Sebuah unggahan di media sosial mengatakan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Amerika Serikat, menarik tes PCR karena kurangnya kemampuan deteksi untuk membedakan COVID-19 dan flu.
Apa benar selama ini tes PCR memiliki efektivitas yang kurang untuk mendeteksi virus? Langsung saja simak penjelasan dokter berikut.
Benarkah Tes PCR Tidak Bisa Membedakan COVID-19 dan Flu?
Dokter Arina Heidyana meluruskan kabar yang menyebut tes PCR tidak bisa membedakan antara COVID-19 dengan flu adalah hoax.
“Tes PCR untuk COVID-19 sudah spesifik hanya dibuat untuk mendeteksi virus COVID-19. Jadi, jika hanya flu biasa, tidak akan terdeteksi di hasil pemeriksaan PCR untuk COVID-19,” jelas dr. Arina.
Artikel lainnya: Hasil PCR Positif Terus, Apa Pasti Masih Kena COVID-19?
Melansir laman resmi CDC, dalam hasil diagnosis terbaru, CDC mendorong laboratorium dan Food and Drug Administration (FDA), AS, untuk mempertimbangkan metode multiplex deteksi dan klasifikasi virus SARS-CoV-2 dan influenza.
Tes tersebut nantinya dapat mendeteksi virus corona varian baru dan jenis-jenis influenza dalam waktu bersamaan.
Penggunaan tes ini penting untuk efisiensi bahan uji dan memungkinkan lab untuk melakukan pengawasan terhadap virus influenza saat menguji SARS-CoV-2.
Namun, dalam pengumuman tersebut, CDC tidak menyatakan pihaknya tidak mendukung pemakaian tes PCR.
Lebih dari 380 tes dan alat pengumpulan sampel telah diizinkan FDA untuk mendiagnosis COVID-19. Banyak di antaranya adalah tes PCR.
Artikel lainnya: Fakta-fakta tentang Tes COVID-19 Menggunakan Air Liur
Para ilmuwan menganggap, tes PCR adalah metode yang sangat andal untuk mendiagnosis COVID-19. Karena, metode ini dilakukan dengan mendeteksi DNA virus.
Tes PCR dilakukan menggunakan sampel yang diambil pada nasofaring atau orofaring. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengusap rongga nasofaring atau orofaring menggunakan alat, seperti cotton bud khusus.
Dalam pemeriksaan sampel tes PCR, nantinya akan didapatkan hasil positif atau negatif. Hasil positif untuk COVID-19 menunjukkan RNA dari SARS-CoV-2 terdeteksi. Artinya, pasien terinfeksi virus dan diduga dapat menularkan ke orang lain.
Sedangkan, hasil negatif tes PCR diartikan pasien tidak terinfeksi virus corona. Pasien dengan hasil negatif biasanya tidak akan diminta tes ulang jika memang tidak ada kecurigaan dalam pemeriksaan.
Diagnostik RT-PCR telah dirancang untuk meminimalkan kemungkinan hasil positif palsu. Jadi, tes PCR saat ini masih menjadi metode utama yang digunakan dalam mendeteksi virus corona.
Saran dari dr. Arina, sebaiknya Anda jangan mudah percaya dengan kabar yang belum diketahui kebenarannya. Cari tahu kembali dengan membaca sumber tepercaya.
Jika Anda ragu dengan berita yang beredar mengenai COVID-19, konsultasi langsung melalui layanan Live Chat dokter. Dapatkan info akurat lainnya seputar virus corona di Klikdokter.
(FR/JKT)