Begitu melimpah informasi tentang virus corona di internet. Sayangnya, karena keterbatasan pengetahuan, sejumlah masyarakat terlanjur percaya berita-berita hoax dan menyebarkannya melalui media sosial atau aplikasi chat.
Meluruskan beragam informasi yang ada merupakan suatu kewajiban dari para ahli, oleh karena itu sejumlah dokter dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) menyelenggarakan acara media briefing yang bertajuk “Fakta Corona Virus dan Influenza, Perilaku dan Pencegahan Penyakitnya” (04/02), di RS UI, Depok, Jawa Barat.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan wabah virus corona atau 2019-nCoV ini sebagai public health emergency of international concern (PHEIC) pada 30 Januari 2020. Kondisi ini disebabkan adanya peningkatan kasus yang signifikan di Tiongkok dan beberapa negara lain.
Adapun narasumber yang hadir dalam acara tersebut yaitu dr. Raden Rara Diah Handayani, Sp.P(K), dr. R. Fera Ibrahim, M.Sc.,Ph.D.,Sp.,MK(K), Dr.dr. Sukamto, SpPD, K-AI selaku Direktur Pelayanan Sekunder dan Unggulan RS UI, serta dr. Julianto Witjaksono, Sp.OG, KFER selaku Direktur Utama RS UI.
Artikel lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!
Virus Corona Menyebar Cepat dan Relatif Menyerang Pria
Sesi pertama dibawakan oleh dr. Raden Rara Diah Handayani, Sp.P(K) yang kerap disapa dr. Diah. Dalam kesempatannya, beliau menyampaikan meskipun penyebaran virus corona ini terbilang sangat cepat, tetapi risiko atau angka kematiannya jauh lebih rendah ketimbang flu burung.
“Hingga saat ini, persentase kematian dari penderita virus corona hanya mencapai 2-3 persen, sementara flu burung mencapai 80 persen. Sangat berbeda jauh. Jadi, kesempatan untuk sembuh dari virus corona sangat besar, meski sekarang sebenarnya tak ada satu pun negara yang tidak berisiko untuk terinfeksi,” jelasnya.
Mirip dengan infeksi virus lainnya, dr. Diah menerangkan, infeksi virus corona sangat bergantung pada daya tahan tubuh, penyakit yang sebelumnya diderita, dan faktor usia. Biasanya, lansia sudah memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan penyakit kronis.
Nah, oleh sebab itu, kasus kematian biasanya akan menyerang lansia. Tapi, ada satu fakta lagi yang mungkin cukup bikin kaum Adam khawatir. Sebagian besar kasus virus corona dialami oleh pria, terutama pria dewasa, meski tidak diketahui mengapa hal itu bisa terjadi.
Pernyataan yang dilontarkan oleh dr. Diah juga disetujui pula oleh dr. Fera. Menurutnya, benar bahwa kebanyakan kasus coronavirus dialami oleh pria dewasa (kematian pada pria lansia) dengan ras Asia. Sayang, untuk alasannya, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Artikel lainnya: Sama-Sama Menyerang Paru, Apa Beda Wuhan Coronavirus dengan Virus Influenza?
Perbedaan Virus Corona dengan Virus Flu
Lalu, bagaimana dengan perbedaan antara virus corona dengan virus influenza? Berdasarkan pemaparan dr. Fera, yang membedakan antara keduanya adalah famili dari virus tersebut, masa inkubasi, dan tingkat keparahan. Sisanya, hampir mirip semua.
Baik virus flu maupun virus corona, penularannya melalui droplet atau cairan-cairan kecil yang dikeluarkan saat seseorang bersin atau batuk. Untuk pencegahannya, sama-sama bisa diantisipasi dengan perilaku hidup sehat, bersih, dan menggunakan masker.
Masker bedah dan masker N95 dinilai sama-sama baik, pilih saja yang dirasa paling nyaman dipakai.
Suhu udara juga memengaruhi kemampuan virus untuk bertahan hidup. Virus corona tidak dapat bertahan hidup bila berada dalam suhu 56 derajat Celsius ke atas dan dipanaskan hingga 30 menit.
Masa inkubasi virus corona 2-14 hari, sedangkan flu biasa hanya membutuhkan waktu 1-4 hari. Jadi, untuk membedakan apakah orang itu terinfeksi virus flu biasa atau virus corona (selain dengan tes), bisa dilihat riwayat perjalanan, riwayat kontak, dan masa inkubasinya.
Ada faktor yang jadi perbedaan antara virus corona, virus flu, dan virus flu burung yang kini juga sedang merebak di China. Penyebaran virus flu burung tidak secepat virus flu ataupun virus corona. “Sebab, infeksi virus corona dan flu ada di saluran pernapasan atas, sedangkan flu burung berada di saluran pernapasan bawah, sehingga lebih sulit ditularkan,” kata dr. Fera.
Untuk terhindar dari infeksi virus corona, virus flu biasa, hingga flu burung, dr. Sukamto berpesan kepada masyarakat untuk selalu berusaha meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satu cara selain dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih adalah dengan mendapatkan vaksin.
Meski hingga saat ini belum ada vaksin apa pun yang bisa menangkal virus corona, setidaknya vaksinasi lain dapat membuat daya tahan tubuh lebih terpelihara dan terhindar dari berbagai macam infeksi.
Ya, daya tahan tubuh seseorang memang dapat menurun apabila sedari awal sudah ada infeksi di tubuhnya.
Sementara itu, di sesi terakhir, dr. Julianto mengatakan, RS UI kini memang tengah mengembangkan berbagai fasilitas. Kendati demikian, jika Anda menemukan orang terduga virus corona (suspect), maka membawanya ke rumah sakit yang bukan rujukan pemerintah bukanlah hal yang tepat.
“Langsung saja arahkan untuk segera dibawa ke rumah sakit rujukan. Kalau di Jakarta, ada tiga yaitu RS Sulianti Saroso, RS Persahabatan, dan RSPAD Gatot Subroto,” pungkasnya.
Dengan segera membawanya ke rumah sakit yang dirujuk, maka gejala yang memburuk dan penyebaran virus dapat dicegah (karena langsung diisolasi).
Itu dia beberapa fakta virus corona dan virus flu yang dipaparkan dalam media briefing RS UI. Jika Anda masih punya pertanyaan terkait infeksi virus corona atau virus lainnya, yuk konsultasi dengan dokter melalui fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.
(FR/RPA)