Salah satu kondisi buruk yang berhubungan dengan virus adalah adanya proses mutasi. Kondisi mutasi juga dialami SARS-CoV-2 atau yang biasa disebut virus corona.
Berbeda dengan yang ada di Tiongkok sebagai tempat pertama kali virus terdeteksi, di Malaysia justru ditemukan mutasi virus corona yang diberi nama D614G.
Apa Itu Mutasi Virus Corona D614G?
Tak cuma Malaysia, ternyata India, Jepang, dan beberapa negara Eropa pun menemukan mutasi virus corona D614G.
Virus corona itu bahkan disebut-sebut sepuluh kali lebih menular dibanding strain virus yang pertama!
Virus penyebab COVID-19 ini sebenarnya telah bermutasi beberapa kali. Hanya saja, yang baru terdeteksi adalah corona D614G.
D614G ada dalam protein virus yang digunakan untuk masuk ke tubuh manusia. Mutasi itu lalu mengubah asam amino di posisi 614. Lalu, dari D yang notabenenya adalah asam aspartat menjadi G yang merupakan glisin.
Ada dugaan, menyebarnya COVID-19 secara masif di seluruh dunia hingga menjadi pandemi disebabkan oleh virus corona D614G ini.
Hal ini karena versi mutasi ini ternyata jauh lebih menular dibanding virus aslinya, yaitu strain Wuhan-1.
Hal itu dilaporkan oleh penelitian Scripps Research Institute, Florida, Amerika Serikat, dan peneliti dari Yale School of Public Health, Nathan Grubaugh.
Kendati lebih menular dari strain virus awal, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat mengatakan belum ada bukti bahwa mutasi tersebut bisa menyebabkan gejala dan dampak penyakit yang lebih parah.
Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa
Mutasi Virus Corona D614G vs Pembuatan Vaksin
Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah mendesak kewaspadaan publik yang lebih besar terhadap mutasi virus corona.
Ia bahkan sampai khawatir, vaksin COVID-19 yang sedang dibuat dan diujicobakan ke manusia tidak efektif untuk melawan jenis virus corona baru.
Senada dengan pemerintah Malaysia, para ilmuwan di IMB Cambridge Scientific Center, AS mengatakan genom virus corona memang sangat rentan terhadap mutasi yang menyebabkan penyimpangan genetik dan mudah lolos dari sistem kekebalan.
Karena itulah, sangat penting bagi peneliti vaksin untuk memperhitungkan sub-strain dengan mutasi virus yang berbeda.
Di sisi lain, para ahli dari Tiongkok justru berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, mutasi pada virus corona tidak akan mengubah khasiat vaksin yang tengah dibuat.
Artikel Lainnya: Ini Syarat Jadi Relawan Uji Coba Vaksin Virus Corona
“Normal bagi virus bermutasi di berbagai negara. Virus beradaptasi dengan DNA masyarakat lokal dan lingkungan setempat,” kata Yang Zhanqiu, Wakil Direktur Departemen Biologi Patogen Wuhan University, Tiongkok.
Mutasi tidak serta merta memengaruhi target vaksin. Jika harus menambah variasi, maka mereka pun dapat membuat perubahan pada vaksin untuk strain baru, seperti vaksin human papilloma virus (HPV).
Lalu, menanggapi mutasi virus corona dan vaksin, dr. Alvin Nursalim, Sp. PD juga memberi pandangan.
“Ya, walaupun jenis virus corona ini lebih menular, tetapi struktur yang penting untuk pembuatan vaksin masih tetap bekerja atau berfungsi untuk virus pada umumnya. Jadi, semoga tetap bisa respons dengan vaksin,” tuturnya.
Lagi pula, antibodi yang dibangun dari infeksi D614 dan G614 dapat saling menetralkan. Hal ini membuat antibodi yang dihasilkan oleh vaksin tetap dapat melindungi diri dari mutasi virus corona D614G.
Didukung pula oleh pernyataan Paul Tambyah, seorang konsultan senior di National University of Singapore dan Presiden International Society of Infectious Diseases, AS, mutasi D614G tidak akan memengaruhi kemanjuran vaksin potensial.
Menurutnya, mutasi tersebut sebenarnya adalah hal baik. Ini karena membuat kekuatan virus menjadi tidak terlalu mematikan meski lebih cepat menular.
Itu dia penjelasan soal mutasi virus corona D614G. Bila Anda masih penasaran seputar COVID-19, langsung konsultasi dengan dokter spesialis melalui fitur LiveChat 24 jam di aplikasi Klikdokter.
(FR/AYU)