Selama ini, kita mengetahui bahwa salah satu gejala khas dari infeksi virus corona adalah sulit bernapas alias sesak napas. Karena itulah, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan bantuan berupa pemasangan ventilator.
Kalau Anda perhatikan, ketika si pasien diberikan ventilator, posisi mereka bukanlah duduk ataupun tidur telentang. Tubuh pasien justru ditengkurapkan oleh tenaga medis yang bertugas.
Memangnya, apa, sih, manfaat tidur tengkurap atau teknik proning saat pasien virus corona diberikan ventilator? Apakah benar tindakan tersebut bisa menyelamatkan nyawa si pasien?
Proning Membantu Melancarkan Aliran Oksigen
Ternyata, dalam dunia medis, teknik membuat pasien tidur tengkurap sembari dipasangi ventilator itu disebut teknik proning.
Teknik proning pertama kali dipelajari pada pertengahan 1970-an. Baru pada tahun 1986-lah, teknik tersebut menjadi praktik umum di rumah sakit di seluruh dunia.
Luciano Gattinoni merupakan dokter pertama yang memimpin studi awal tentang teknik ini dan berhasil mencobanya pada pasien, meski awalnya mendapat banyak protes dari ahli medis yang konservatif.
Menurut dr. Alvin Nursalim, Sp.PD, sebetulnya posisi tidur tengkurap tidak khusus untuk penanganan pasien COVID-19 saja, melainkan juga untuk acute respiratory distress syndrome atau ARDS.
“Dan benar adanya bahwa posisi tidur tengkurap dapat menurunkan angka kematian pada pasien gangguan paru berat. Melalui mekanisme keterlibatan paru dorsal dalam, pernapasan pasien virus corona jadi lebih baik dan meningkatkan volume parunya,” kata dr. Alvin.
Membuat posisi tubuh pasien tidur tengkurap selama beberapa jam juga bertujuan untuk memindahkan cairan yang mungkin telah terkumpul di paru-paru dan mengganggu pernapasan mereka.
Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa
Pada kondisi tertentu, banyak pasien COVID-19 yang tidak mendapat cukup oksigen di paru-parunya, meski sudah dipasangi ventilator. Alhasil, itu bisa menyebabkan kerusakan.
Nah, dengan menengkurapkan tubuh pasien dan bantuan dari perut bawah, paru-paru mereka dapat mengembang.
Perlu diketahui, bahwa bagian terberat dari paru-paru terletak di punggung, sehingga pasien yang tidur terlentang akan kesulitan mendapatkan udara yang cukup (bagian tersebut tertekan).
Sebaliknya, saat pasien berada dalam posisi tengkurap, beban di paru-paru akan tersebar lebih merata. Semakin merata bebannya, semakin sedikit bahaya ditimbulkan.
Pada bulan Maret 2020 lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan teknik proning untuk diaplikasikan kepada pasien virus corona dewasa dengan ARDS, untuk jangka waktu 12 hingga 16 jam sehari.
WHO menyatakan, teknik ini sebenarnya juga dapat diterapkan untuk pasien anak-anak. Namun, untuk melakukannya, dibutuhkan orang-orang yang terlatih dan dengan keahlian tambahan.
Beberapa Pasien Virus Corona Tak Merespons Tekanan Tinggi Positif
Penelitian dari jurnal American Thoracic Society’s, juga menyatakan hal senada dengan pendapat dr. Alvin di atas.
Hasil penelitian tersebut mengatakan, beberapa pasien COVID-19 yang mengalami masalah pernapasan, paru-parunya tidak merespon dengan baik meski sudah menggunakan ventilator tekanan positif tinggi.
"Ini hanyalah penelitian dari sejumlah kecil pasien. Tetapi, penelitian kami menunjukkan bahwa banyak paru-paru tidak terbuka kembali meski sudah diberikan tekanan positif yang tinggi. Bisa dikatakan lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya ketika mencoba meningkatkan tekanan," ujar dr. Chun Pan yang juga sebagai penulis penelitian tersebut.
“Sebaliknya, paru membaik ketika pasien dalam posisi tengkurap. Hal ini menjadi pertimbangan penting yang dapat dilakukan saat mengatasi pasien COVID-19 parah dan memerlukan bantuan ventilator,” tambah dr. Chun Pan.
Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!
Posisi Tidur Tengkurap untuk Pasien Virus Corona juga Berisiko
Terlepas dari segala kelebihannya, dr. Alvin menyatakan kepada KlikDokter, bahwa teknik menengkurapkan pasien COVID-19 ini bukannya tanpa risiko sama sekali.
“Salah satu risikonya adalah ulkus atau luka tekan, jika mobilisasi pasien tidak optimal,” pungkas dr. Alvin. Selain itu, menengkurapkan pasien juga perlu waktu dan harus dilakukan oleh sejumlah tenaga profesional yang berpengalaman.
Bukan tak mungkin sebuah rumah sakit harus membentuk tim khusus terlebih dahulu yang didedikasikan untuk melakukan teknik proning kepada pasien virus corona.
Jika dilakukan oleh staf kesehatan yang belum berpengalaman dalam mengubah posisi pasien, yang ada malah berisiko menyebabkan komplikasi.
Kesulitan akan bertambah jika pasien memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Petugas medis harus ekstra hati-hati karena teknik proning dapat menimbulkan cedera pada dada pasien, apalagi bila mereka telah dipasangi tabung kateter.
Tak berhenti di situ, posisi tidur tengkurap pada pasien virus corona juga dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung. Menengkurapkan pasien virus corona dapat membantu meningkatkan aliran oksigen yang masuk ke paru-paru.
Sekali lagi perlu diingat, teknik proning ini mesti dilakukan oleh petugas medis yang sudah berpengalaman supaya tidak menimbulkan komplikasi yang mengancam keselamatan pasien.
Sebagai informasi tambahan, Kliksokter juga bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan BNPB dalam menekan angka persebaran virus corona.
Untuk konsultasi mudah dengan dokter, Anda bisa pakai Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.
(OVI/AYU)