Di tengah krisis pandemi saat ini, masih saja ada kekeliruan penerimaan vaksinasi. Salah satu contohnya yaitu pria di Sulawesi Selatan yang mengaku menjadi joki vaksin COVID-19, hingga akhirnya terlalu banyak disuntik vaksin.
Pria tersebut melapor telah menerima 16 kali vaksin virus corona. Lantas, apa kemungkinan yang dapat terjadi pada tubuhnya? Baca ulasan berikut.
Reaksi Tubuh Akibat Terlalu Sering Suntik Vaksin COVID-19
Menurut US National Library of Medicine, sampai saat ini tidak ditemukan adanya laporan efek samping sistemik dari orang yang telah mengalami overdosis vaksin COVID-19.
Kejadian yang umum dilaporkan adalah sakit kepala dan malaise umum. Malaise adalah istilah medis untuk kondisi kelelahan, tidak enak badan, atau mengalami ketidaknyamanan pada beberapa bagian tubuh.
Kemudian, gejala lainnya yang kadang terjadi antara lain demam dan kelelahan. Nyeri ringan atau sedang di tempat suntikan juga bisa muncul dan dapat berlangsung antara 72 dan 96 jam.
Meskipun belum diketahui pasti efek samping overdosis vaksin COVID-19, menyalahgunakan vaksinasi dengan menjadi joki vaksin itu berbahaya. Tindakan ini bisa saja menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan.
Artikel Lainnya: Atasi Long COVID pada Anak, Bolehkah Diberi Paracetamol?
Beberapa ahli bahkan mengatakan, terlalu banyak menerima vaksin coronavirus dalam jarak waktu berdekatan hanya akan memberi hasil yang sia-sia.
Pasalnya, vaksin telah dirancang untuk membentuk antibodi dengan pemberian dua dosis dalam jarak waktu yang sudah ditentukan.
Jika Anda telah menerima dua dosis vaksinasi lengkap, maka antibodi tubuh akan berada pada tingkat yang tinggi.
Kalau Anda kembali mendapatkan vaksinasi, suntikan vaksin ini akan dinetralkan oleh antibodi yang sedang tinggi tersebut.
Oleh sebab itu, beberapa peneliti menyarankan suntikan booster atau dosis ke-3 diberikan minimal enam bulan setelah vaksinasi dasar. Jika tidak mengikuti jadwal tersebut, vaksinasi akan sia-sia.
Artikel Lainnya: Penyintas COVID-19 Masih Butuh Zinc dan Magnesium, Kenapa?
Setuju dengan hal di atas, dr. Sara Elise Wijono, MRes, menjelaskan menyuntikkan vaksin berlebihan tidak akan membentuk antibodi yang lebih kuat dibanding orang yang hanya mendapat dua dosis vaksin yang dianjurkan.
Menurutnya, menyuntikkan terlalu banyak vaksin tidak memiliki dampak positif ataupun bermanfaat pada tubuh.
“Tujuan vaksin itu untuk membentuk antibodi. Kalau antibodinya sudah terbentuk, kembali disuntik vaksin tidak akan menambah. Kecuali kondisi booster vaksin sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan atau dipelajari melalui uji klinis,” ucap dr. Sara.
Apakah Berlaku Juga pada Vaksin Jenis Lain?
Menurut Immunization Action Coalition, Amerika Serikat, jika Anda tidak sengaja menerima vaksinasi jenis apa pun dalam dosis berlebihan (overdosis), disarankan segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak pelayanan kesehatan.
Memang kecil kemungkinannya untuk menderita efek samping yang tidak diinginkan dari kelebihan dosis vaksin. Namun, tidak menutup kemungkinan overdosis vaksin juga dapat menyebabkan dampak berbahaya.
Kebanyakan orang yang mendapatkan dosis vaksin hepatitis A, hepatitis B, atau vaksin influenza yang lebih besar dari yang direkomendasikan diketahui mengalami konsentrasi antigen lokal atau efek sistemik berlebihan.
Oleh karena itu, bijaklah dalam menjalankan vaksinasi. Meski efek lebih jauh belum diketahui pasti, lebih baik hindari kelebihan dosis vaksin virus corona.
Bila ingin tanya dokter lebih lanjut seputar vaksin COVID-19 dan efek sampingnya, konsultasi lewat LiveChat di aplikasi KlikDokter.
(FR/AYU)
Referensi:
Wawancara dr. Sara Elise Wijono, MRes.
US National Library of Medicine. Diakses 2021. Antibody response induced by the boost overdose during COVID-19 heterologous prime-boost vaccination strategy.
Immunization Action Coalition. Diakses 2021. What to Do if the Wrong Dose of a Vaccine is Administered.
ABC News Australia. Diakses 2021. Excessive dosing of Pfizer COVID-19 vaccine a 'well-known risk', as Australia ramps up its vaccine rollout.