di rumah sakit rujukan, dokter akan mengambil spesimen pasien untuk diperiksa di laboratorium. Pasien juga ditempatkan di ruang isolasi khusus untuk mencegah terjadinya penyebaran virus.
- Ada pun spesimen yang diambil adalah lendir pasien, darah, atau serum. Lalu, akan dikirimkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) yang ada di Jakarta. Hasil pemeriksaan pertama keluar dalam kurun waktu 24 jam.
- Dari tes darah biasa saja (tanpa cek swab lendir), sebenarnya dapat terlihat juga apakah tubuh sedang berjuang melawan COVID-19 atau tidak. Itu dapat dilihat dari jumlah Leukosit yang masih tinggi.
Jika jumlahnya menurun, berarti tubuh sedang melawan virus, entah itu virus corona ataupun virus lain.
Apabila ingin mengetahui apakah Anda terinfeksi coronavirus atau tidak, lebih baik periksakan diri ke rumah sakit rujukan agar hasilnya lebih valid. Jangan sampai, Anda membuang uang hanya untuk menggunakan alat tes yang tidak jelas!
Akan lebih baik jika Anda tes virus corona menggunakan layanan Klikdokter yang mudah dan cepat. Silakan lakukan pendaftaran dengan klik di sini.
Bagi Anda yang punya pertanyaan seputar cek virus corona atau penyakit lainnya? Yuk, tanya langsung di fitur LiveChat. Di aplikasi KlikDokter, Anda juga bisa cek virus corona online. Buruan, klik di sini.
(OVI/AYU)