Satu tahun lebih kita semua menjalani new normal berdampingan dengan pandemi COVID-19. Sejalan dengan itu, virus bernama SARS-CoV-2 ini terus bermutasi dan menciptakan banyak varian baru.
Belakangan, World Health Organization (WHO) membuat cara penamaan baru untuk varian mutasi virus corona dengan alfabet Yunani.
Mengapa WHO Mengubah Nama Mutasi Virus Corona?
Menurut dr. Dyah Novita Anggriani, selama virus masih hidup, mereka akan terus bermutasi menjadi varian baru. Itu sebabnya, penamaan diperlukan antara lain untuk memudahkan penyebutan dan identifikasi.
“Mutasi adalah perubahan struktur dan sifat genetik virus. Penamaan diurut dari asal virus, jadi bukan dari nama tempat virus ditemukan di salah satu tempat,” ujarnya.
Sebelumnya, mutasi virus corona menggunakan nama ilmiah yang resmi, misalnya B.1.1.7. Huruf serta angka mengacu kepada akar genetik varian dan urutan mutasi. Kini, WHO mulai menamai kelompok mutasi paling banyak dengan alfabet yunani.
Senin (31/5) lalu, para pejabat WHO yang berbasis di Jenewa mengatakan, penggunaan nama dari alfabet Yunani untuk mutasi COVID-19 semata untuk memudahkan publik.
Artikel lainnya: Cek Fakta Penemuan Mutasi COVID-19 dari Anjing di Malaysia
Menurut mereka, perubahan ini akan memudahkan masyarakat atau organisasi tertentu saat melaporkan kasus virus corona dengan varian baru.
Nama-nama ilmiah memang terdengar lebih lengkap karena punya kode genetik. Namun, dijelaskan WHO, kombinasi angka dan huruf tersebut sangat susah diingat dan rentan kesalahan saat pencatatan.
Keputusan itu juga muncul di tengah kekhawatiran yang diajukan pemerintah India. Bagi mereka, pelabelan varian menurut tempat mutasi pertama kali terdeteksi mengarah pada stigmatisasi, misalnya varian "Inggris" atau "India".
Hal tersebut dikhawatirkan bisa menimbulkan persepsi buruk pada suatu negara di masa depan. Jadi, itulah alasan WHO mengubah nama varian baru mutasi COVID-19 di dunia.
Nama Daftar Mutasi Virus Corona
Maria Van Kerkhove, pejabat teknis senior di WHO, mengatakan perubahan nama dianggap bisa mengurangi stigma yang dihadapi oleh negara-negara.
Menurut dia, tidak ada negara yang harus mengalami stigmasi karena adanya lonjakan kasus varian COVID-19. Nantinya, jika 24 huruf alfabet yunani sudah habis, van Kerkhove akan kembali mengumumkan nama lain mutasi virus yang akan dipakai.
Artikel lainnya: COVID-19 Ternyata Bisa Turunkan Volume Gray Matter di Otak
Adapun beberapa daftar mutasi virus corona dan nama barunya adalah:
-
Varian B.1.1.7
Asal: Inggris
Nama Baru: Alpha
-
Varian B.1.351
Asal: Afrika Selatan
Nama Baru: Beta
-
Varian P.1
Asal: Brazil
Nama Baru: Gamma
-
Varian B.1.617.2
Asal: India
Nama Baru: Delta
-
Varian B.1.427/429
Asal: Amerika Serikat
Nama Baru: Epsilon
Artikel lainnya: Ditemukan di Pasien COVID-19 India, Ini Bahaya Infeksi Jamur Hitam
-
Varian P.2
Asal: Brazil
Nama Baru: Zeta
-
Varian B.1.525
Asal: multiple countries atau muncul di berbagai negara
Nama Baru: Eta
-
Varian P.3
Asal: Filipina
Nama Baru: Theta
-
Varian B.1.526
Asal: Amerika Serikat
Nama Baru: Lota
-
Varian B.1.617.1
Asal: India
Nama Baru: Kappa
Itulah beberapa nama varian baru mutasi virus corona yang diharapkan bisa lebih mudah diingat dan menghilangkan stigma terhadap suatu negara.
Dapatkan informasi seputar virus corona, vaksin, dan pencegahannya di tautan ini. Bila ingin berkonsultasi seputar masalah kesehatan dengan dokter, manfaatkan layanan Live Chat dari aplikasi Klikdokter.
[HNS/JKT]