Obat antivirus atau virus corona masih belum ada. Namun, kini ada secercah harapan. Terbaru, Tiongkok mengajukan hak paten untuk menggunakan obat remdesivir yang diyakini bisa memerangi virus dengan kode 2019-nCoV tersebut.
Berdasarkan data realtime dari Johns Hopkins hari ini (6/2), total infeksi mencapai angka 28.296, 565 korban jiwa, dan 1.259 yang berhasil pulih. Sudah ada 28 negara yang terdampak virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok, ini.
Tiongkok masih jadi negara dengan kasus terinfeksi terbanyak yakni 28.018 kasus dengan 563 kematian terjadi di Negeri Tirai Bambu.
Jepang tercatat sebagai negara kedua dengan kasus terbanyak yakni 45 kasus dengan 1 orang berhasil sembuh. Di luar Asia, Australia menjadi negara dengan kasus terbanyak yakni 14 kasus dan 2 orang berhasil sembuh.
Hingga kini, di Indonesia belum ada laporan kasus yang terkonfirmasi positif virus corona. Sebanyak 238 WNI dan 42 orang pendamping mereka dari Provinsi Hubei tengah menjalani karantina selama 14 hari sejak hari Minggu (2/2) lalu.
Menurut pihak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hingga hari ketiga observasi (5/2), seluruhnya dalam kondisi kesehatan, baik—tidak ada kenaikan suhu tubuh maupun gejala terinfeksi coronavirus.
Tiongkok area mainland masih jadi negara dengan kasus terinfeksi terbanyak yakni 28.035, dengan 563 orang meninggal dunia. Dua kematian lainnya dilaporkan terjadi di Hong Kong dan Filipina.
Jepang tercatat sebagai negara di luar Tiongkok dengan kasus coronavirus terbanyak, yakni 45 kasus positif dan satu pasien berhasil pulih. Di luar Asia, Australia menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak, yaitu 14 positif dan dua orang pulih.
Benarkah Remdesivir Bisa Jadi Obat Virus Corona?
Belum ditemukannya obat ataupun vaksin baik untuk mengobati maupun mencegah infeksi akibat virus corona adalah masalah terbesar dalam penyebaran wabah. Namun, harapan mulai tampak.
Dilansir dari Bloomberg, pihak Tiongkok lewat Institut Virologi Wuhan sudah mengajukan paten untuk menggunakan remdesivir sebagai antivirus sejak 21 Januari lalu.
Remdesivir merupakan obat yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Gilead Sciences asal Amerika Serikat.
"Remdesivir memang obat untuk antivirus, tapi sejauh ini memang belum diproduksi secara massal," kata dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter ketika ditanya tentang obat tersebut.
Menurut pernyataan yang dimuat di situs Institut Virologi Wuhan, para ilmuwan menemukan bahwa kombinasi remdesivir dan chloroquine dampaknya sangat efektif ketika diujicobakan ke 2019-nCoV di laboratorium.
Laporan tersebut dimuat di jurnal “Cell Research” pada hari Selasa (4/2) lalu. Jika remdesivir adalah antivirus baru, sedangkan chloroquine adalah obat antimalaria yang sudah dikenal sejak 8 dekade lalu.
Tiongkok sudah bisa memproduksi chloroquine. Namun, yang mereka butuhkan adalah paten untuk menggunakan remdesivir. Belum jelas apakah otoritas yang membawahi hak kekayaan intelektual akan mengabulkan permintaan tersebut.
Pengajuan paten perlu membuktikan bahwa obat tersebut bekerja pada 2019-nCoV, dengan cara yang berbeda dari pengaruhnya terhadap virus lain dalam kategori yang sama.
Sampai saat ini Gilead Sciences masih mempertahankan hak global untuk memasarkan antivirus tersebut. Hanya saja antivirus ini baru disetujui untuk mengobati penyakit ebola dan SARS, yang awalnya merupakan tujuan pembuatan obat itu.
Bila paten disetujui, Gilead Sciences kemungkinan akan mengirimkan dosis yang cukup untuk mengobati 500 pasien dan meningkatkan pasokan jika uji klinis bekerja efektif.
Artikel lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona
Sementara Menunggu, Tetap Waspada dengan Lakukan Pencegahan Penularan
Pemerintah Tiongkok dan pihak-pihak lainnya di berbagai belahan dunia tengah berupaya sekuat tenaga untuk menghentikan penyebaran dan mengobati infeksi akibat virus corona. Sementara menunggu, Anda harus tetap waspada.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah:
- Pakai masker ketika berada di keramaian atau tempat umum, baik untuk yang sakit maupun yang sehat.
- Menutup mulut dengan tisu, siku, atau lengan bagian atas saat batuk atau bersin.
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan, setelah dari toilet, setelah menyentuh benda yang banyak yang dipegang orang, atau saat merasa tangan kotor. Bawa selalu hand sanitizer jaga-jaga bila tak ada tempat cuci tangan yang memadai.
- Masak daging hingga benar-benar matang dan tidak mengonsumsi hewan-hewan liar atau yang tidak umum dikonsumsi selama wabah penyakit akibat virus corona masih berlangsung.
- Bila mengalami gejala seperti demam tinggi, batuk, dan sesak napas, segera periksakan diri ke rumah sakit.
- Jaga daya tahan tubuh tetap prima dengan mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang, penuhi kebutuhan cairan sebanyak 2 liter per hari, rutin olahraga, tidak merokok, kelola stres dengan baik, dan tidur cukup.
Pemerintah Tiongkok memang sudah mengajukan paten remdesevir yang diyakini bisa efektif memerangi infeksi akibat virus corona hingga tuntas. Mari berharap uji coba selanjutnya bisa benar-benar membuktikan efektivitasnya. Sementara itu, tetap waspada dan lakukan langkah-langkah pencegahan di atas, ya!
(RN/RPA)