Sebelum pandemi COVID-19 melanda, mungkin istilah pulse oximeter terdengar asing di kalangan awam. Sejak pandemi berlangsung setahun, oximeter justru jadi peralatan isolasi mandiri yang penting.
Baru-baru ini, organisasi kesehatan dunia, WHO, menyarankan pasien virus corona memiliki alat pulse oximeter di rumah. Terutama untuk pasien yang melakukan karantina mandiri bersama keluarga di rumah.
Kenapa alat yang satu itu dianggap penting? Yuk, simak lebih lanjut berikut ini.
Pentingnya Oximeter bagi Pasien Isolasi Mandiri
Dokter Devia Irine Putri mengatakan, pulse oximeter berguna untuk memantau dan mendeteksi jumlah kadar oksigen di dalam darah.
“Untuk pasien COVID-19, manfaat oximeter bisa mendeteksi ada atau tidaknya happy hypoxia. Jadi, penderita yang melakukan isolasi mandiri di rumah bisa memonitor sendiri,” jelasnya.
Normalnya, saturasi oksigen orang yang sehat ada di angka 95-100 persen atau 75-100 mmHg. Apabila kadar oksigen kurang dari angka tersebut, berarti ada yang tidak beres pada tubuh, salah satunya ulah infeksi virus SARS-CoV-2.
Kekurangan oksigen pada tubuh sangat berbahaya. Jaringan bisa rusak, terutama di jantung dan otak.
Pasien pun bisa mengalami lemas, pucat kebiruan, sesak napas, lalu hilang kesadaran. Kondisi dengan gejala seperti itu dinamakan hipoksia.
Artikel Lainnya: Bisakah Oximeter Deteksi Happy Hypoxia? Ini Penjelasan Medisnya!
Bedanya dengan happy hypoxia, kadar oksigen penderita menurun tanpa gejala. Hal ini justru lebih berbahaya lagi. Karena, secara mendadak pasien langsung kehilangan kesadaran.
Kondisi yang meningkatkan angka kematian pasien COVID-19 ini hanya bisa terdeteksi lewat pulse oximeter.
Namun, tidak semua penderita COVID-19 mengalami penurunan kadar oksigen. Kendati begitu, alat ini tetap penting untuk mendeteksi happy hypoxia, khususnya buat pasien COVID-19 tanpa gejala atau bergejala ringan.
Penggunaan oximeter dapat mencegah pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi terlambat (terlanjur tidak sadarkan diri). Alhasil, pasien masih bisa diobati dan angka kematian dapat ditekan.
Artikel Lainnya: Jumlah Sel Imun Pria Lebih Sedikit dari Wanita untuk Hadapi COVID-19
Hal yang Mesti Diperhatikan saat Pakai Oximeter
Ada hal-hal yang wajib diperhatikan ketika Anda menjadikan oximeter sebagai peralatan isolasi mandiri, yaitu:
- Penggunaan oximeter bagi pasien isolasi mandiri dilakukan sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang, dan malam).
- Apabila kadar oksigen menurun dan kurang dari 93 persen, apalagi ditambah gejala sesak napas, segera hubungi petugas kesehatan.
- Sambil menunggu petugas kesehatan, pasien bisa melakukan latihan pernapasan untuk mempertahankan fungsi paru-paru. Pasien bisa melakukan posisi tengkurap untuk menghambat perburukan kondisi.
- Gunakan pulse oximeter dengan teknologi jepit jari. American Journal of Emergency Medicine melaporkan, keakuratan oximeter pada smartwatch atau aplikasi ponsel termasuk rendah.
Cara kerja pulse oximeter jepit jari yaitu:
- Alat yang sudah dipasang di ujung jari akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda.
- Cahaya akan mendeteksi banyaknya hemoglobin.
- Cahaya akan ditangkap sensor dan muncullah persentasenya.
- Hindari membeli oximeter di toko online yang kurang jelas dan tidak resmi. Bandingkan alat yang satu dengan lainnya agar tidak terkecoh.
- Potong kuku dan hindari menggunakan kuteks apalagi yang berwarna gelap. Hal ini dapat mengganggu sensor alat.
- Hindari bergerak berlebihan karena bisa mengganggu pemasangan alat. Hasil yang diberikan bisa tidak akurat.
Artikel Lainnya: CDC Kaji Kemungkinan Isolasi Mandiri COVID-19 Dipersingkat Jadi 7 Hari
Tidak Punya Oximeter, Adakah Alternatifnya?
Sayangnya, tidak ada alat untuk menggantikan pulse oximeter di rumah. “Kalau di rumah sakit, mungkin bisa dilakukan cek analisis gas darah. Caranya, dengan mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat pH-nya,” terang dr. Devia.
Bila Anda tidak bisa membeli pulse oximeter, dr. Devia menyarankan untuk memerhatikan tanda-tanda yang muncul berikut ini:
- Napas mulai berat dan tidak nyaman.
- Jantung mulai berdebar-debar.
- Kuku dan bibir kebiruan.
- Lemas, hilang konsentrasi, dan sesak napas.
Bila ada satu atau lebih gejala yang dirasakan, lebih baik langsung ke fasilitas kesehatan terdekat.
Tak perlu panik bila tidak punya oximeter. Pasalnya, sebagian besar orang merasa baik-baik saja tanpa alat tersebut. Hal yang terpenting, perhatikan tanda-tanda di atas agar tidak terjadi perburukan kondisi.
Bila ada pertanyaan seputar isolasi mandiri dan perawatan pasien COVID-19, konsultasi ke dokter lewat fitur Tanya Dokter. Akses Pusat Informasi COVID-19 Klikdokter untuk info RS rujukan dan tes PCR.
Anda juga bisa melakukan tes virus corona dengan Home Care Test dari Klikdokter yang mudah dan cepat.
(FR/AYU)