Makin meluasnya penyebaran menyebabkan mutasi baru virus corona terus bermunculan. Yang saat ini sedang menjadi sorotan adalah COVID-19 varian lambda.
Kasus mutasi lambda diduga sebagai salah satu penyebab tingginya angka kasus COVID-19 di berbagai negara. Berikut ulasannya.
Apa Itu Virus COVID-19 Varian Lambda?
Sejak pertengahan Juni lalu, WHO telah menetapkan strain virus corona C.37 yang disebut dengan varian lambda sebagai varian of interest (VoI). Varian ini pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Kini, sekitar 82 persen kasus COVID-19 di Peru berasal dari lambda.
Artikel lainnya: Positif COVID-19, Ini Tanda Anda Harus Dirawat di Rumah Sakit
Lambda kini sudah terdeteksi di 29 negara di dunia, dengan tujuh di antaranya ada di Amerika Latin. Luasnya area penyebaran ini membuat WHO mengklasifikasikannya sebagai varian global karena peningkatan prevalensi di Amerika Selatan.
Sekarang, enam kasus varian lambda telah ditemukan di Inggris, yang semuanya terkait dengan perjalanan ke luar negeri.
Lembaga Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) mengatakan, mutasi lambda sudah ditetapkan sebagai variant under investigation (VUI) karena peningkatan kasus internasional.
Pablo Tsukayama bersama tim dari Universitas Cayetano Heredia di Lima, sudah melacak evolusi lambda di Peru berbulan-bulan.
Virolog itu menduga kalau lambda bisa lebih mudah menular. Hal inilah yang membuatnya menyebar begitu cepat di Peru.
“Pada Desember lalu, Peru memiliki 200 infeksi lambda. Sekarang, lambda mendominasi lebih dari 80 persen dari semua infeksi secara nasional. Lambda telah menjadi varian dominan di Peru dalam waktu yang sangat singkat,” kata dia.
Artikel lainnya: Mengapa Hanya Anak 12 Tahun ke Atas yang Bisa Vaksinasi Sinovac?
Apakah Varian Lambda Lebih Berbahaya?
Kemunculan mutasi varian baru virus corona tentu meresahkan. Banyak yang takut bahwa semakin banyak mutasi virus, maka semakin berbahaya juga virus tersebut.
Namun, virolog WHO, Jairo Mendez-Rico mengatakan bahwa varian lambda tidak lebih agresif dari varian mutasi virus corona lainnya.
Varian alfa, beta, delta, dan gamma dikategorikan sebagai variant of concern (VOC) oleh WHO. Klasifikasi yang dilakukan menunjukkan kalau keempatnya lebih menular sekaligus lebih sulit diobati.
"Kami sejauh ini belum melihat indikasi lambda lebih agresif. Memang ada kemungkinan varian ini memiliki tingkat infeksi lebih tinggi, tapi kami belum punya cukup data jika ingin membandingkannya dengan delta atau gamma," kata Mendez-Rico.
Menanggapi hal ini, dr. Devia Irine Putri sepakat kalau hingga saat ini belum ada bukti yang mengatakan bahwa varian lambda lebih berbahaya dari mutasi virus corona lainnya.
“Varian lambda juga masih dalam kategori VOI (variant of interest) oleh WHO, bukan VOC (variant of concern), seperti alpha, delta, beta, dan gamma. Jadi, sampai saat ini belum ada bukti yang cukup varian ini lebih mudah menular atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya,” ujar dr. Devia.
Lantas, seperti apa saja gejala varian lambda? Menurut dr. Devia, hampir sama dengan gejala varian virus corona lainnya, seperti demam, batuk, sesak napas, dan sakit tenggorokan.
Artikel lainnya: Pasien COVID-19 Sengaja Berkeliaran saat Isoman, Ini Kata Psikolog
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Penularan Varian Lambda?
Sejauh ini memang belum ada laporan kasus varian lambda di Indonesia. Namun, tak ada salahnya Anda untuk terus waspada.
Pencegahan terbaik agar tidak tertular COVID lambda—termasuk varian lainnya—adalah dengan menjaga daya tahan tubuh dengan baik, yakni konsumsi makanan bergizi, tidur yang cukup, berolahraga, dan mengelola stres.
Kombinasikan dengan menerapkan protokol kesehatan yang benar seperti mengenakan masker, rajin mencuci tangan, dan juga menjauhi kerumunan.
Tak ada salahnya juga mengenakan masker ganda saat berada di tengah keramaian. Double masker adalah mengombinasikan masker medis di dalam dengan masker kain di luar. Cara ini dianggap lebih efektif menyaring virus, bakteri, dan kuman lainnya.
Itulah beberapa hal seputar COVID-19 varian lambda. Panik berlebihan tentu tidak diperlukan. Yang penting tetap waspada, hidup bersih, dan lakukan protokol kesehatan.
Dapatkan informasi seputar virus corona, mutasi, dan penularannya dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
[HNS/JKT]