Covid-19

Kenali Suntik 90 Derajat dalam Vaksinasi COVID-19

Ayu Maharani, 20 Jan 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Beredar kabar vaksinasi COVID-19 lalu tidak sah karena cara suntik vaksin yang tidak 90 derajat. Apa maksudnya? Cari jawabannya di sini.

Kenali Suntik 90 Derajat dalam Vaksinasi COVID-19

Meski sudah satu minggu berlalu, suntik vaksinasi COVID-19 masih mengundang beberapa pertanyaan. Salah satunya adalah cara penyuntikkan vaksin yang dikatakan tidak 90 derajat.

Karena kejadian itulah, vaksinasi yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo sampai dianggap tidak sah dan mesti diulang.

Namun, banyak juga yang membantah tanggapan tersebut. Pasalnya, seorang vaksinator (orang yang melakukan vaksinasi) seharusnya sudah paham betul bagian yang akan disuntikan.

Dilansir dari beberapa sumber, proses penyuntikan tak melulu harus 90 derajat. Terutama bila jaringan otot sudah terlihat, vaksinasi dapat langsung dilakukan.

Supaya Anda tidak salah paham dan mengerti soal suntik 90 derajat dalam vaksinasi, berikut ini penjelasannya.

Artikel Lainnya: Efek Samping Vaksin COVID-19 Pfizer, Sakit Kepala hingga Mabuk

1 dari 2

Apa Sebenarnya Suntik 90 Derajat dalam Vaksinasi?

Sementara itu, dr. Valda Garcia mengungkapkan tidak semua jenis vaksinasi membutuhkan suntik 90 derajat.

“Jadi tergantung dari vaksinnya, metode penyuntikan yang disarankan apa? Ada yang subkutan, ada yang intrakutan. Nah, prosedur tetap intrakutan atau intramuskular harus 90 derajat,” jelasnya.

Saat melakukan vaksinasi, jarum suntik harus disuntikkan dengan lurus horizontal ke tubuh pasien.

Jadi, antara jarum suntik dan lengan pasien yang dalam posisi duduk misalnya, membentuk sudut 90 derajat.

“Kenapa harus 90 derajat? Supaya, cairan vaksinnya kena dan masuk ke otot,” tambah dr. Valda.

Suntikan intramuskular adalah teknik yang digunakan untuk memberikan obat jauh ke dalam otot. Selain vaksin COVID-19, vaksin flu juga disuntikkan ke otot.

Suntikan intramuskular lebih cepat diserap dibanding suntikan subkutan. Karena, jaringan otot memiliki suplai darah lebih banyak dibanding jaringan di bawah kulit. Selain itu, jaringan otot juga bisa menampung lebih banyak cairan obat.

Artikel Lainnya: Dilarang Pulang Usai Vaksinasi Virus Corona, Ini Alasannya

Beberapa area yang menjadi tempat disuntikkannya jarum suntik intramuskular 90 derajat yaitu:

  • Otot Deltoid (Lengan Atas)

Cara menemukan otot ini adalah dengan meletakkan dua jari dari tulang akromion di lengan atas. Di bawah dua jari, bentuk segitiga terbalik dengan jari, di situlah letak suntiknya.

Karena massa otot di bagian ini lebih kecil, cairan obat atau vaksin yang dimasukkan tidak lebih dari 1 mililiter.

  • Otot Paha

Cara menentukan area yang lebih spesifik di paha adalah membagi paha menjadi tiga bagian yang sama. Nah, bagian tengah merupakan lokasi suntiknya.

Suntikan di bagian tengah paha tersebut harus dimasukkan dari arah luar (samping).

  • Otot Ventrogluteal Pinggul

Otot ini merupakan tempat teraman untuk orang dewasa dan anak-anak di atas 7 bulan. Lokasi ini dalam dan tidak dekat dengan pembuluh darah serta saraf utama.

  • Otot Dorsogluteal pada Bokong

Otot ini dulunya menjadi tempat yang paling sering dipilih tenaga kesehatan. Namun, karena diketahui bisa menimbulkan cedera pada saraf skiatik, otot ventrogluteal pinggul yang akhirnya sering digunakan sekarang.

Artikel Lainnya: Pantangan Minum Alkohol Usai Divaksinasi COVID-19, Ini Faktanya!

Berbeda dengan suntik intramuskular atau intrakutan, suntikan subkutan diberikan ke jaringan antara kulit dan otot.

Penyerapannya pun lebih lama. Lokasi yang disuntikkan yaitu paha bagian depan, abdomen (area pusar atau 5 cm dari pusar), dan lengan atas.

Selain menggunakan metode 90 derajat, subkutan juga bisa dilakukan dengan sudut 45 derajat ke kulit.

Penggunaan sudut ini dilakukan pada pasien yang hanya punya sedikit lemak di tubuhnya.

Artikel Lainnya: Perlukah Suntik Vaksin Influenza Selama Pandemi Corona?

2 dari 2

Apa Risikonya Bila Cara Suntik Vaksin Salah?

Studi yang berjudul The Importance of Injecting Vaccines into Muscle menjelaskan efek yang terjadi bila ada kesalahan dalam proses penyuntikan.

Kebanyakan vaksin memang harus diberikan melalui jalur intramuskular ke dalam deltoid atau paha. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan imunogenisitas vaksin dan meminimalkan reaksi merugikan.

Jika sampai salah, misalnya menyuntikkan vaksin ke dalam lapisan lemak subkutan, maka dapat menyebabkan pemrosesan antigen yang lambat. Alhasil, kegagalan vaksin terjadi.

Lalu, studi yang dipublikasikan dalam jurnal The BMJ juga memberikan contoh. Vaksin hepatitis B, rabies, dan influenza yang disuntikkan dengan cara subkutan (padahal harusnya intrakutan), justru dapat menyebabkan kerusakan respons antibodi.

Artikel Lainnya: Ini Alasan Pasien Autoimun Belum Boleh Menerima Vaksin Corona!

Selain itu, risiko pasien untuk mengalami iritasi, inflamasi, pembentukan granuloma (kelainan jaringan tubuh), dan nekrosis (cedera sel) menjadi tinggi.

Untuk mencegah dampak fatal yang tidak diinginkan, Kementerian Kesehatan RI memberikan formulir KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang berisi informasi kontak.

Pasien bisa menghubungi pihak terkait apabila muncul reaksi negatif pascapenyuntikan vaksin. Lalu, segala tindakan yang dilakukan petugas kesehatan tentunya disesuaikan dengan reaksi yang terjadi.

Contohnya, bila muncul reaksi anafilaksis (alergi parah hingga menyebabkan sesak napas dan lain sebagainya), suntikan epinefrin akan diberikan.

Itu dia penjelasan seputar suntik 90 derajat pada vaksinasi COVID-19. Untuk informasi vaksinasi, Anda bisa konsultasi langsung dengan dokter lewat LiveChat. Kunjungi laman Pusat Informasi COVID-19 KlikDokter untuk info layanan medis virus corona.

(FR/AYU)

virus corona