Covid-19

Medfact: Interaksi Obat pada Pasien COVID-19 Picu Kematian?

Tri Yuniwati Lestari, 13 Jul 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ramai kabar yang menyebutkan interaksi obat COVID-19 dapat sebabkan kematian. Benarkah? Berikut fakta medisnya.

Medfact: Interaksi Obat pada Pasien COVID-19 Picu Kematian?

Seorang dokter menyebutkan pasien COVID-19 yang meninggal disebabkan karena adanya interaksi obat yang diberikan. Pernyataan tersebut jelas membuat resah mengenai klaim interaksi obat virus corona yang membahayakan.

Apakah benar obat pasien coronavirus dapat mengalami interaksi yang menyebabkan kematian? Untuk mengetahui kebenarannya, berikut penjelasan dokter.

1 dari 2

Benarkah Interaksi Obat Sebabkan Kematian Pasien COVID-19?

Dokter Arina Heidyana menjelaskan, pemberian obat-obatan pada pasien COVID-19 tidak menimbulkan interaksi yang merugikan. Konsumsi obat aman selama digunakan dalam pengawasan dokter dan dikonsumsi sesuai anjuran atau dosis yang tertera.

“Untuk obat-obat COVID-19 yang sering diberikan, seperti favipiravir, azithromycin, dan lain-lain, itu tidak ada interaksi obat yang berbahaya. Jadi, bukan interaksi obat yang menyebabkan kematian virus corona,” terang dr. Arina.

Artikel Lainnya: Vaksin COVID-19 GX-19N Dinilai Ampuh Atasi Mutasi Baru

Menurut dr. Arina, memang istilah interaksi obat ada dalam dunia medis. Pada dasarnya, interaksi obat terjadi saat seseorang mengonsumsi dua atau lebih obat secara bersamaan.

Namun, interaksi obat tidak selalu merugikan. Karena, pemberian dosis atau obat tambahan yang dianjurkan dokter atau apoteker sudah disesuaikan dengan kondisi pasien.

“Jadi, interaksi obat itu adanya pengaruh suatu obat terhadap obat lain. Misalnya, obat A tidak bisa diberikan berbarengan dengan obat B karena dapat meningkatkan efek toksisitas obat B atau menurunkan efektivitas obat A,” jelas dr. Arina.

Melansir laman resmi Food and Drug Administration (FDA), Amerika Serikat, tidak semua obat bekerja dengan cara yang sama pada semua orang.

Beberapa interaksi obat dapat membuat obat yang Anda minum memberikan hasil yang lebih baik. Namun, beberapa interaksi obat lainnya bisa membuat obat menjadi kurang efektif atau menimbulkan bahaya.

Misalnya, mencampur obat tidur (obat penenang) dengan obat alergi (antihistamin). Interaksi obat tersebut dapat memperlambat reaksi Anda dan berbahaya jika memaksakan diri untuk mengemudikan kendaraan.

Kemudian, jika memiliki tekanan darah tinggi, obat flu yang mengandung dekongestan sebenarnya dapat meningkatkan tekanan darah.

Ada juga interaksi obat dengan makanan. Beberapa obat tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau minuman tertentu.

Misalnya, beberapa instruksi obat mengatakan untuk tidak minum jus jeruk atau alkohol sesaat atau setelah minum obat.

Artikel Lainnya: Benarkah Anosmia Jadi Tanda Terlindungi dari COVID-19?

2 dari 2

Cegah Interaksi Obat

Anda dapat mengurangi risiko interaksi obat yang berbahaya dan efek samping dengan memahami obat yang dikonsumsi. Setiap menggunakan obat, pelajari kemungkinan interaksi obat dari keterangan pada kemasan.

Lalu, konsultasikan kepada dokter dan apoteker mengenai konsumsi obat sesuai kondisi Anda. Beritahu juga obat, suplemen, dan asupan sehari-hari lainnya.

Jangan membeli atau mengonsumsi obat tertentu tanpa resep dokter. Hindari pula menggunakan resep obat orang lain. Kondisi Anda belum tentu sama dengan orang tersebut. 

Jika merasa obat yang dikonsumsi tidak membuat penyakit menjadi lebih baik atau memperburuk gejala, segera temui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter mungkin akan mengganti dengan resep baru.

Jika Anda menemukan gejala COVID-19, segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat langkah penanganan tepat. Konsultasi dengan dokter lebih mudah dan cepat di LiveChat Klikdokter.

(FR/AYU) 

virus corona
MedFact