Kasus mutasi SARS-CoV-2 atau yang sering disebut mutasi virus corona terus bermunculan. Tak berhenti di B117 asal Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, dan P1 asal Brasil, kini ditemukan lagi N439K dan kasusnya sudah terdeteksi di Indonesia.
Karena kasus mutasi tersebut sudah ada di sini, masyarakat perlu mengetahui lebih lanjut seputar mutasi N439K. Bagaimana sifat dari mutasi yang satu itu dan dampaknya untuk keparahan COVID-19? Berikut penjelasan medisnya.
Apa Sebenarnya Mutasi Virus Corona N439K Itu?
Mutasi virus ini terdeteksi pertama kali di Skotlandia. Sebenarnya, N439K telah ditemukan di Indonesia pada November 2020.
Dari 500 sampel yang diambil di negara kita, N439K sejauh ini menghasilkan 48 kasus. Hampir semuanya ditemukan di bulan Maret 2021. Sedangkan di dunia, N439K telah terdeteksi di lebih dari 30 negara.
Penemuan tersebut lebih dulu terjadi dibanding mutasi asal Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.
Meski sudah ditemukan beberapa bulan lalu, mutasi N439K belum mendapat perhatian penuh. Karena, hal ini dianggap sebagai mutasi single oleh WHO.
WHO akan membagikan informasi penting dari mutasi tersebut setelah studi-studi yang dilakukan oleh peneliti selesai.
Artikel Lainnya: Peneliti Temukan Mutasi Virus Corona Hybrid, Apa Itu?
Apakah Mutasi Virus Corona N439K Lebih Berbahaya?
Mutasi virus corona N439K dianggap sama dengan D614G yang juga ditemukan di Indonesia.
Sebuah studi melaporkan, N439K mampu bersembunyi atau melakukan kamuflase pada antibodi.
Varian tersebut disinyalir melekat lebih kuat dengan ace receptor di tubuh manusia, sehingga berpotensi lebih menular.
Sebuah studi berjudul Circulating SARS-CoV-2 Spike N439K Variants Maintain Fitness while Evading Antibody-mediated Immunity melaporkan kondisi tersebut.
Menurut peneliti, protein N439K telah meningkatkan pengikatan ke reseptor ACE2. Virus N439K memiliki kesesuaian replikasi in vitro yang lebih mirip dan menyebabkan infeksi dibandingkan tipe awal.
“Mutasi N439K menunjukkan reaksi resistensi terhadap beberapa penawar, termasuk salah satu yang diizinkan oleh Food and Drug Administration (FDA), Amerika Serikat,” tulis peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Cell.
Artikel Lainnya: Ditemukan 12 Mutasi Baru Virus Corona di Jepang, Ini Penyebabnya!
Peneliti menganggap, mutasi virus N439K mampu mengurangi aktivitas beberapa serum poliklonal pada orang-orang yang telah pulih dari infeksi.
Dokter Arina Heidyana berpendapat, “Berdasarkan studi yang ada, kemungkinan memang mutasi ini lebih kuat dari virus corona yang sebelumnya. Ia bisa saja tidak dikenali oleh antibodi yang terbentuk pada orang yang pernah terinfeksi.”
Namun, karena baru satu studi yang melaporkan tentang kondisi tersebut, kita masih menunggu berbagai penelitian lain untuk memastikannya.
Mutasi sebetulnya tidak hanya terjadi pada virus corona. Semua virus bisa mengalami hal serupa, hanya saja tingkat kecepatannya yang berbeda.
Selain kecepatan, tidak semua virus yang bermutasi selalu lebih berbahaya atau ganas. Kurang lebih hanya 4 persen mutasi virus yang menciptakan varian ganas. Bahkan, ada juga mutasi yang tidak menunjukkan perubahan signifikan atau mati.
Kebanyakan varian mutasi virus corona yang ditemukan hanya lebih menular. Belum tentu mutasi virus itu lebih ganas atau memperberat gejala COVID-19.
Artikel Lainnya: Gejala yang Dapat Timbul Akibat Virus Corona Baru B117
Dokter Arina mengingatkan, “Apa pun hasil penelitian lanjutan yang nanti disebarluaskan, kita semua harus waspada. Waspada itu berbeda dengan khawatir berlebih, ya. Bila Anda cemas berlebih, hal itu justru memicu stres yang akan menurunkan imunitas tubuh.”
“Tetap lakukan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilisasi serta interaksi. Vaksinasi juga tak boleh diabaikan.”
“Penelitian virus baru ini masih akan terus berkembang. Jadi, harus update juga agar bisa menentukan langkah selanjutnya,” sarannya lagi.
Itu dia informasi tentang mutasi virus corona N439K. Untuk informasi tentang COVID-19 atau penyakit menular lainnya, konsultasikan kepada dokter kami lewat fitur LiveChat.
Anda juga bisa mengakses beragam informasi fasilitas rumah sakit, tes swab PCR, skrining vaksinasi virus corona, dan lain sebagainya di Pusat Informasi COVID-19 Klikdokter.
(FR/AYU)