Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan indikasi ketertarikan pemerintah Indonesia mendatangkan obat COVID-19 oral pertama di dunia, Molnupiravir.
Disampaikan Budi, pemerintah telah melakukan pendekatan dengan produsen Molnupiravir, yakni perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Merck & Co. Nantinya, obat corona tersebut akan ditinjau terlebih dahulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Seperti diketahui, obat Molnupiravir belakangan ramai diperbincangkan karena disebut-sebut dapat menurunkan risiko rawat inap dan kematian pada pasien positif virus corona hingga 50 persen.
Meski begitu, obat ini belum mengantongi izin edar. Bahkan uji klinis ketiga Molnupiravir belum selesai sepenuhnya. Berikut beberapa fakta soal obat Molnupiravir yang perlu Anda ketahui.
1. Awalnya Obat Radang Otak
Sebelum dikembangkan sebagai obat oral COVID-19, Molnupiravir mulanya digunakan untuk mengatasi kondisi peradangan otak yang disebabkan oleh virus.
Artikel lainnya: Daftar Obat untuk Penderita COVID-19 yang Diizinkan BPOM
Namun, ketika wabah pandemi virus corona melanda, obat ini diformulasikan ulang dan diujikan untuk mengatasi SARS-CoV-2.
Perusahaan farmasi Merck dan Ridgeback Biotherapeutics kemudian ikut mengembangkan obat antivirus yang semula diprakarsai oleh Emory University tersebut.
Berdasarkan hasil uji klinis 1 hingga 3, obat Molnupiravir memiliki potensi mengatasi coronavirus secara in vitro dan in vivo.
2. Cara Kerja
Disampaikan dr. Sara Elise Wijono, M. Res, obat Molnupiravir bekerja dengan menghambat replikasi virus corona.
"Akibatnya, virusnya (corona) tidak bisa bertambah banyak dalam tubuh kita," dr. Sara Elise menjelaskan.
Berdasarkan jurnal Nature Structural & Molecular Biology, obat corona ini secara spesifik mengacaukan kode genetik SARS-CoV-2. Hal ini menyebabkan proses replikasi virus terganggu.
Artikel lainnya: Alasan Oseltamivir dan Azithromycin Tak Dianjurkan sebagai Obat COVID
3. Uji Klinis Fase Ketiga Belum Selesai
Melalui situsnya, otoritas Merck & Co melaporkan hasil uji klinis fase ketiga obat Molnupiravir. Meski begitu, uji klinisnya belum sepenuhnya selesai.
Pasalnya, uji klinis tersebut hanya dilakukan pada 775 peserta dari 1.550 orang yang direncanakan. Dengan begitu, hasil uji klinis tersebut masih berbentuk laporan sementara.
Otoritas Merck & Co mengklaim perekrutan peserta klinis fase ketiga dihentikan karena hasil penelitian menunjukan tingkat efikasi sementara Molnupiravir yang meyakinkan.
Studi itu sendiri melibatkan 775 pasien positif coronavirus dengan gejala ringan dan sedang.
Hasil riset menemukan 7,3 persen pasien tidak mengalami perburukan gejala setelah mengonsumsi Molnupiravir sebanyak dua kali sehari, selama 5 hari perawatan di rumah sakit. Para pasien juga tidak meninggal dalam kurun 29 hari setelah pengobatan.
Adapun pasien yang diberikan plasebo (obat kosong tanpa efek medis) mengalami peningkatan risiko rawat inap di rumah sakit sebesar 14,1 persen. Kelompok ini juga mencatat delapan kematian.
Berdasarkan hasil temuan ini, pihak Merck & Co mengklaim Molnupiravir dapat menurunkan risiko rawat inap dan kematian pada pasien positif COVID-19 gejala ringan dan sedang sebesar 50 persen.
4. Efektif Lawan Varian Virus Corona
Setelah melakukan whole genome sequencing, pihak Merck & Co juga mengklaim Molnupiravir efektif melawan varian virus corona, termasuk Delta, Gamma, dan Mu.
Artikel lainnya: Ini Suplemen dan Obat Terapi COVID-19 Sesuai Tingkat Gejala
5. Efek Samping
Sayangnya, produsen Monupiravir tidak merinci efek samping yang ditimbulkan pada peserta yang mengonsumsi obat corona tersebut.
6. Masih Menanti Izin Edar
Hingga artikel ini ditayangkan, Kamis (7/10), Molnupiravir belum mengantongi izin penggunaan darurat (EUA) dari beberapa otoritas, seperti FDA Amerika Serikat dan The European Medicines Agency.
Obat oral COVID-19, Molnupiravir, disambut baik oleh banyak pihak. Manfaat molnupiravir dinilai dapat memberikan pengobatan yang lebih efektif dan terjangkau bagi banyak orang.
Meski begitu, efektivitas Monupiravir dalam mengobati virus corona belum dapat dipastikan sepenuhnya. Hasil uji klinis yang beredar sejauh ini hanya bersumber dari pernyataan produsen obat tersebut sehingga berpotensi menimbulkan bias informasi.
Untuk mencegah infeksi corona, tetap terapkan protokol kesehatan secara disiplin dan lakukan vaksinasi. Terapkan gaya hidup sehat dan aktif setiap hari.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar COVID-19, konsultasikan kepada dokter via Live Chat.
[HNS/JKT]