COVID-19 diperkirakan menyebabkan lebih dari 4,6 juta kematian di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena infeksi virus corona menimbulkan berbagai macam kerusakan organ, termasuk saluran pernapasan.
Gangguan pernapasan seperti pneumonia dan gagal napas akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan penyebab utama kematian akibat coronavirus. Seperti penyakit pernapasan lainnya, kedua kondisi ini dapat memicu terjadinya gagal napas.
Gagal napas merupakan kondisi ketika tubuh tidak sanggup menyalurkan oksigen dari paru ke darah. Gagal napas juga menyebabkan tubuh tidak mampu mengangkut karbondioksida dari darah.
Akibatnya, pengidap gagal napas berisiko tinggi mengalami serangan jantung, gagal ginjal akut, kerusakan organ, hingga kematian.
Belum lama ini, peneliti dari University of Oxford di Inggris menemukan, faktor risiko gagal napas yang meningkatkan peluang kematian akibat virus corona. Hasil studi mengungkapkan bahwa gen tertentu dapat melipatgandakan risiko gagal napas dan kematian akibat COVID-19.
Studi Soal Gen Tingkatkan Risiko Gagal Napas Pasien COVID-19
Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan teknologi molekuler dan kecerdasan buatan, peneliti menemukan gen yang bertanggung jawab atas peningkatan risiko gagal napas pada pasien COVID-19.
Gen yang dimaksud bernama leucine zipper transcription factor like 1 atau LZTFL1.
Artikel Lainnya: Perbedaan Sesak Napas karena Virus Corona dan Asma
Sebelumnya, sebuah riset terpisah yang digagas COVID-19 Host Genetics Initiative menemukan ada beberapa gen yang rentan meningkatkan risiko gagal napas akibat COVID-19.
Gen tersebut dibawa oleh sekitar 50 persen orang keturunan Asia Selatan, 16 persen orang keturunan Eropa, 2 persen orang keturunan Afrika-Karibia, serta 1,8 persen orang keturunan Asia Timur.
Para peneliti dari University of Oxford menduga gen LZTFL1 dapat menggagalkan mekanisme pertahanan diri sel-sel yang melapisi paru-paru.
Mekanisme yang dimaksud adalah ketika sel-sel paru menghadapi virus corona, mereka berubah menjadi sel yang agresif terhadap SARS-CoV-2.
Perlawanan dari sel-sel paru menyebabkan produksi angiotensin converting enzyme 2 (ACE-2) mengalami penurunan.
ACE-2 merupakan enzim yang berada di permukaan luar sel tubuh. Enzim ini diperlukan virus corona untuk menempel pada sel manusia.
Sayangnya, gen LZTFL1 diduga menyebabkan mekanisme pertahanan sel-sel paru tidak optimal. Akibatnya, sel paru-paru jadi lebih rentan terhadap infeksi virus corona.
Meski begitu, para peneliti mencatat gen LZTFL1 hanya memengaruhi sel-sel paru. Gen ini tidak memiliki dampak buruk pada sistem kekebalan tubuh.
Artinya, meskipun orang yang memiliki gen LZTFL1 berisiko tinggi mengalami gagal napas akibat SARS-CoV-2, mereka tetap berpeluang mendapatkan perlindungan dari vaksin COVID-19.
Artikel Lainnya: Membuat Alat Bantu Napas Oksigen Sendiri di Rumah, Amankah?
Faktor Selain Gen Juga Berperan
Disampaikan Prof. James Davis, selaku anggota penelitian, terdapat faktor selain gen yang juga meningkatkan risiko seseorang terjangkit virus corona.
“Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terdampak COVID-19. Hal ini termasuk usia serta faktor sosial dan ekonomi,” jelasnya.
Gen LZTFL1 merupakan salah satu alasan mengapa bisa terjadi gagal napas pada pasien COVID-19. Gen ini diduga dapat meningkatkan risiko gagal napas pada pasien positif virus corona.
Namun, peneliti menemukan orang yang memiliki gen ini tetap berpeluang memperoleh manfaat perlindungan dari vaksin COVID.
Oleh karena itu, selain menjaga protokol kesehatan dengan disiplin, usahakan untuk memperoleh vaksin dua dosis apa pun jenisnya.
Disampaikan dr. Dyah Novita Anggraeni, vaksin COVID-19 penting untuk mencegah infeksi virus corona.
“Karena vaksinasi COVID-19 dapat mengurangi tingkat keparahan gejala yang dialami. Selain itu, vaksinasi juga membantu mengurangi angka penderita di suatu wilayah, terlebih jika sebagian besar penduduk sudah menerima vaksin,” jelasnya.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar COVID-19, konsultasi ke dokter via Live Chat.
(OVI/JKT)