Covid-19

Mungkinkah Ada Orang yang Kebal Virus Corona? Ini Faktanya!

Krisna Octavianus Dwiputra, 29 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sampai saat ini sudah lebih dari 500 ribu orang terinfeksi virus corona. Tapi, mungkinkah ada orang yang kebal terhadap COVID-19 ini? Ketahui jawabannya.

Mungkinkah Ada Orang yang Kebal Virus Corona? Ini Faktanya!

Virus corona terus menjadi perhatian. Hingga Jumat (27/3) sore, tercatat sudah menginfeksi 537.042 orang dengan angka kematian mencapai 24.110 di seluruh penjuru dunia.

Saat ini hampir semua negara sedang berlomba untuk mengatasi invasi virus corona yang makin menakutkan dari hari ke hari. Bahkan, beberapa negara sedang gencar melakukan penelitian untuk menemukan vaksin virus ini.

Karena hingga saat ini, orang yang terkena virus corona baru bisa disembuhkan gejalanya. Sedangkan yang lainnya harus mendapat bantuan alat dan mengisolasi diri supaya tidak menular.

Selama ini diketahui bahwa orang yang termasuk rentan terkena virus corona adalah mereka yang punya sistem kekebalan tubuh rendah. Beberapa di antaranya, misalnya lansia, penderita penyakit bawaan, dan ibu hamil.

Karena virus corona sering dihubungkan dengan sistem kekebalan tubuh, Anda mungkin bertanya-tanya: “apakah ada golongan orang yang sepenuhnya kebal terhadap infeksi virus mematikan ini?”

Artikel Lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya

1 dari 1

Mungkinkah Ada Orang yang Kebal Terhadap Virus Corona?

Menurut dr. Devia Irine Putri, hampir semua orang bisa terkena virus corona. Dengan kata lain, tidak ada orang yang benar-benar kebal terhadap virus SARS-CoV-2 ini.

"Semua orang bisa terkena virus corona. Bahkan, orang sudah pernah kena juga bisa kena untuk yang kedua kalinya. Tapi, memang semua itu tergantung daya tahan tubuh kita," ujar dr. Devia.

Senada dengan pendapat tersebut, terdapat penelitian yang juga mengatakan bahwa kekebalan tubuh dapat menjadi pengobatan dini dari infeksi virus ini. Antibodi yang dikumpulkan dari tubuh mereka yang telah pulih dari COVID-19 dapat digunakan untuk membantunya berjuang melawan virus mematikan ini.

Pada Selasa (24/3), Food and Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaan plasma dari pasien yang pulih untuk mengobati beberapa kasus infeksi virus corona derajat parah.

Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!

Garis pertahanan pertama tubuh terhadap virus menular adalah antibodi yang disebut imunoglobulin M, yang tugasnya adalah tetap waspada di dalam tubuh dan mengingatkan seluruh sistem kekebalan akan adanya penyusup seperti virus dan bakteri.

Berhari-hari dalam infeksi, sistem kekebalan memurnikan antibodi ini menjadi tipe kedua, yang disebut imunoglobulin G. Antibodi jenis ini ‘dirancang’ untuk mengenali dan menetralkan virus tertentu.

Antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap infeksi beberapa virus —polio atau campak— memberikan kekebalan seumur hidup. Tetapi, antibodi terhadap virus corona yang menyebabkan flu hanya bisa bertahan hingga satu atau tiga tahun.

Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona

Sebuah studi pada kera yang terinfeksi coronavirus menunjukkan bahwa antibodi dari hewan tersebut dapat menjadi ‘penawar’, bahkan melakukan perlawanan pada infeksi selanjutnya. Tetapi tidak diketahui jelas berapa lama kera —atau orang yang terinfeksi virus— akan memiliki kebalan tersebut.

"Kebanyakan orang yang terinfeksi selama epidemi SARS —yang masih ‘bersaudara’ dengan COVID-19— memiliki kekebalan jangka panjang yang berlangsung delapan hingga 10 tahun," kata ahli virologi di University of Texas Medical Branch at Galveston, Vineet D. Menachery.

Di sisi lain, Dr. Menachery juga mengatakan bahwa mereka yang pulih dari MERS —‘saudara’ lain coronavirus— hanya memiliki perlindungan antibodi jangka pendek. Ia juga mengatakan bahwa orang yang terinfeksi dengan coronavirus jenis baru mungkin akan memiliki kekebalan yang bertahan setidaknya satu hingga dua tahun.

"Jika perlindungan dari antibodi berlangsung singkat dan orang-orang terinfeksi ulang, pertarungan kedua dengan coronavirus kemungkinan akan jauh lebih ringan," ujar Florian Krammer selakuu ahli mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Icahn School of Medicine at Mount Sinai in New York kepada newyorktimes.com.

Krammer mengungkapkan, setelah tubuh berhenti memproduksi antibodi penawar, sebagian dari sel memori kekebalan dapat secara efektif mengaktifkan kembali respons tersebut.

Sejauh ini, belum ada orang yang sepenuhnya kebal virus corona. Akan tetapi, temuan pada penelitian di atas memberikan secercah harapan bagi seluruh dunia untuk segera terbebas dari jerat virus mematikan ini.

Yuk, ikut berpartisipasi melawan virus corona dengan melakukan physical distancing. Usahakan untuk tetap melakukan gerakan #dirumahaja, ya!

Punya pertanyan seputar masalah kesehatan secara umum? Anda bisa ngobrol langsung dengan dokter dari KlikDokter melalui Live Chat 24 jam.

Namun, jika curiga akan adanya gejala infeksi COVID-19, Anda  bisa memanfaatkan Cek Corona Gratis dari KlikDokter dengan klik di sini. KlikDokter telah bekerjasama dengan Kemenkes untuk ikus serta dalam menekan angka pesebaran virus corona di Indonesia.

(NB/ RH)

kekebalan Tubuh
virus corona
infeksi virus