Infeksi Omicron alias B.1.1.529 menyebabkan gejala lebih ringan dibandingkan Delta. Gejala COVID Omicron yang dimaksud berupa sakit tenggorokan, batuk, demam, nyeri otot, sesak napas, gangguan pencernaan, rambut rontok, infeksi mata, maupun percepatan denyut nadi dan jantung.
Bahkan, banyak pasien infeksi virus corona Omicron tidak mengalami gejala sama sekali. Selain itu, B.1.1.529 juga sangat jarang memicu komplikasi penyakit parah.
Kendati begitu, varian coronavirus ini dinilai memiliki tingkat penularan yang lebih cepat ketimbang Delta. Fakta tersebut memantik sejumlah peneliti untuk mengkaji lebih jauh penyebab infeksi COVID-19 Omicron menimbulkan gejala ringan daripada Delta.
Salah satunya digagas oleh University of Kent di Inggris dan Goethe University Frankfurt di Jerman.
Artikel Lainnya: Penyebab Varian Omicron lebih Menular Dibanding Varian Lain
Penyebab Infeksi COVID-19 Omicron Lebih Ringan
Riset dilakukan melalui proses kultur sel. Caranya dengan mengambil sel hidup yang berasal dari virus Omicron dan sel kekebalan tubuh. Lalu, sel ditempatkan ke dalam lingkungan yang terkontrol, seperti tabung reaksi atau cawan petri.
Hasil studi mengungkapkan B.1.1.529 kurang efektif menghadapi mekanisme sistem kekebalan tubuh bernama interferon.
Interferon merupakan salah satu mekanisme respons imun, selain antibodi dan sitotoksik. Disampaikan dr. Theresia Rina Yunita, interferon merupakan modulator penting dari respons imun tubuh.
“Interferon merupakan salah satu dari beberapa protein yang diproduksi oleh sel-sel tubuh sebagai respons defensif terhadap virus. Mereka bekerja dengan mengganggu proliferasi virus dengan merangsang sel-sel yang terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya untuk menghasilkan protein yang mencegah virus bereplikasi di dalamnya,” katanya.
Dokter Theresia menambahkan, interferon juga memiliki fungsi sebagai imunoregulator. Protein kekebalan ini berperan menghambat aktivasi limfosit B (sel B), meningkatkan aktivitas limfosit T (sel T), dan meningkatkan kemampuan sel pembunuh alami (terhadap virus) yang dimiliki tubuh.
Peneliti menemukan COVID-19 Omicron sangat sensitif terhadap interferon. Kendati begitu, mutasi virus corona ini terbukti lebih baik dalam menghindari antibodi akibat infeksi coronavirus sebelumnya, maupun yang terbentuk pascavaksinasi.
Temuan ini sekaligus menjawab hasil penelitian sebelumnya yang menemukan orang yang terinfeksi Omicron memiliki kemungkinan 70 persen lebih kecil untuk mengalami gejala parah. Hal ini berlaku ketika dibandingkan dengan mutasi virus corona varian Delta.
Artikel Lainnya: Ini Perbedaan Varian COVID-19 Delta dan Omicron
Riset tersebut dilakukan oleh ilmuwan dari National Institute for Communicable Diseases (NICD), University of the Witwatersrand dan University of KwaZulu-Natal.
Meski demikian, Prof. Jindrich Cinatl dari Goethe University Frankfurt mengaku timnya belum bisa menjelaskan lebih jauh mengapa B.1.1.529 tidak efektif menghadapi interferon.
Sementara di saat bersamaan, varian ini dapat menghindari mekanisme sistem kekebalan tubuh lainnya sehingga menimbulkan gejala infeksi yang lebih ringan.
Respons Obat Antivirus COVID-19 Terhadap Omicron
Selain meneliti penyebab gejala ringan Omicron, riset juga mengkaji respons sejumlah obat antivirus COVID-19 terhadap mutasi coronavirus tersebut. Hasilnya, obat antivirus yang diujicobakan efektif menghadapi B.1.1.529.
Obat antivirus yang dimaksud antara lain EIDD-1931 (metabolit aktif molnupiravir), remdesivir, favipravir, ribavirin, nafamostat, camostat, dan aprotinin, dan PF-07321332 (nirmatrelvir, bahan aktif paxlovid).
Itu dia penyebab gejala Omicron lebih ringan daripada infeksi Delta. Jika ingin tanya lebih lanjut seputar COVID-19, konsultasi ke dokter melalui LiveChat KlikDokter.
(OVI/AYU)
Referensi:
- Wawancara dr. Theresia Rina Yunita
- Science Daily. Diakses 2022. Why the Omicron variant causes less severe disease.
- Deseret News. Diakses 2022. 7 signs you might have had an omicron variant without knowing it.
- WHO. Diakses 2022. Update on Omicron.