Covid-19

Rawat Anggota Keluarga Penderita COVID-19 Sebabkan Tekanan Mental

Krisna Octavianus Dwiputra, 28 Agu 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Jangan salah, orang juga bisa mengalami stres karena merawat keluarganya yang terkena COVID-19. Bahkan, bisa lebih stres dibanding pasien itu sendiri.

Rawat Anggota Keluarga Penderita COVID-19 Sebabkan Tekanan Mental

Bicara soal virus corona, banyak orang lebih fokus pada pasiennya. Sebenarnya, keluarga pasien juga perlu mendapatkan perhatian lebih. Banyak dari mereka mengalami tekanan mental luar biasa karena merawat keluarga yang kena COVID-19.

Mendengar kabar anggota keluarga terkena COVID-19 saja sudah bikin lemas, apalagi kalau sampai harus merawatnya. Semua dilakukan dengan penuh perjuangan berat.

Merawat Keluarga yang Kena COVID-19 Penuh Tantangan

Sisi (45), bukan nama sebenarnya, tidak menyangka kalau suaminya menjadi salah satu pasien virus corona. Akibat virus ini, suaminya harus dirawat di salah satu rumah sakit Surabaya sejak minggu lalu.

Orang terkasihnya tersebut juga mengalami komplikasi tifus dan pneumonia. Kalau Anda berpikir Sisi tidak perlu merawatnya, Anda salah besar. Ia harus tetap bolak-balik ke rumah sakit untuk merawat suaminya.

"Aku harus antar baju bersih, ambil baju kotor. Belum lagi harus mencuci baju suamiku. Dia juga tidak cocok sama makanan rumah sakit, jadi aku masakin atau bawain makanan. Di lain hal, aku dan anak dibayang-bayangi ketakutan tertular," ungkap Sisi saat diwawancara Klikdokter.

Kebanyakan dari kita pasti berpikir bahwa pasien virus corona akan dijaga ketat dan mendapatkan perawatan maksimal dari rumah sakit.

Nyatanya, peran keluarga juga dibutuhkan untuk membuat pasien tetap semangat melewati penyakit ini.

Artikel Lainnya: Kena Virus Corona setelah Makan Bersama, Benarkah Bisa?

Namun, satu hal yang patut disyukuri adalah ia dan anaknya sampai saat ini masih negatif COVID-19. Ia hanya diminta oleh pihak rumah sakit untuk menjaga kesehatan dan banyak istirahat.

Namun, ia mengaku sangat stres menghadapi ini. Dirinya juga mengaku sulit untuk bisa tidur tenang, karena terus kepikiran suaminya dan memikirkan banyak hal sampai suami sembuh.

"Gimana aku tidak stres, gimana aku bisa istirahat. Aku kepikiran suami aku. Terus terang aku susah tidur karena memikirkan ini semua," ucapnya lirih.

Hal ini juga dirasakan Susi (40), bukan nama sebenarnya. Suaminya pun terpaksa isolasi mandiri di rumah terpisah karena terkena virus corona. Untungnya gejalanya ringan seperti flu dan radang tenggorokan saja.

Akan tetapi, ternyata merawat suaminya yang tengah menjadi penyintas COVID-19 diakui Susi cukup melelahkan. Ia pun sampai bingung kalau sampai saat ini masih ada orang yang meremehkan virus corona.

Menurutnya, orang-orang itu belum tahu repotnya mengurus keluarga yang kena COVID-19.

"Ternyata, merawat keluarga yang sedang karantina corona itu susah. Di keluargaku cuma suami yang positif. Aku tiap hari harus mengurusi kebutuhannya. Masalahnya aku juga harus berhadapan dan menyemangati dia supaya tidak stres. Padahal aku juga sedikit stres menghadapi ini," jelas Susi.

"Sampai-sampai aku setiap hari curhat sama sahabat-sahabatku. Karena aku tidak tahu siapa yang diajak ngobrol lagi. Jangan anggap remeh corona, deh," tegasnya.

Artikel Lainnya: Urus Jenazah Penyakit Menular Sembarangan, Ini Bahayanya

1 dari 2

Mengapa Keluarga Pasien COVID-19 Bisa Lebih Stres?

Kisah di atas sebenarnya membuat kita sadar, keluarga pasien juga sama stresnya dengan pasien itu sendiri. Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, stres pada keluarga pasien memang wajar terjadi.

"Ada keluarga yang terkena COVID-19 saja sudah bikin stres, ditambah mereka harus mulai membatasi diri dan menjaga pola hidup supaya tidak ikut tertular. Hal-hal seperti ini turut menyumbang stres pada mereka," ungkap Ikhsan.

"Belum lagi anggota keluarga juga punya kekhawatiran bila anggota keluarga yang kena COVID-19 akan memiliki kondisi yang buruk," sambungnya.

Stres yang dialami keluarga pasien akan semakin menjadi kalau sampai ada stigma buruk dari masyarakat. Stigma ini memang berbahaya karena berpotensi mengucilkan pasien virus corona dan keluarganya.

"Belum lagi ada stigma atau penilaian tertentu dari tetangga yang mungkin membuat para tetangga ikut berjarak sama keluarga tersebut. Jadi, bukan hanya memikirkan stres anggota keluarga kena virus corona saja, ada lagi yang dipikirkan," tegas Ikhsan.

Artikel Lainnya: Amankah Mendekati Pasien COVID-19 yang Baru Sembuh?

2 dari 2

Keluarga Pasien Juga Perlu Dijaga Kesehatannya

Hal inilah yang kemudian membuat banyak pihak harus sadar, keluarga pasien juga perlu mendapatkan perhatian khusus, paling tidak dari sisi mentalnya.

Bayangan virus corona yang mematikan sangat berbahaya bagi keluarga pasien. Belum lagi ditambah banyak hal di sekelilingnya yang membuat mereka sulit mencari ketenangan.

Sudah disebutkan di atas oleh psikolog Ikhsan, menjaga kesehatan keluarga pasien juga penting. Karena, biasanya mereka justru lebih stres dibanding pasien itu sendiri.

Kalau sudah stres, imunitas tubuh akan menurun dan akhirnya malah bisa terserang berbagai penyakit, salah satunya infeksi virus corona. Jangan abai dengan ancaman stres keluarga pasien virus corona.

Mereka juga orang-orang yang perlu mendapatkan pertolongan supaya kualitas hidup bisa meningkat selama ada anggota keluarga yang terkena COVID-19.

Konsultasi ke dokter seputar kesehatan fisik dan mental hanya lewat smartphone dengan fitur LiveChat 24 di aplikasi Klikdokter.

(FR/AYU)

virus corona