Covid-19

Mulai Gunakan Rapid Test Virus Corona, Apa Bedanya dengan PCR?

Krisna Octavianus Dwiputra, 25 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pemerintah mulai memikirkan untuk melaksanakan rapid test untuk memastikan virus corona. Lalu, apa perbedaan dengan tes PCR yang selama ini dilakukan?

Mulai Gunakan Rapid Test Virus Corona, Apa Bedanya dengan PCR?

Kasus coronavirus atau COVID-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan dari hari ke hari. Pemerintah disarankan untuk melakukan rapid test virus corona kepada masyarakat. Mari ketahui apa bedanya rapid test dengan PCR yang selama ini dijalankan lewat ulasan di bawah ini.

Pasien Terus Meningkat, Coronavirus Diprediksi Berakhir April

Menurut laporan terbaru (24/03), sudah ada 686 kasus positif virus corona di Indonesia dengan total 55 orang yang meninggal. Lonjakan ini cukup cepat, sekitar 100-an kasus.

Sementara itu, di seluruh dunia sendiri sudah 387382 kasus positif yang terjadi. Dengan 16.767 orang dinyatakan meninggal dunia dan 101.987 dinyatakan sembuh.

Menurut perkiraan, pasien positif virus corona akan terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah Indonesia untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto.

"Perkembangan secara keseluruhan memang pada saat ini sedang akselerasi untuk semakin naik jumlah penderita," ujar Achmad Yurianto di Graha BNPB, Jakarta Timur, pada Rabu (18/3).

"Ini kita maklumi dan ini juga menjadi gambaran yang lazim di beberapa negara lain terkait fase-fase awal dari munculnya kasus COVID ini," tegas pria yang akrab disapa Pak Yuri ini.

Namun, ia juga memprediksi bahwa kasus akan terkendali pada April 2020. Akan tetapi, memang melihat perkembangan yang terjadi ke depannya juga.

"Kita berharap pada setelah dilaksanakan kegiatan bersama masyarakat diharapkan pada bulan April kita sudah mulai bisa melihat hasilnya dan kita berharap bahwa ini akan sudah mulai terkendali," kata Yuri.

Artikel Lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya

1 dari 3

Coba Cara Lain Pengecekan Virus Corona dengan Rapid Test

Apa yang terjadi di dunia dan di Indonesia membuat beberapa pihak, khususnya para ahli di negeri ini menginginkan pemerintah untuk segera menggelar tes massal atau pemeriksaan kepada banyak orang.

Ini bagian dari screening masif yang diminta oleh ahli kesehatan beberapa waktu lalu. Apalagi Indonesia, khususnya Jakarta, diduga sudah masuk fase community transmission.

Fase community transmission adalah fase ke-2 dalam kurva epidemik. Pada fase ke-1 atau containment, adalah masa pembendungan, sedangkan fase akhir atau ke-3 merupakan outbreak yang menandakan wabah sudah pecah menyebar ke seluruh wilayah.

Beberapa ahli meyakini bahwa harus ada tes yang lebih cepat hasilnya untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat. Pemerintah pun kemudian kini sedang mempertimbangkan pelaksanaan rapid test untuk memastikan status positif COVID-19.

"Kami bersama Menteri Kesehatan dan seluruh jajaran untuk mulai melakukan kajian untuk rapid test seperti apa yang dilaksanakan di negara lain," ujar Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB.

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, rapid test nantinya akan berfokus pada deteksi antibodi di dalam tubuh terhadap virus. Intinya, pemeriksaan ini akan lebih cepat.

"Rapid test sangat penting untuk menangkap kasus yang sulit terdeteksi. Selain itu, pemeriksaan ini juga bisa mendapatkan hasil yang mendekati hasil pasti," kata dr. Sepriani.

Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!

2 dari 3

Presiden RI Instruksikan Rapid Test Segera Dilakukan!

Usulan dilakukannya rapid test ini ternyata didukung penuh oleh Pemerintah Indonesia. Presiden RI, Joko Widodo menginstruksikan untuk segera melakukan rapid test dengan cakupan besar.

“Hal ini dilakukan agar indikasi awal seseorang terpapar virus corona bisa dilakukan,” ujarnya dalam telekonferensi video di Istana Merdeka, Jakarta pada Kamis (19/03).

Presiden Jokowi juga meminta Kementerian Kesehatan untuk melengkapi kebutuhan alat dan tes COVID-19. Tak lupa untuk melibatkan banyak unsur, seperti rumah sakit pemerintah, BUMN, TNI-Polri, hingga pihak swasta untuk rapid test ini.

Lembaga riset dan perguruan tinggi juga dapat melibatkan diri dalam melawan coronavirus ini. Terutama bagi lembaga riset dan pendidikan tinggi yang sudah mendapatkan rekomendasi dari Kemenkes.

“Ini penting sekali terkait dengan hasil rapid test ini. Apakah dengan karantina mandiri, self isolation, ataupun pasien memerlukan layanan dari RS,” ungkap Presiden Jokowi.

Rapid test ini diharapkan bisa menjadi cara penanggulangan dan juga pencegahan penyebaran virus corona lebih luas lagi di masyarakat.

Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona

Sayangnya sejumlah masyarakat salah paham soal rapid test dan PCR. Beberapa kabar yang beredar mengatakan kedua metode yang dilakukan pemerintah tersebut dapat menyembuhkan pasien positif virus corona. 

Padahal, keduanya itu hanyalah proses screening. Maksudnya, sebagai tahap awal mengenali keberadaan infeksi coronavirus dalam tubuh seseorang. Sedangkan untuk penyembuhan pasien COVID-19, berbeda-beda tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh.

Bagi pasien virus corona yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, biasanya akan diberikan sejumlah perawatan kesehatan untuk menguatkan sistem imun. Sedangkan pasien coronavirus bergejala berat akan diberikan perawatan intensif di rumah sakit yang ditunjuk untuk penanganan COVID-19. Ini biasanya bagi pasien yang punya riwayat gangguan kesehatan lainnya.

Bahkan, rapid test dan PCR juga bukan sebagai antivirus. Metode tes virus corona ini hanya membantu mengetahui infeksi COVID-19 lebih awal. Tentunya, ini sangat berguna untuk penanganan medis dini.

Itu sebabnya, tidak semua orang perlu menjalani tes virus corona tersebut.  Apalagi kalau Anda tidak memiliki gejala, tidak pernah ada riwayat perjalanan ke negara terdampak coronavirus, dan tidak kontak langsung dengan pasien positif. Lebih baik berikan jatah rapid test dan PCR pada orang yang lebih membutuhkan.

 

 

3 dari 3

Apa Perbedaan Rapid Test dan PCR?

Rapid test memiliki perbedaan dengan tes COVID-19 yang selama ini dijalankan melalui metode PCR (polymerase chain reaction). Perbedaan keduanya adalah:

  1. Sampel yang Digunakan

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong, spesimen untuk rapid test adalah darah. Sedangkan, untuk PCR, menggunakan sampel swab usapan lendir dari hidung atau tenggorokan.

Bagian tubuh tersebut dipilih karena menjadi tempat virus bereplikasi atau memperbanyak dirinya untuk menginfeksi tubuh manusia.

  1. Cara Kerja Pengambilan Spesimen

Selama ini tes PCR menyasar RNA (ribonucleic acid) pada tubuh. Seperti diketahui, virus yang aktif memiliki material genetika yang berupa DNA maupun RNA.

Dikutip dari Kompas, pada proses tes PCR ini, petugas medis akan mencari bagian genetik kecil dari RNA virus.

Para petugas medis cukup mengambil potongan gen virus menggunakan serangkaian bahan kimia untuk mencari potongan gen tersebut dalam sampel swab tenggorokan atau hidung seseorang.

Ketika ditemukan potongan gen virus yang sama di dalam sampel swab, ini bisa menandakan bahwa pasien telah terinfeksi coronavirus.

Sementara itu, pada rapid test cek virus corona, pemeriksaannya dan pengecekannya dilakukan dengan mendeteksi imunoglobulin. COVID-19 memang tidak hidup di darah, tetapi seseorang yang terinfeksi akan membentuk antibodi yang disebut imunoglobulin.

Nah, immunoglobulin inilah yang akan dibaca petugas medis untuk mendeteksi apa ada virus corona atau tidak di dalam tubuh Anda.

Salah satu keuntungan dari melakukan rapid test adalah hasil yang didapatkan lebih cepat daripada PCR yang makan waktu cukup lama.

Selain itu, menurut Yuri, metode rapid test punya keunggulan. Salah satunya tidak membutuhkan sarana pemeriksaan laboratorium pada biosecurity level II.

"Artinya tes ini bisa dilaksanakan di hampir seluruh RS di Indonesia," tegas Yuri. Meski cepat, namun, rapid test memiliki kendala. Yuri menyebutkan karena pakai immunoglobulin, maka dibutuhkan imunoglobulin dari pasien COVID-19 lainnya.

"Maka kita membutuhkan reaksi dari imunoglobulin seseorang yang terinfeksi paling tidak seminggu. Kalau belum terinfeksi atau terinfeksi kurang dari seminggu, kemungkinan bacaan imunoglobulinnya akan negatif," papar Yuri.

Itu adalah perbedaan yang jelas dari tes PCR dan rapid test. Jika memang rapid test bisa diaplikasikan dengan baik, maka manfaatnya sangat luar biasa untuk mencegah penyebaran virus corona pada masa pandemi ini.

 

Ingat, baik rapid test ataupun PCR hanya sebagai cara untuk mengetahui keberadaan virus corona di tubuh Anda . Namun, untuk proses penyembuhan, diperlukan perawatan kesehatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Bagi yang mengalami komplikasi kesehatan perlu dalam perawatan intensif.

Perlu Anda ketahui, KlikDokter bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan berkomitmen menekan angka pesebaran virus corona. Itu sebabnya, kita semua mengikuti imbauan pemerintah dan melakukan karantina mandiri di rumah. Secara tidak langsung, Anda turut mencegah sebaran virus corona di masyarakat semakin meluas.

(OVI/AYU)

virus corona
Covid-19
cek virus corona