Di masa pandemi seperti sekarang ini, masyarakat Indonesia mungkin sudah akrab dengan rapid test. Tes tersebut merupakan skrining pertama sebelum seseorang mendapatkan PCR jika hasilnya reaktif. Lalu, pernahkah Anda mendengar soal serologi sebagai tes virus corona?
Tes tersebut ternyata juga bisa menjadi skrining awal sebelum seseorang mendapatkan PCR. Untuk tahu perbedaannya dengan rapid test dan bagaimana soal keakuratan dari serologi, simak penjelasan lengkapnya di sini.
Apa Itu Tes Serologi?
Tes serologi sebenarnya adalah pemeriksaan berbasis darah guna identifikasi paparan patogen di dalam tubuh manusia. Tes serologi dapat melihat respons kekebalan si pasien.
Disebut-sebut, tes ini dapat memberikan perincian yang lebih besar tentang prevalensi penyakit dalam suatu populasi. Caranya adalah dengan mengidentifikasi individu yang telah mengembangkan antibodi terhadap virus.
Ya, mirip-mirip dengan rapid test sebenarnya. Sebab, manfaat tes serologi sama-sama bisa melihat antibodi sebagai respons terhadap infeksi bakteri atau virus.
Karena hanya mampu melihat respons antibodi di dalam pendeteksian virus SARS-CoV-2, tes serologi digunakan sebagai skrining awal, bukan untuk mendiagnosis. Diagnosis tetap dilakukan lewat PCR.
Ini juga berlaku untuk penyakit yang lainnya. Dilansir dari Public Health Ontario, pengujian tes serologi tidak boleh digunakan untuk mendiagnosis infeksi akut atau menentukan apakah seseorang menderita penyakit menular atau tidak.
Artikel Lainnya: Supaya Tak Jadi Covidiot, Ini Golongan Orang yang Rapid Test Massal!
Sama-sama Pakai Darah, Apa Bedanya dengan Rapid Test?
Seperti yang sudah singgung di atas, baik rapid test maupun serologi sama-sama mengetes antibodi tubuh terhadap virus.
“Namun, tes serologi ini dilakukan dengan alat-alat di laboratorium, bukan dengan alat rapid yang dijual bebas dan bisa dilakukan secara mandiri. Jadi, perbedaannya adalah yang satu bisa dilakukan sendiri dan yang satunya harus dilakukan di laboratorium khusus serologi,” kata dr. Alvin Nursalim, Sp.PD.
Nah, karena harus dilakukan di laboratorium khusus, tes serologi COVID-19 memakan waktu yang lebih lama dari rapid test.
“Kalau rapid test hanya 15 menitan juga sudah keluar hasilnya. Beda dengan serologi yang bisa 1-2 jam menunggu hasilnya,” jelas dr. Alvin.
Artikel Lainnya: Waspada, Kekebalan terhadap Virus Corona Bertahan Beberapa Bulan Saja!
Apakah Lebih Akurat daripada Rapid Test?
Rapid test sendiri sebenarnya alat uji yang kurang direkomendasikan karena bisa memberikan hasil negatif palsu dan sebaliknya.
Namun, karena harganya murah dan waktunya cepat, tes tersebut masih dijadikan skrining awal sebelum dilakukan PCR.
Lantas, bagaimana dengan keakuratan tes serologi? Dokter Alvin mengatakan, “Ini diklaim memiliki sensitivitas yang lebih tinggi daripada rapid test sebagai skrining awal COVID-19.”
Sebelumnya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, juga sempat mengembangkan tes serologi ini.
Dilansir dari laman resminya, tes virus corona yang satu ini bisa meminimalkan reaktivitas silang terhadap antibodi yang dihasilkan dari virus lainnya. Potensi untuk mendapatkan hasil yang palsu pun bisa diturunkan.
Tes serologi CDC memiliki sensitivitas hingga 96 persen untuk mengidentifikasi antibodi yang reaktif.
“Serologi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi respons infeksi SARS-CoV-2 pada orang yang telah terinfeksi setidaknya selama 1-3 minggu sebelumnya,” kata CDC dalam pernyataan di laman resminya.
Artikel Lainnya: BNPB: Beberapa Alat Rapid Test Tak Efektif, Kok, Bisa?
Indonesia Siap Ganti Rapid Test, Pakai Serologi atau Tes Lain?
Sementara itu, Juru Bicara Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menyatakan, rapid test akan segera diganti dengan metode skrining awal yang lain. Apakah metode skrining awal yang dimaksud adalah serologi? Ternyata, bukan.
Dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden (25/09), Wiku menuturkan, “Kita tengah mengusahakan screening alternatif yang lebih baik dan lebih akurat daripada rapid test. Salah satunya menggunakan rapid swab antigen.”
Rapid swab adalah metode skrining awal dengan usapan di bagian pangkal tenggorokan dan hidung, tapi pemeriksaannya tidak menggunakan metode PCR.
Karena itulah, mereka yang hasilnya reaktif tetap harus melakukan tes usap dengan metode PCR untuk mendapatkan diagnosis COVID-19 secara pasti.
Jika Anda ingin melakukan tes COVID 19, bisa langsung daftar pendaftaran Home Care Test melalui chat Whatsapp Klikdokter di sini. Jangan ketinggalan informasi terbaru seputar virus corona hanya di aplikasi KlikDokter.
(HNS/AYU)