Covid-19

Mutasi Virus Corona Terbaru Membuat Sulit Pengembangan Vaksin!

Krisna Octavianus Dwiputra, 03 Mei 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Virus corona diketahui sudah bisa bermutasi sebanyak 10 kali. Kondisi ini menyebabkan pengembangan vaksin diprediksi akan menjadi sulit.

Mutasi Virus Corona Terbaru Membuat Sulit Pengembangan Vaksin!

Vaksin virus corona tengah berlomba-lomba dibuat oleh para ahli. Bahkan, beberapa sudah diuji coba ke manusia. Akan tetapi, COVID-19 ini ternyata bisa bermutasi sehingga menyulitkan proses pembuatan vaksin. Ada kemungkinan, beberapa virus yang bermutasi bisa kebal  terhadap vaksin tersebut.

1 dari 3

Virus Corona Sudah 10 Kali Bermutasi

Vaksin virus corona sedang dinantikan oleh seluruh dunia. Sedangkan sampai saat ini, perkembangan vaksin baru masuk tahap uji coba.

Sayangnya, terdapat sedikit tantangan pada uji coba, karena virus mengalami mutasi beberapa kali. Dikhawatirkan, mutasi ini akan menyebabkan vaksin semakin sulit dikembangkan.

Sejak ditemukannya virus corona tipe pertama di Wuhan, Tiongkok, sekarang peneliti sudah menemukan 11 variasi penyakit. Totalnya, virus corona sudah 10 kali bermutasi.

Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona

Beberapa COVID-19 yang bermutasi ditemukan sangat efisien atau mudah memasuki paru-paru manusia. 

Bahkan, penelitian menganggap mutasi virus corona jenis A2a lebih "jago" menginfeksi manusia daripada SARS-CoV yang membunuh 800 orang dan menginfeksi 8000 orang satu dekade lalu.

Menurut Partha Majumder, seorang penulis studi dari National Institute of Biomedical Genomics di Kalyani, India, mutasi virus corona jenis A2a lebih dominan dibanding aslinya. 

"Virus corona dapat dikategorikan ke dalam banyak jenis, yakni O, A2, A2a, A3, B, B1 dan seterusnya. Saat ini, ada 11 jenis, termasuk tipe O yang merupakan 'jenis leluhur' dan berasal dari Wuhan," ujar Majumder.

"Virus mutan semacam itu meningkatkan frekuensi penularan dan kadang menggantikan jenis virus yang asli. SARS-CoV-2 itu akan semakin menjadi-jadi," tambahnya.

Penelitian ini tentunya penting untuk mengembangkan vaksin yang efektif untuk memerangi COVID-19. 

Namun, para ahli mengklaim, bahwa coronavirus tidak mungkin dihilangkan begitu saja. Virus corona kemungkinan dapat menyerang lagi setiap tahun seperti flu musiman.

Peneliti dan tim medis Tiongkok juga mengatakan kepada wartawan di Beijing, bahwasanya virus corona tidak bisa hilang seperti virus SARS. Sebab, orang yang terinfeksi bisa "membawa" COVID-19 tanpa gejala dan menularkan kepada orang lain secara diam-diam.

Artikel Lainnya: Kata WHO, Virus Corona Lebih Mematikan Dibandingkan Flu Babi!

2 dari 3

Satu Jenis Virus Corona Membahayakan

Melansir dari The Hindu, mutasi virus berjenis A2a ini diketahui lebih banyak terdapat di New York, Italia, Australia, India, Spanyol, Islandia, Brasil, Kongo, dan negara lainnya.

Mutasi yang memicu munculnya tipe A2a ini terlihat pada penanda viral spike protein. Protein ini bertanggung jawab atas virus yang berikatan dengan reseptor sel dan memasuki sel tubuh manusia.

Mutasi yang terlihat pada A2a telah menyebabkan perubahan asam amino pada lokasi viral spike protein tertentu.

“Mutasi yang terlihat pada A2a meningkatkan efisiensi masuknya virus ke dalam sel manusia. Tidak satu pun dari sembilan jenis lainnya yang memiliki mutasi pada protein lonjakan,” ujar Majumder.

“Meningkatnya infeksi mungkin menjadi alasan mengapa tipe A2a menjadi dominan di banyak negara,” sambungnya.

Saat ini, para peneliti sedang menganalisis 3.669 seluruh urutan genom virus corona yang diisolasi dari pasien COVID-19 di 55 negara. 

Urutan telah disimpan dalam database publik GISAID. Dari jumlah 3.669 sekuens yang diteliti, tipe A2a paling dominan, yakni 1.848 sekuens.

Bahkan dalam kasus di India, 16 dari 35 sekuens genom termasuk tipe A2a. “Dari 16 urutan tipe A2a, 10 berasal dari orang-orang yang tidak memiliki riwayat perjalanan. Kami pikir tipe A2a akan dominan di India,” ungkap Dr. Majumder.

Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa

3 dari 3

Mengapa Temuan Baru Ini Ancam Pengembangan Vaksin?

Seperti sudah disinggung sebelumnya, temuan mutasi ini akan mengancam pengembangan vaksin virus corona di dunia. Sampai sekarang, kesediaan vaksin juga belum diketahui. 

Kemungkinan, vaksin COVID-19 baru bisa ditemukan dan diproduksi secara massal dalam jangka waktu 18 bulan ke depan. 

Menurut dr. Devia Irine Putri, mutasi yang terjadi berulang kali membuat pengembangan vaksin menjadi tidak spesifik. Menurutnya, vaksin nantinya justru tidak bisa buat pencegahan.

"Karena kalau DNA virus COVID-19 berubah-ubah, artinya vaksin yang dikembangkan menjadi tidak spesifik. Sepertinya, saat ini mutasinya banyak sekali dan masih jadi penelitian. Jadi, kalau mau buat vaksin jadi belum tentu bisa menjadi pencegahan," tegas dr. Devia.

Para ilmuwan sekarang sedang mengusahakan agar semua vaksin bisa segera ditemukan. Mari kita berharap, vaksin ini segera bisa dikembangkan dan berguna di masa depan.

KlikDokter juga telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk menekan angka persebaran virus corona. 

Apabila mau tahu lebih lanjut seputar COVID-19 gunakan fitur Live Chat untuk konsultasi langsung dengan dokter. Sedangkan untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini

(OVI/AYU)

virus corona
mutasi virus corona
vaksin virus corona